Evolusi adventure di tanah air, memang tak ada habisnya untuk dibahas. Tumbuh dan berkembang, layaknya fenomena bola salju. Termasuk soal tunggangan, mulai marak fenomena merebaknya motor-motor enduro 2 tak, dijadikan basic gacoan adventure. Berkapasitas mesin rata-rata 250 cc, 300 cc dan 350 cc.
Memang menjadi hal yang wajar, ketika meninjau makin atraktifnya trek adventure yang dipilih oleh rider atau komunitas yang berlaga. Seolah terus beradu tantangan paling sulit, hingga skill dan kemampuan rider, untuk menyelesaikanya. “Eit, pada point ini tak ada yang sok atau paling jago, memang menjadi evolusi dan berjalan alami, ”sebut Janal Chunk crosser Executive Pro pemilik gerai DQ Motor di Ruko Lotus Regency D2, Jl. Ketintang Baru Selatan 1/62, Surabaya.
Enduro 2 tak, yang desain mesinya mirip special engine itu seolah hadir menjadi jawabanya. Dari segi bobot lebih ringan, pencapaian power to weight ratio jadi lebih baik. Rider tak mudah lelah, saat menegakan pacuan, meskipun puluhan kali terpelanting terjegal akar yang nongol di trek.
Yudhistiro Kusno mania adventure Surabaya juga menyebutkan, bahwa enduro 2 tak lebih ringan handlingnya. Soal pencapaian adaptasi memang benar, kalau enduro 2 tak lebih familiar bagi rider level rookie.
Sebab, power produktifnya lebih nongol di tengah. Sebaliknya 4 tak power produktif bisa diumpan sejak awal. “Ketika dipadukan dari perbedaan tipikal mesin dan lebih ringanya bobot enduro 2 tak ini tadi, yang membuatnya rider adventure level rookie, lebih mudah menguasai performa kuda besi dan trek, ”kata Yudhis sapaanya.
Kabar terbarunya siklus mesin 2 tak sampai tipikalnya telah mengalami perubahan mendasar. Bawaanya tak perlu umpan RPM dan gantung kopling. Janal sempat kaget saat mengikuti Black Parade Malang di tahun silam, melihat aksi enduro 300 cc dan 350 cc salah dua brand ternama, ringan merayap di tanjakan 45 derajat dengan tipikal trek licin.
Seolah bukan lagi tipikal mesin 2 tak yang merayap, bengisnya jadi smooth, torsinya sanggup dimuntahkan sejak RPM awal. Logika dan logisnya kemampuan enduro 2 tak tadi, cukup besar didapat dari kontribusi penyusutan bobot kuda besi lebih ringan. Power besar bobot ringan dan trek berat, singkat ditebas enduro 2 tak.
Traksi rodanya seakan terukur, hingga tak perlu dipompa pakai selip kopling. “Intonasi RPM tak patah-patah, dari sini ketahuan dan makin mudah ditebak kalau porting silinder, extra valve lubang buang, bobot daun as kruk, balancer weight, pola reduction primer ada perubahan, yang cukup drastis, ”cerita Janal.
Sampai dikejar-kejar rasa penasaran, saya menyempatkan menguji coba. Dan memang beda, output powernya sudah seperti 4 tak. Semburan HP dan torsi mesinya, lebih dinamis. Tak perlu setengah kopling, sudah dapat torsinya. Kurva RPM 2 tak yang identik torsi-nya menurun di gasingan atas, sekarang berbanding terbalik dengan 2 tak yang saya kenal dulu.
Kondisi seperti ini sekaligus menjadi angin segar bagi rider adventure rookie yang baru saja bergabung. Sekalipun saat menyasar trek sungai, dari ground clearance juga setara. “Dengan kemampuan kuda besi jenis enduro 2 tak ini, seolah memberi kepercayaan lebih saat beradventure, ”urai Yudhis.
Sebab tak perlu kursus skill khusus untuk bisa beradventure. Enduro 2 tak lebih memahami kebutuhan rider adventure. “Point lebih ringanya bobot, saya yakin sudah mengatasi semua masalah dan problem klasik rider adventure, ”dukung Janal juga Direktur JC Suspension, Surabaya itu.
Dari sisi durability mesin, juga jago. Sebab, siklus oli samping sudah masuk hingga as kruk dan big end. Belum lagi yang telah memakai teknologi Fuel injection. Konsumsi bahan bakar semakin irit dan presisi. Saat roboh atau jatuh tak bingung lagi atasi soal problem BBM banjir.
“Ketika ditinjau dari metodhe pembanding, terlepas soal fisik, rider adventure yang skillnya 7 dan biasa memakai 4 tak, sekarang setara dengan rider adventure rookie yang naik enduro 2 tak, ”analisa Janal.
Dari sisi persiapan workshop MX-GTX, menanggapi fenomena merebaknya enduro 2 tak ini, juga telah ada berbagai langkah konkrit. Seperti soal seting suspensi, scan tool untuk mendiagnosa penyimpangan mesin dan pendukungnya, hingga persiapan perangkat lunak untuk keperluan remaping.
Kalau prediksi saya, nantinya tetap ada peralihan. Tapi, nggal langsung drastis. Alternatif pilihan, kemungkinan akan merujuk ke 2 tak tipe X (cross), dengan harga lebih terjangkau. “Sebab, pola pikir utamanya tetap memprioritaskan bobot kuda besi yang ringan, ”prediksi Janal. teks - foto : collins/dok jk
Keterangan
KTM 250 : Rp. 167 juta
KTM 300 : Rp. 186 juta
Husqvarna TE 300 : Rp. 183 juta
Husqvarna 350 : Rp. 191 juta
KTM 350 4 tak : Rp. 191 juta
KTM special engine 250 : Rp. 154 juta
KTM 350 4 tak : Rp. 163 juta
YZ 250 X : Rp. 95 juta