Tingginya animo kalangan orang tua milenial, dalam upaya mendukung putra putrinya menitih karier di olahraga otomotif segmen roda dua mini trail, pelan tapi pasti terus menuai perhatian public.
Tanpa komando, olahraga otomotif yang terklasifikasi, dijubeli crosser di level "PAUD" ini, singkat tumbuh dan berkembang.
Seperti di Jombang, yang masih dalam bentuk wacana, telah bergulir pembentukan Jombang Mini Trail Community.
Setelah mendapati beberapa Kabupaten di Jawa Timur, telah banyak komunitas mini trail, yang dikelola, dibina, diarahkan dan dikawal, secara terukur.
Hasil dari inisiasi Hery Benk, Iwan Budi Setyawan dan Ragil Bianto, yang berawal dari kopdar dan latihan bersama di sirkuit Emprit, Sugihwaras, Jombang.
Hery Benk sebagai crosser kawak, sangat berempati ketika menjumpai Abiandra, Raja, M Alfan, Rizky, Rafiz dan Agam, dengan semangat 45 memiliki keinginan kuat untuk berlatih.
Bahkan, setelah mengetahui euforia ini, kabar rencana alih fungsi sirkuit Emprit untuk kembali dijadikan lahan pertanian, karena lama vakum, akhirnya dibatalkan.
Ditambah lagi, jajaran orang tua yang putra putrinya berlaga di mini trail asal Jombang ini, tampil saling menguatkan juga solid, saat tampak merapikan ilalang di seputaran sirkuit.
Kemudian, membuka Paddock bersama, ketika menghadiri Jambore Executive Jatim Motocross 2025, Minggu silam, yang dijubeli oleh petarung mini trail dengan total diluar prediksi.
Termasuk bertandang di kejuaraan MX GTX openchampionship di Pujon, yang melagakan mini trail.
Dari beragam aktifitas ini, Popularitas dan prestasi petarung mini trail Jombang, lantas singkat tersiar luas, melalui medsos dan media on line.
Bahkan, jajaran pemerintahan setingkat kelurahan di Jombang, sampai mengetahui aksi brutal crosser-crosser PAUD asal Jombang di kejuaraan resmi prestasi.
Energy positif berbalut semangat patriot membawa nama Jombang ini, yang lantas mendorong dibentuknya Jombang Mini Trail Community, dengan sekertariat di Perum Tunggorono blok DB 11, Jombang.
Makin spesial, dari tingginya intensitas hasil komunikasi sembari ngopi, dari para konseptor ini, lantas hadir topik pembicaraan dengan konten kajian, evaluasi, misi beraroma visioner.
Diantaranya soal "skala" sirkuit, berbanding dimensi mini trail dan kemampuan pilotnya, memang terbilang belum proporsi ketika diterjunkan di sirkuit motocross - grasstrack, menu special engine dan sport FFA.
Maka, wejangan "Nerimo Ing Pandum" sementara diabaikan !
Mengingat point ini menyangkut soal kelangsungan jenjang pembelajaran, layaknya proses menimba ilmu, kurikulum mata pelajaran dimulai dari PAUD.
Di fase krusial ini, Ragil Bianto juga sosok birokrat di Jombang, mendapat tawaran tanpa debat dari Didik Dwi Mulyawan Lurah Tunggorono, untuk pemakaian lahan di kawasan dusun Dayu, desa Tunggorono.
"Sebab, dari sisi perspektifnya mini trail, tepat menjadi cooling system sejak dini, membelajari disiplin, hidup sehat, membangun mental baja dan alternatif pengalihan dari gadget.
Kemudian, desa Tunggorono harus berprestasi, baik dari lingkungan, akademis, industri kreatif, juga hobi, "jelas Ragil Bianto mengutip statement Didik Dwi Mulyawan.
Sejak berita ini diturunkan, lahan seluas 1400 meter persegi itu, telah memasuki tahap proses pembuatan handicap, jadi sementara yang terbentuk masih sebatas racing line tipikal teknikal, 30% handicap dan drainase.
Dan berdasar dari inspeksi serta pertimbangan safety pembalap, "sirkuit Dayu Tunggorono" dinyatakan telah bisa dipakai untuk prasarana "Simulasi Latih Tanding".
"Pada prosesnya menuju Goal, untuk sementara waktu biar mengalir dan enjoy lebih dulu, sembari memikat, merangsang dan menjaring minat "crosser cilik" terhadap mini trail.
Kami juga ada keinginan merubah paradigma orang tua, bahwa jenjang motocross dan grasstrack, bisa direalisasi, serta dimulai dengan bajet yang logis.
Mungkin, juga menjadi timing yang tepat, untuk memulai mengarahkan putra putri ke hobi prestasi, selain akademis, "tegas Iwan Budi Setyawan Panglima Jombang Mini Trail Community juga atlit Perbakin berprestasi Jombang.
Dan menanggapi soal aturan teknis, prosedur dan keprofesionalan, telah dalam proses merumuskan.
"Karena, mini trail ibarat kertas putih, untuk memulai menanamkan habit positif juga sportif, memang telah kami sepakati dan memulai, "sebut Ragil Bianto.
Berlandaskan moral itu, sementara diberlakukan KTA internal, untuk klasifikasi usia crosser dan mempermudah pengkategorian kelas-nya.
"Acuhanya, tetap kelas-kelas mini trail series yang dilagakan, yaitu Mesin potong rumput under 7 tahun dan Mesin sentrifugal non gear box usia 10 tahun.
Mengingat kelas yang bergulir di Jabar dan Bali, termasuk di Jatim ini, untuk sementara waktu dipakai, karena pertimbangan keberadaan jenis mesin mini trail, "terang Hery Benk juga menjabat Kepala Program Keahlian Otomotif SMKN Wonosalam.
Dari persamaan kelas dan klasifikasi usia yang telah disepakati secara Nasional ini, Jombang Mini Trail Community, jadi makin terobsesi laga di luar provinsi.
"Atau sebaliknya, kami juga siap mengakomodir untuk menggelar event kolosal skala nasional mini trail di Jatim !
Sebab, menurut kami, eksistensi dan konsistensi mengawal keberadaan kelas ini, mutlak untuk dibina bersama, "papar Ragil Bianto.
Benarkah fenomena mini trail ini menjadi sinyalemen keras, hadirnya reinkarnasi kejayaan Jombang, di laga garuk tanah, yang kebetulan tercetus di Gerbang Tunggorono ? skg