Agus Black - Black Hoe Garage, Ngawi : OTOMOTIF ADALAH PRIBADINYA, HINGGA MENJADI PARTNER SETIA PERJALANAN KARIERNYA

Otomotif macam panuntun perjalanan kehidupan, bagi sosok kalem dan ramah akrab disapa Agus Black itu.

Otomotif banyak memberi warna, hitam putih, pahit manis, sedih senang, bagi anak petani di salah satu sudut tepi Sungai Bengawan Solo, kota Ngawi.

Mencari ikan dan tambang pasir, telah menjadi habit dalam menyokong perekonomian keluarga kala itu.

Otomotif sungguh setia, menemani kesabaran, keiklashan dan perjuangan Agus Black, kala mencari jati diri di masa remaja.

Otomotif setia mengawal semangat Agus Black, dalam menimba ilmu dan obsesinya, sebagai abdi masyarakat.

Cita dan asanya, kental bermula dari lingkungan keluarga, yang demokratis serta junjung tinggi kultur budaya.

Hingga prestasi akademis, serta landasan obyektifitas, memikatnya menjadi pengayom masyarakat, usai melempar toga.

Kerenya, sisa ilmu dan bakat birokrat, justru membentuknya sebagai pengusaha muda.

Kala lebaran tiba, Agus Black tak bisa berpaling dari otomotif.

Justru unit motor yang dinilai mewarnai perjalanan Agus Black, kini diburunya sebagai prasasti perjalanan kehidupanya.

Jadi teringat quote yang dilontarkan Kahlil Gibran, pujangga ternama, demikian penggalanya "Itulah saat yang memisahkan aroma kehidupan dari kesadarannya. Itulah percikan api pertama yang menyalakan wilayah-wilayah jiwa.

Itulah nada magis pertama yang dipetik dari dawai-dawai perak hati manusia".

Lantas, unit motor apa saja yang dimiliki Agus Black, di pit stop Black Hoe Garage, Ngawi ? Berikut hasil kutipan wawancaranya.

 

Selamat pagi Pak Agus, gimana kabarnya ? Kesibukan apa yang terbaru ?

Baik mas, sehat dan pastinya selalu semangat ya.

Untuk aktifitas masih disibukan road show undangan dari kolega, di berbagai gelaran kolosal kesenian, olahraga dan agenda rapat kerja.

Selain undangan, saya melalui Black Hoe Management juga memiliki program kerja, membangkitkan gairah remaja, di berbagai aktifitas.

Melalui otomotif, sosialita, hingga program membangun industri kreatif, baik yang bermuara dari otomotif, kuliner maupun sektor jasa.

 

Begitu padatnya aktifitas bapak, lantas bagaimana bapak mengatur jadwal buat family time ?

Puji syukur, setelah melalui debat dan komunikasi panjang, istri dan anak-anak memahami dan mendukung aktifitas saya saat ini.

Family time, bagi saya pribadi tak kenal waktu.

Misal ada event road race dan Black Hoe Racing Team ikut berlaga, saat itu juga anak, istri, saya ajak.

Dan kalau luang, biasanya anak-anak mengajak ke pegunungan menikmati panorama.

Tapi, di satu sisi tetap saya cari cara, bagaimana agar ada manfaat.

Seperti mengisinya dengan acara adventure atau rafting.

Kadang masak-memasak bersama squad Black Hoe Racing Team, dengan penuh keceriahan.

 

Nah, balik soal otomotif, kabarnya bapak banyak mengkoleksi motor-motor iconic juga classic.

Sampai sekarang total ada berapa unit pak ?

Baik, untuk unit motor yang saya koleksi sekarang ada 15 unit, dominan dari brand sayap merah.

Dari tipe sport dan bebek, salah satunya yang paling saya suka adalah CB 4 Cylinder 750 cc.

Spesifikasinya, sungguh kuat merepresentasikan misi dan visi saya saat ini.

Output power dari 4 silindernya, setara dengan 4 pilar kekuatan, yang agresif.

