Sudah menjadi standarisasi kompetisi roda dua nasional, atau special event yang memang berpegang teguh atau mengacu ke sportifitas, selalu dibekali transponder. Transponder mampu memonitor sekaligus pendeteksi keberadaan posisi kuda besi para petarung, sepanjang perjalanan kompetisi.
Alat canggih ini sekarang diaplikasi pada kuda besi para petarung MX dan GTX, di ajang supremasi tertinggi wilayah Sumatera yang tenar dengan sebutan “JC Supertrack National Championship 2020” di Jaharun Circuit, Jalan Besar, Petumbukan, Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (29-1/03/2020).
Hal demikian yang kemudian kian mendongkrak kualitas kompetisi JC Supertrack National Championship 2020 di Jaharun Circuit. Owner tim, manajer, mekanik dan para petarung jadi merasa tenang, hingga mampu menumbuhkan kepercayaan lebih tinggi, terhadap kualitas even JC Supertrack National Championship 2020.
Sebab, seluruh perhitungan durasi waktu yang diberikan oleh panitia berbanding posisi para petarung, terpantau lebih detail. Seluruh pit crew yang mendapat tugas memonitor di sirkuit, lebih presisi memberikan kode dan aba-aba kepada para petarungnya. Kapan saatnya menahan, full throttle hingga kebutuhan menempatkan posisi untuk mengamankan point, berlangsung lebih mudah.
Sekali lagi transponder memang sangat vital dan penting, terlebih lagi untuk Jaharun Circuit, yang tak bisa dipantau dalam sekali pandang, efek saking luasnya layout sirkuit. Sebab, dengan transponder, berlangsungnya overtake dan perubahan posisi petarung tetap terdeteksi, meskipun diluar pantauan pit crew. “Hal ini biasa terjadi saat overtake berlangsung di balik table top atau single jump, ”urai Janal Chunk Direktur Utama JC Suspension Surabaya.
Janal Chunk berserta squad JC Suspension, Surabaya hadir di Jaharun Circuit, Jalan Besar, Petumbukan, Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, sebagai upaya untuk konsolidasi dengan tim JC Suspension, Medan. Sekaligus memantau perkembangan soal pemahaman tim-tim MX dan GTX Sumatera lebih komprehensif.
Balik ke topik, dengan transponder catatan waktu petarung di setiap lap-nya, bisa muncul yang kemudian bisa menjadi bahan evaluasi bersama antara mekanik, crosser-tracker dan instruktur. Statistiknya ketika dikonversi ke grafik makin mudah terlihat, antara peningkatan dan penurun bahkan saat stagnan.
Dari situ juga kemampuan fisik tracker-crosser bisa terkuak, termasuk durability performa mesin kuda besi. Mana yang tahan lama, atau hanya bisa bengis di 5 lap. “Tolak ukur demikian ini, yang kita berikan agar bisa menjadi input aktual kepada seluruh tim GTX dan MX yang berlaga di Jaharun Circuit, ”tegas Janal.
Debat kusir, perasaan sudah merasa ngotot full throttle tak lagi berlaku, ketika tak selaras dengan catatan waktu yang diinput transponder. “Dengan begitu, manajemen tim akan tertata lebih baik lagi, hingga memacu kesadaran awak tim dan tak lagi saling tuding, ”yakin Janal.
Bahkan merevisi gaya menebas variabel trek, juga bisa dikaji dari sini, guna memperbaiki catatan waktu lebih baik. Atau bisa jadi gaya balapnya terkendala oleh kurang layaknya performa suspensi, yang tak sebanding dengan kebutuhan.
Satu catatan penting yang perlu diurai adalah soal brand dan kebutuhan. Bukan berarti brand suspensi yang telah mendunia, cocok dengan kebutuhan tipikal trek Jaharun Circuit. Sebab, gaya membawa kuda besi, bobot tracker-crosser, berbanding kondisi trek erat terkorelasi.
Itu juga yang menjadi latar belakang mengapa, JC Supertrack National Championship 2020, soft previewnya dibuka dua minggu, sebelum berlangsungnya even. Agar, semua tracker-crosser bisa melangsungkan adaptasi lebih dulu. “Termasuk soal setingan suspensi dan kemampuan performa mesin, ”sebut Janal. teks - foto : collins/JC