Sebagai komitmen sentral pelatihan motocross di Jatim, Nugroho Motocross Training, Kediri, terus menunjukan eksistensinya, di jagad motocross tanah air.
Produktif mencetak regenerasi, hingga menghantarnya sampai torehkan prestasi, telah kuat menjadi trademark MX Training yang diarsiteki Tri Priyo Nugroho juga merangkap Panglima Nugroho Motocross Training.
Ihwal pemaparan ini, singgasana dengan basecamp di Jl. Taruna Bakti, Kraas, Kediri itu, menjadi incaran para pejabat teras provinsi di Indonesia.
Untuk meminang crosser-crosser Nugroho Motocross Training berprestasi, menjadi wakil petarung PON XXI yang dihelat di Aceh, pada cabor GTX.
Salah satunya, Regan Marik crosser belia potensial, juga siswa SMA Negeri 1, Ngadiluwih, Kediri, dipercaya membawa nama Provinsi Palu, Sulteng, menghadapi PON XXI.
Regan Marik akan memacu sport trail pabrikan Garputala, seperti skema kejuaraan PON XXI yang telah disepakati dengan nama cabor grasstrack.
Regan Marik yang statusnya MX2 Novice, otomatis kapasitas tempurnya telah memadai, ketika menunggang sport trail.
Terlebih, tingginya intensitas Training Center di sirkuit Praga, Campurdarat, Tulungagung, telah banyak membekali Regan Marik dalam penguasaan teknik maupun intrik di sirkuit.
Salutnya kebijakan jajaran pembimbing SMA Negeri 1, Ngadiluwih, Kediri, sangat mengapresiasi siswa yang melalui karier menjadi seorang atlit berprestasi.
"Bahkan, bentuk supportnya juga luar biasa, sehubungan toleransi yang diberikan, tanpa mengurangi konten akademis kurikulum pembelajaran siswa.
Dengan asumsi, proses perjalanan karier motocross yang dilalui terprosedur, juga bisa dipertanggung jawabkan jenjang dan trophy-nya, "jelas Tri Priyo Nugroho.
Dan terpilihnya crosser bernomor lambung #3 mewakili Provinsi Palu, Sulteng ini, otomatis menjadi kabar istimewa bagi SMA Negeri 1, Ngadiluwih, Kediri.
Segala bentuk kebijakan, partisipasi, serta dukungan sepenuhnya SMA Negeri 1, Ngadiluwih, Kediri terhadap siswa-nya yang berprestasi, serasa terbayar oleh kabar istimewa ini.
Bahkan, perjalanan Regan Marik menuju Aceh, dihantar oleh guru pembimbing, hingga bandara, sebagai bentuk restu terhadap siswa-nya yang berprestasi.
"Saya yang menyaksikan, turut mengawal Regan, jadi terharu, memandang begitu jernih dan tulusnya nurani para pembimbing SMA Negeri 1, Ngadiluwih, Kediri, atas karier yang dilalui siswanya.
Semoga saja, jiwa besar yang bertransformasi menjadi kebijakan para pembimbing ini, jejaknya bisa diikuti oleh sekolah-sekolah lain-nya, "bijak Tri Priyo Nugroho.
Apa pasal ? Kultur budaya di Indonesia, masih saja membedakan antara hobi prestasi dan pekerjaan, sebagai bekal menjalani kehidupan.
Maka kedua aspek itu harus berjalan balans !
Tapi, faktanya masih ada saja, lembaga pendidikan yang belum bisa memahami dan menerima fenomena "siswa merangkap atlit", seperti Regan Marik.
Beda di Eropa, hobi prestasi adalah pekerjaan, maka prestasi akademis otomatis akan mengikuti.
Dasar itu, di Eropa atlit yang muasalnya dari hobi prestasi, singkat untuk Go International, "papar Tri Priyo Nugroho dengan nada tinggi. enea/foto : doc