Dinamisnya timing ignition dari 4 silindernya, juga mampu menghasilkan suara lebih bulat juga padat, layaknya big bike.

Sedang geometri dan desain lekuknya, masih membawa pesan classic layaknya kultur budaya.

Jadi, kalau disimpulkan CB 4 Cylinder 750 cc ini, harafiahnya "kekompakan dari mufakat akan agresif hantarkan perubahan, tanpa meninggalkan kultur budaya".

 

Wah dalam banget ya pak filosofi yang terkandung.

Kemudian, untuk perawatan dan maintenance, siapa penjaga gawangnya pak ?

Tetap by request saya, sebab saya begitu intim dengan motor-motor koleksi saya.

Hingga disaat ada penyimpangan dan problem, saya tahu persis, muaranya dari mana.

Satu hal lagi, saya paling suka di sesi ini. Sebab, disaat memburu option part langka, ngelas mapun bubut, saya bisa berbincang lebih dekat dengan pelaku industri kreatif otomotif.

Jadi, kira-kira Sekali dayung tiga pulau terlampui.

 

Selain koleksi unit motor retro classic iconic, kabarnya bapak begitu bersemangat mengikuti berbagai kejuaraan road race di Jatim.

Apa sebenarnya misi dan visi bapak dengan Black Hoe Racing Team ?

Kalau suporter bola obsesinya football club kesayanganya bisa juara, sampai bangga dengan atribut dan pekik slogan semangatnya.

Kalau karate skill person dan individu, selain mempopularkan nama club sasana yang diikuti.

Kalau road race, mencakup keduanya, nama team dan kota sebagai basecampnya.

Jujur jiwa patriot dan sentimen kedaerahan Ngawi, yang saya usung.

Selebihnya, merubah mindset milenial, bahwa road race bisa dijadikan muara dalam berkarya, melalui industri kreatif otomotif.

Serta cooling system, dengan skema campaign, "setia dan aktif di balap resmi bagian dari olahraga prestasi.

Dengan Black Hoe Racing Team, saya juga siap mengakomodir rider belia Ngawi yang berbakat dan bertalenta.

Ini masih awal, tapi ingat selanjutnya akan bertransformasi menjadi life style Di Ngawi.

Sebab, telah ada rencana yang telah diamini pemangku Pemkab Ngawi, dalam pembangunan sirkuit on road dan off road.

Dengan tarjet, menggairahkan sport tourism Visit Ngawi.

Melalui otomotif roda dua segmen racing ini, saya yakin akan menjadi daya pikat milenial, sesuai kapasitas dan porsinya.

Mungkin yang gemar look-nya saja, bisa mengembangkan ke segmen modifikasi.

Kemudian yang suka kecepatan, bisa terpacu ke perbengkelan.

Sisanya, option part mesin eksterior, yang nempel di kuda besi road race, optimis menjadi inspirasi untuk mengembangkanya dalam industri kreatif otomotif.

Oh ya pak, ada yang menggelitik dan memancing penasaran, terkait icon "Onggo-Inggi" yang ada di paddock.

Sebenarnya makna dan artinya apa ?

Onggo-Inggi merupakan cerita rakyat, sosok danyang yang menguasai bentangan Sungai Bengawan Solo, dari Bojonegoro sampai Solo.

Otomatis juga melalui kota Ngawi.

Saking familiar dan begitu banyak berkah yang dikelola dari sungai Bengawan Solo, maka saya nilai Onggo-Inggi sebagai pelantaran juru penyelamat dan kemakmuran.

Olehnya, selalu dilimpahkan ikan buat lauk dan sarana niaga.

Olehnya, proses bercocok tanam, selalu disuburkan dan masih banyak lagi.

Dari situ saya renungi, bahwa icon itu sejatinya tak jauh beda dengan representasi gebrakan dan sepak terjang sosok hitam manis yang tak lain Agus Black - Black Hoe Ngawi.   skg