Probolinggo Racing Community : BUKAN SEKEDAR TEAM ROAD RACE

Probolinggo Racing Community. Melalui sharing comite Indonesia Merindu, mengenalkan otomotif ke masyarakat untuk dikupas hingga menjadi sebuah industri. Probolinggo Racing Community. Melalui sharing comite Indonesia Merindu, mengenalkan otomotif ke masyarakat untuk dikupas hingga menjadi sebuah industri.

Menjadi ujung tombak Probolinggo, di segmen otomotif. Pelan tapi pasti Probolinggo Racing Community (PRC) bertransformasi menjadi family team, yang sarat dengan pola pikir tiga langkah lebih maju.

Ide dan gagasan atraktif, seperti bentuk sponsor yang dipaksa akur oleh Taufiq Hidayat dan Sofi Top Ten, sentral kendali PRC. Dengan tarjet, terus menjalankan dan konsisten menjaga kiprah PRC, di dunia otomotif.

Seperti Top Ten, Pronet, SJM Sate Balap, Bebek Goreng Cak Mangun, BRC Design Probolinggo dan Donny Speed. Industri kreatif ini yang kemudian dibawa dan dipopulerkan di dunia otomotif.

Bukan hanya di road race, misalkan ada kegiatan gathering dan forum, jajaran sponsor ini tetap kita bawa dan dilibatkan, sebagai keluarga besar seperti komunikasi awal dibentuknya PRC di 3 tahun silam.

Selain, exclusive PRC juga akan kita bentuk lebih inklusif. “Sebab, bagaimanapun juga PRC dibentuk dari dan untuk remaja Probolinggo, khususnya penggemar racing otomotif, “papar Sofi Top Ten. 

PRC layaknya sebagai induk, pastinya juga menjadi regulator, untuk menyajikan sebuah mindset yang identik dalam kreasi dan prestasi, tak sekedar basa basi atau wacana saja.

“Sebab, langsung activity dan bukti, salah satunya turun di event road race, ”tegas Taufiq juga sebagai journalis Memo X, Probolinggo.

Sekaligus sebagai pembuktian, dengan adanya pandemi tak harus calling down, apalagi duduk manis. “Tapi harus tetap berkreasi dan berkiprah, sesuai sosialisasi protokol yang telah digalakan pemerintah, ”urai Taufiq. 

Mengawali event usai pandemi, di akhir tahun 2020 ini, PRC kembali menunjukan taring. Donny Speed 111 Jatim, dengan workshop di Wiroborang, Probolinggo yang menjadi sentral R & D.

Selama masa pandemi, Donny justru aktif melangsungkan revisi, inovasi baru sampai final seting. Infonya, serum korekan yang biasa diaplikasi di GTX, diterapkan di mesin F1Z R basic road race.

Donny Bule. Makin terpacu mengembangkan performa mesin 2 tak terbaru, dengan DNA GTX.

 

Agar tetap dinamis, untuk menyajikan performa mesin yang berbeda di setiap laga. “Hal ini juga atas dukungan dari Family Team, yang cukup solid dan tergabung dalam PRC ini, “bangga Donny yang setia diback up oleh asisten mekanik, Balon cecepe.

Untuk formasi rider, kali ini sifatnya spontanitas, tapi ngeri juga. Sebab, diperkuat rider karakter petarung. Sistemnya, kita tawarkan ada kesepakatan dan gas ! Tapi sebelumnya sudah ada komunikasi, request tipikal power sampai fiting riding style pacuan.

Nama Chandra Toley Hermawan, Kiki Aranxa dan Hadi Kurniawan, tampil di kelas bebek 2 tak 130 cc dan 116 cc open dan bebek 2 tak 130 cc veteran.

Chandra Tole berada di urutan 3 kelas bebek 2 tak 130 cc open, sedang Hadi sukses di podium 3 kelas veteran. Dan Kiki Aranxa kali ini dihadapkan petarung senior diatasnya, sehingga sukses di urutan 6 kelas bebek 2 tak 130 cc open. 

Probolinggo Racing Community. Setia berkiprah di event otomotif, diperuat rider karakter petarung sebagai formasi terbaru .

 

Kabar baiknya Habib Hadi Zainal Abidin, Walikota Probolinggo mensuport sepenuhnya kiprah PRC di dunia otomotif segmen racing ini. Melalui otomotif bisa dijadikan sebagai media representasi dan aktualisasi pribadi milenial, untuk berprestasi.

“Mereduksi arogansi, merubah mental lebih sehat dan terarah agar tak sampai ke perilaku liar seperti balap liar, ”beber Taufiq mengutip statetment Habib Hadi.

Keseriusan Taufiq dan Sofi Top Ten menjalankan armada PRC, juga kompleks dan dinamis. Kiprah PRC di otomotif tak sekedar turun di road race, tetapi juga aktif dalam  “Indonesia Merindu”, Taufiq sebagai perwakilan di kota Probolinggo terus mengajak masyarakat luas, mengupas otomotif dan mencari formula baru, agar bisa dikonversi ke sebuah industri dan lapangan kerja.

Ada aksi dan korporasi ini yang jadi obsesi PRC, sebagai output agar bisa balans, tujuan vertical dan horizontalnya. Meskipun masih dalam bentuk wacana dalam forum. “Tapi, kami optimis 6 bulan mendatang bisa merealisasinya, ”semangat Sofi Top Ten dan Taufiq.

Sharing Comitee Indonesia Merindu. Mendapat tanggapan antusias investor, membuka lapangan kerja kreatif di segmen otomotif wilayah Probolinggo.

 

Sebab, telah banyak investor yang tertarik setelah kami berikan ilustrasi dan pemaparan, perihal jasa cuci motor, workshop las, ketok non magic, One Stop Point Workshop, sampai jasa pengecatan. 

Bahkan mereka para investor tersentuhnya tak lagi karena bayangan laba, tapi lebih empati ke terciptanya lapangan kerja dan budaya kerja sambil ngopi. “Bener toh, ngopi terus nggak kerja kan kurang keren, ”senyum Taufiq juga putra daerah Probolinggo itu.

Sisi lain, melalui sharing comite “Indonesia Merindu”, yang di dalamnya diback up enterpreneure besar skala Nasional, seperti FED Event, ByPro Indonesia, Pronet, GW Mar Malaysia, gayung bersambut, Taufiq juga juga dipercaya oleh Indosesia merindu untuk menggelar sebuah “Muslim Expo 2020 Probolinggo”.

Memamerkan perabot dan perlengkapan peninggalan Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat, yang bertempat di Museum Kota Probolinggo.

Muslim Expo 2020 Probolinggo. Aktif berkontribusi dalam aktifitas yang sifatnya mulia & representasi pribadi Probolinggo Racing Community.

 

Bahkan yang menjadi istimewa adalah semua barang Mulia tersebut berupa fisik aslinya, yang menjadi kepemilikan Profesor Abdul Manan Bin Embong dari Malaysia. Acara ini di gelar, untuk mengobati kerinduan umat muslim akan kebesaran Nabi Muhammad SAW, dalam perjalananya saat menyebarkan ajaran Islam.

Bagi kami memang menjadi sesuatu yang tak terduga, kepercayaan yang diberikan untuk mengelola acara ini. “Tapi, satu sisi memang menjadi sebuah berkah dan petunjuk, bahwa melalui media dan pelantaran apa saja, KEMULIAAN  itu bisa dibiaskan kepada sesama, ”jelas Taufiq berfilsafat.   teks - foto : enea/opik