Matius Ade Indra Setyawan terbilang sebagai pelaku otomotif kawak, di era 2000. Sempat meramaikan sejarah pertarungan GL, balap liar era Prapen, Pondok Candra sampai Karmen, Surabaya. Hingga bergulir menjadi pembalap drag race, bersama tim GAR yang dinakodhai Yoedha.
Hingga hobi berat Matius di otomotif, mulai menjangkit Jose Pratama yang masih di usia 5 tahun. Jose sampai hapal satu persatu nama rider Moto GP. Hingga akhirnya mengidolakan aksi dan karisma Marc Marquez.
Termasuk dengan hasil modifikasi Satria 120R bergaya KTM 85 cc ini. Secara fisik, rancang bangun dan detail fitur yang diaplikasi, dimanfaatkan untuk mengenalkan kuda besi kompetisi, ke Jose.
Ciri khas extreme dan frontal, yang mampu membuat kagum Jose. Dari sini saja mulai bisa ditebak motorik dan tingkat intelek Jose, mulai bisa menakar level hobi otomotif. “Jadi, sama persis dengan saya, apapun bentuk hobi harus maksimal, ”cerita Matius yang tenar dengan julukan Gudhonk itu.
Termasuk pada proses pengerjaan modifikasi Satria 120R, serba exclusive. Seperti pemakaian up side down yang dipinjam dari KX 85 cc, berikut triple clamp atas bawah. Swing arm berkelas, pakai CRF 150 dan ditopang monosok KTM 85 cc, berikut monocross-nya.
Rombakan rangka kelas pakar, ditangani langsung oleh Heri Chief Mekanik Kaisar Motor di Perum Tamasa VIII/2, Sidoarjo. Kontruksinya dibangun untuk menghadapi even GTX.
Hasil kombinasi cradle box sebagai main frame Satria 120R dan tubular, yang dimanfaatkan sebagai down tube. Dari sisi kekuatan dan bobot tetap terukur. “Mengingat, center of gravity tetap kita pertimbangkan, penunjang kebutuhan landing agar tetap balans, antara bobot rangka depan dan belakang, ”jelas Heri.
Bahkan, tampilan keseluruhan detail bodi, turut menjadi pertimbangan. Melalui pemakaian body set KTM 85 cc versi 2017 produk Acerbis. Ciri khasnya, air shroud lebih runcing tapi membuka, demikian panel bodi belakang. “Dari tampilan, lebih bongsor dan Bengal, ”nilai Heri.
Soal up grade performa mesin, estimasinya spesial diracik untuk menghadapi even GTX kelas FFA, yang biasa dikangkangi oleh Ninja 150 cc. Pada point ini, spesial ditangani oleh Pak Be, mekanik tiga generasi.
Blok silinder diporting minimalis, liner berganti produk JP dengan lingkar dalam 57,5 mm. Dipersenjatai karbu PWK 33 mm dari Daytona, diolah membran V-Force dengan daun membran berbahan carbon kevlar. Pelepas gas buang, didesain model Gold Series style dan silincer CLD.
Ngerinya, piranti pengapian dicangkok dari RM 85 berlabel Kokusan Denki. Ini dia sebagai ciri khas mania otomotif kawak, sebab produk pengapian kit ini tenar di saat Matius on fire di arena karapan.
Paham, gasingan mesin bisa tembus hingga 12.700 RPM, crankshaft dikanibal dari Moto-1. “Memiliki tipikal balancer lebih rata, sehingga mulus menghantar naiknya RPM mesin, vibranya juga minim, “urai Pak Be.
Konsekuensinya, perangkat kopling turut diupgrade. Plat dan kampas kopling berganti kompetisi dari Koizumi, berikut pegas koplingnya. Meningkatnya mekanis perangkat kopling ini juga diproyeksikan pada pemakaian tapak kaki 19” depan dan 16” di belakang, dari kontribusi velg TK dan ban Dunlop.
Special tromol, cakram depan belakang dan master dipinjam dari KLX 150, bersanding tuas kopling KX 85, tersentral pada setang kemudi Pro Taper.
Rencana pastinya, akan dipacu oleh Feby rider GTX nasional untuk bertarung di kelas FFA. Berbagai kemungkinan yang belum kita hadapi, akan kita uji coba dulu dengan masterpiece gacoan GTX satu ini. “Jadi, butuh pembuktian sebagai sarana test case dan pengembangan ke depanya, ”tegas Matius yang setiap harinya ngantor di PT. Primergy Solution sebagai pengolahan limbah BBM area Jatim itu. teks - foto : rio