Interprestasi dan ekspekstasi, seolah terus dibangun oleh Bayu Firmansyah dan H. Tole dari Rabbani MX Shila 57 yang tenar dengan sebutan Rash Organizer, penyelenggara event otomotif yang hadir karena panggilan hati nurani.
Libur dan tertundanya jadwal balap yang panjang, jujur yang menarik perhatian pentolan otomotif asal Malang itu. Bukan melawan arus, apalagi cari kasus ! jujur hati nurani yang tergerak, untuk kembali menggairahkan otomotif, di Jatim.
Melalui pagelaran road race dan supermoto, Rash Organizer banyak mendapat aplaus, sindiran dan sesekali dalam hati mbatin, dengan berucap luar biasa !
“Bukanya kita show off, tapi sekali lagi hanya sebagai bentuk simpati, untuk kembali memulai menggairahkan event otomotif di Jatim, secara prosedural dan terukur, ”tegas Bayu.
Di ruang ini saya justru menantikan dukungan pengamat, penghobi otomotif, siapapun lah, untuk kembali menggairahkan dunia otomotif.
Misalkan ada yang memiliki persepsi keinginan sepihak, pasti peserta di bawa angka 100. Tapi kalu sudah menembus peserta diatas 250, kalau dikaji dalam ilmu demokrasi, ya silahkan menebaknya sendiri. Antara aspirasi atau ambisi !
Hingga untuk menciptakan sebuah kondisi yang kondusif dan bermartabat, setelah selesainya perjalanan event, tetap kita adakan evaluasi. Memaparkan apa yang dinilai kurang pantas, atau sisi mana yang bikin peserta kurang puas.
Pada evaluasi ini, kami dari Rash berusaha membedah, soal tarik ulur masa pandemi. Melalui realisasi tanpa penonton, outputnya memang luar biasa.
Tanpa penonton, balap tetap jalan. Tanpa penonton, rider bisa kembali mengembangkan bakatnya. Tanpa penonton, rider bangga memakai wearpack, sepatu dan helm barunya. Dan masih banyak lagi input sebagai sinyalemen kuat, agar event otomotif kembali berjalan.
Kalau saya menilainya, pada point ini antara keinginan dan kebutuhan, melebur menjadi satu dari pelaku balap. Banyak algoritma sebagai latar belakangnya. Prestasi, perjalanan usia, menghidupkan perekonomian, sampai gairah berbagai element pendukungnya.
“Kisi-kisi uraian seperti ini yang terus membuat miris, akan kelangsungan dunia otomotif khususnya balap motor di Jatim, ”beber Bayu.
Tapi, yang sudah ya sudahlah, terpenting bagaimana cara dan konsekuensi untuk menyambut bergulirnya event balap. “Dan berusaha setia menjalankan prosedur dan protokol yang dinilai menjadi konsekuensinya, ”semangat Bayu. teks - foto : skg