Fino Ramadhan pemiliknya sejak awal terobsesi varian sport trail dari Honda, yaitu CRF 150. Konsep awal memang supermoto, tapi mengingat di seputaran Tulungagung masih banyak dominasi track makadam, maka ban tipe hypermotard jadi pilihanya.
Tak pakai lama, milenial penghobi renang inipun langsung meluncur ke workshop Dimas Krezek, yang telah bertransformasi menjadi rekanan BRT, di kawasan Panjer Rejo, Rejo Tangan, Tulungagung.
Dimas yang tahu persis keinginan Fino, secepat kilat. Ngerinya, volume silinder masih standar, hasil kontribusi piston standar CRF 150 ukuran 57,3 mm.
Demikian dengan stroke, masih mengadopsi standar 57,8 mm.
Terkecuali kompartemen silinder head, full custom. Zona ini diracik Dimas persis dengan ciri khas sport trail yang dipakai supermoto.
Untuk camshaft dirancang ulang, dengan desain pinggang 27,3 mm dan tinggi 33,6 mm.
Buka tutup jalur gas segar dan gas buang, dilayani katup 30 mm (in) dan 25 mm (ex). Dikawal pegas katup Samurai, sebagai produk pendatang baru.
Ukuran lubang masuk turut mengalami rombakan, dijadikan 27 mm dan lubang buang diperbesar menjadi 25,5 mm.
Menurut Dimas, rubahan lubang masuk dan buang ini spesial disajikan guna mengoptimalkan suplai gas segar.
Mengingat, hasil remap ECU BRT dual band, flow rate meningkat hingga 160 cc/minute, dengan pencapaian AFR 13 : 1.
“Dan disemburkan melalui injector Honda CB 150, “urai Dimas yang mengaplikasi perbandingan kompresi 11 : 1 dan knalpot NRP berdesain supermoto itu.
Untuk menu daily use dan endurance, timing ignition terendah dirancang di 19 derajat dan tertinggi di 32 derajat.
“Klop dipadu perbandingan final gear 14-48, pastinya juga atas pertimbangan postur Fino, ”detail Dimas.
Pertimbangan itu juga, throttle body standar wajib ditambah velocity stack, dengan panjang 6 cm, bersudut 8 derajat. Diameter terbesar 33 mm dan paling kecil 27 mm.
Pada racikan CRF 150 kali ini, sengaja volume silinder menyajikan standar. Guna memastikan, bahwa komposisi basic mesin standar bisa fight.
Dengan begitu, ketika kapasitas mesin naik, harus ada data yang menjadi pembandingnya. “Jadi lebih pas disebut standar fight !, ”beber Dimas. teks - foto : enea