Tampil sebagai tongkrongan para elite, penggemar olahraga adrenalin, yang gemar menguras fisik, di lintasan motocross.
Kendati tak lagi muda, tapi soal attitude, komitmen, tepo seliro dan kesetiaan, belum ada duanya.
Indikasi kuat, pas duduk di bangku SMP tak pernah absen di mata pelajaran PMP.
Soal norma dan kebijakan, dibuatnya akur, selalu direminding melalui kalibrasi sikap dan kebersamaan.
Mufakat selalu dijadikan konsekuensi di setiap jengkal langkah dan aktifitasnya. Kata orang Jawa, "Nggak Sakarepe Dewe", asyik !
Tak cuman ngebrake sampai disitu, ideologi soal "inclusive" tetap teguh disosialisasi.
Faktanya, setiap menghelat event MX GTX, semua level crosser dan tracker kebagian jatah, eh kelas.
Entah privater maupun yang telah terbangun team dan disuntik sponsor.
Nominal hadiah juga sesuai regulasi, aturan lomba terpantau rapi, berjalan obyektif tanpa intervensi.
Salutnya, kendati total member Executive Jatim Motocross, tak sampai menembus 4 digit, tapi soal kemandirian dan idealisme luar biasa.
Paradigma ini, yang kuat merepresentasikan bahwa Executive Motocross Jatim, sejak awal dibangun tak ada tendensi.
Terkecuali sebagai ajang sharing, training, sparing dan jumping.
Kalau berbalik menjadi sarana mem-buly Pak Tekik saat disalip Mister Hans, itu bagian pariwaranya.
Sampai disini, aplaus dulu dong, buat aktornya, eh mereka !
Jadi, secara tak langsung Executive Motocross Jatim, persis dengan sebuah academy motocross, akan tetapi semua menjabat instruktur dan sekaligus siswa.
Praktis metodhe koreksi dan revisi, terus berjalan tanpa henti di setiap sesi.
Di point ini pemberdayaan prasarana, sebagai stimulusnya, lantas ikut tersentuh dan dikebut.
Jauh dari istilah berpangku tangan "men" ! Kalau "man" nanti dikira pak Herman.
Bahkan skenario besar telah berjalan, melalui pembangunan sirkuit skala nasional.
Di wilayah yang berpotensi diberdayakan, setelah menembus birokrasi yang berjalan senyap.
Istimewanya, setelah rampung dan beroperasi, semua bisa menikmati.
Lantas, kira-kira Pantaskah disebut sebagai aset Jatim ? Bisa ya dan tidak !
Toh dibangun swadaya dan kantong pribadi, selebihnya sumbangsih H. Rokhmawan saudagar Bulusari.
Kalau diilustrasikan, persis dengan peribahasa, "Ringan Dijinjing, Berat Diangkat Fork Lift, halah Dipikul".
Komitmen ini terbangun dalam mode matic, sekaligus mengimplementasikan semangat memajukan MX GTX di Jatim, sekali lagi berjalan tanpa ada tendensi.
Luasnya, algoritma konten misi visi, Executive Motocross Jatim ini, seolah sulit terbendung, berjalan pada racing line-nya.
Nggak minggir ya pasti diovertake toh ! Pernyataan sikap ini, yang telah tersosialisasi oleh jajaran petarung Executive Motocross Jatim.
Kendati tak resmi, tapi telah terdeklarasi dalam hati, terkait "afiliasi bersama Komunitas Motocross Indonesia.
Di berbagai rangkaian seri event garapan Indiel Organizer, setia merapat, termasuk di seri pamungkas yang digelar di sirkuit Super Cleo, Kendal, weekend silam.
Muatan misi, visi, kiprah, sampai soal nurani, tersaji nyata, demi obsesi yang lebih megah, yaitu mengembalikan kejayaan motocross.
Sebab, kami semua yakin, ketika motocross jaya, pasti kembali jadi pikat dan berkah untuk semua.
Disini kami berusaha semaksimal mungkin, untuk memerankanya tanpa peran pengganti.
Sebab, jelas-jelas akan kena diskualifikasi, ketika terpantau team scrutenering.
"Prinsipnya, di event luar provinsi ini, kami jadikan sebagai ajang menjaga tensi berkompetisi dan mencari tolak balak, eh ukur, "kompak H. Kadafi, H. Mas"ad, Ndan Danang, Pak Tekik, H. Farkan, Taslim, Ndan Bambang, H. Sam, H. Mustofa dan Irul. skg