Makin santer dan mengemuka di permukaan, kesendirian Mevans Sanggramawijaya selama ini, mulai banyak yang menebak dan menduga-duga.
Sebab, telah terhitung hampir 4 bulan lamanya, sejak terjadinya acident Mevans justru lebih sering terlihat dengan squad Onesixeight Racing Team.
Entah di trek on road, saat training skill supermoto dan supersport di Sentul Kecil, Bogor, maupun saat berlatih di sirkuit motocross Icon BSD, Tangerang.
Meskipun banyak pihak yang tidak tahu kebenaranya, tapi perilaku Mevans yang tak biasa, justru mudah untuk dibaca dan ditebak.
Sebab, seperti ada yang aneh, ketika insan otomotif di tanah air melihat Mevans tanpa Litta.
Bukan soal parfum dan style rambut saja. Tapi, sosok permaisurinya yang manja dan wibawa, hampir tak pernah terlihat bersanding dengan Mevans.
Memang ironis bagi kehidupan Mevans, mengingat Pangeran Nurhikmah Putra Jaya itu tipe laki-laki yang harus selalu ditemani kemanapun dan dimana pun.
Dalam keterangan pers-nya Mevans dengan tegas terbuka. Saya jadi bingung, menjawab pertanyaan teman media, seputar kehidupan saya dengan Bunda Litta Rahmawati.
“Sering kali saya alihkan pembicaraan, tapi topiknya balik lagi, ”kata Mevans.
Baiklah, dengan terus terang dan izin Allah SWT, perpisahan ini sebenarnya cukup berat bagi saya, bisa disimpulkan saya pribadi tak menghendaki.
Saya dan Bunda Litta Rahmawati, telah memiliki jalan terbaik, yang dinilai benar dan lebih bermanfaat untuk masa depan.
Meskipun awal perjalanan membangun rumah tangga dengan Bunda Litta Rahmawati, saya telah berusaha maksimal, untuk level seorang laki-laki pada umumnya.
Berusaha memberikan cinta kasih yang tulus, dengan balasan cinta kasih mulia. Dan benar-benar menjadi kisah kasih yang bergulir alami dan mendalam, saat menjalin asmara dengan Litta.
“Hingga, saya dan Litta tak bisa jauh, sebab seolah ditakdirkan menjadi bagian hidup saya, ”urai Mevans.
Fakta konkrit, terjadi ketika Mevans berlaga di Onesixeight Indiel Motocross Openchampionship Seri 2 (8/2019). Di Moto 1 Mevans tercecer di posisi terakhir.
Dari pengamatan teman-teman media dan kerabat dekat crosser, menilainya karena tidak adanya sosok Litta di tengah sirkuit, dikarenakan tuntutan dan kesibukan pekerjaanya.
Litta bagi Mevans memang ibarat sebagai penyemangat hidup. Bahkan Litta, tak segan dengan terik panas sirkuit, menenteng lapboard menyemangati sang pangeran.
Perhatian Litta yang cukup besar kepada saya, memang sulit tergantikan, seiring berjalanya ruang dan waktu. Kalaupun dihadapkan dengan pilihan, saya merasa nyaman dengan kesendirian saya.
“Sebagai upaya dan usaha kesetiaan sosok pria, yang pernah terbalas oleh cinta suci dari seorang wanita, “kenang Mevans.
Proses kehidupan yang saya hadapi bersama Bunda Litta ini, bukan bicara pada koridor menang atau kalah, seperti sebuah kompetisi.
“Saya berusaha menerima skenario Ilahi, dengan tetap bersandar, memohon, berdoa kepadanya, untuk diberikan jalan terbaik, untuk saya dan Bunda Litta, ”lirih Mevans.
Kalau diilustrasikan dalam sebuah kompetisi, persis dengan jalur racing line. Ada saatnya nusuk dari luar ke dalam dan sebaliknya, agar singkat dan terdepan saat menebasnya.
Kadang ada resiko seperti hard landing yang harus diterima, padahal sejatinya disebabkan kurangnya improve saat training skill. Bagi laki-laki, harus menghadapinya dengan tegar dan percaya diri tanpa intervensi.
“Disini saya menemukan arti, bahwasanya hidup bukanlah kompetisi, tapi berkompetisilah buat hidup, ”semangat Mevans.
Dimana definisi sesungguhnya, jalinan cinta kasih akan terukir sejati dan abadi, saat diperjuangkan dua insan yang saling memahami, dalam mengarungi biduk rumah tangga.
Saling menjaga, saling percaya, saling mengasihi dan saling memotivasi, di berbagai ragam warna corak kehidupan.
Tapi, ketika sang pencipta memiliki rencana lain, dengan hikmah di belakangnya jauh lebih baik. Tentu, saya dan Litta hanya bisa menjalaninya dengan berikhtiar.
“Sama-sama jaga kesehatan, berusaha sabar dan tetap semangat membesarkan Nara sapaan buah hati kami hingga dewasa, ”urai Mevans tulus. teks - foto : enea/doc