Nama Agung Ahong pemiliknya, sejak belia sudah malang melintang di karapan liar. Namanya cukup dekat dengan sederetan maestro tuner 2 tak Surabaya. Bahkan, warga kawasan Simo, Surabaya itu terbilang loyalis 2 tak, sebab sejak belia sudah mania 2 tak.
Lengkingan mesin 2 tak menurut Ahong sapaan bekenya, seolah mengajak bereinkarnasi. Mesin 2 tak memang legend bagi pelaku balap kawak, layak untuk mengangkat topi mengenang pendahulu Surabaya.
Kelahiran 1978 dengan 4 momongan ini, melalui dunia otomotif ingin menularkan hobi kepada anak. Otomotif bagi saya everlasting, sportif, tangguh, brotherhood dan nggak cengeng.
“Sifat dan karakter itu yang kira-kira bisa saya biaskan ke anak-anak saya nantinya, ”jelas Ahong berfilsafat.

Jujur kalau boleh cerita, dibangunya tim Seven Luck B-Joss Racing Team ini, juga sebagai perwujudan terima kasih saya kepada pelaku otomotif Surabaya.
Melalui tim ini, saya ingin mengenalkan usaha saya di bidang clothing all segmen all varian, dengan brand “Seven Luck”, yang mulai merambah ke provinsi sebelah dan luar pulau.
Squad B-Joss, Surabaya termasuk Anton arsiteknya, tak lain turunan tuner 2 tak legend Surabaya. Sejatinya reinkarnasi tuner legend Surabaya ada di B-Joss. “Setia dan konsisten bermain di jalur 2 tak, ”puji suami Rena itu.

Dengan Ninja 150 R korekan Anton ini, Ahong kembali ingin memeriahkan karapan liar dan event drag bike resmi. Pemegang akun instagram agung_toteto, mendaulat Prima Sanjaya sebagai rider inti.
Spesifikasi korekan yang dibangun juga ngeri, jarak berapapun dijabanin oleh Ahong. Baik 201 meter maupun 500 meter, seperti yang sering diposting oleh penghobi speed kekinian.

Anggap saja mereka yang menggugah semangat pelaku kawak untuk kembali tampil. Kalau sudah begitu, basic rival apapun kami atas nama Seven Luck B-Joss, sepakat sudah siap. “Dan saya pribadi enggan untuk taruhan, malas membuka kisah lama, cukup fokus di otomotif saja, ”tegas Ahong.
Soal serum korekan paling up date, liner diadopsi dari aftermarket dengan material unsur carbon. Prinsipnya mencari persamaan teknologi yang disandang Ninja 150 R. Kalau OEM memakai electrofusion liner dan sekarang pakai unsur carbon.

Keduanya sama-sama licin, dipermukaanya terdapat pori halus sebagai kantong campuran gas segar dengan komposisi 1 avgas : 30 cc Maxima. Penggantian liner ini juga dikarenakan mengejar kapasitas mesin 180 cc.
Alasan itu piston memakai Moto-1 berdiameter 65 mm. “Sesuai request sengaja saya persiapkan untuk laga tanpa syarat, sesuai request, ”beber Anton.

Makin spesial stroke bertahan di 54,5 mm, tapi berganti crankshaft ZX 150 QTT lengkap dengan bearing FAG Germany. Desainya lebih utuh dan minim rongga. Second compression kian optimal, gas segar makin singkat terdistribusi ke ruang bakar.
Penataan porting silinder, masih tahap 1. Menerapkan tinggi exhaust 30 mm, dengan lebar 42 mm, berdesain trapesium. Pasti langsung terbayang fokus menghentak di gasingan atas !

Tinggi lubang transfer bukanya tepat, istilah lebih pas terukur. Sebab, hanya dijadikan 43,5 mm. Cenderung menghendaki setingan kering, selaras dengan perbandingan kompresi yang ditakar di 7,4 : 1.
Konsep korekan ini menurut Anton, merujuk ke peningkatan interval RPM yang kasar, sebagai penstabil suhu mesin, radiator memakai aftermarket dengan dimensi lebih besar.
"Volume water coolant jadi meningkat, diproyeksikan untuk membantu proses melepas panas mesin, "timpal Ahong.

Dilayani karbu OEM yang telah diremer 31 mm pada silinder skep, berikut venturinya. Untuk racikan jeting, Anton memohon untuk dirahasiakan lebih dulu. Sebab, masih terbilang fresh racikan karbunya.
Jet needle dan nozzle berbeda, dari yang biasa dikanibal tuner kawak. Prinsipnya semburan gas segar lebih kuat diatas 150 meter. Jadi mampu menutupi kelemahan siklus mesin 2 tak, disaat RPM makin tinggi tekanan negatif makin menurun. “Nah, racikan karbu ini menjawab kelemahan siklus itu, ”detail Anton yang meminang reed valve KX 85 produk Mossbarger.

Distribusi power to speed, gigi rasio 1 dan 2, yang diracik ulang. Dengan perbandingan gigi 1(30-15) dan 2(27-18), sedang gigi 3, 4, 5 dan 6 memakai standar. Disempurnakan final gear 14-35, untuk trek 500 meter.
Hasil seting speed, untuk trek 500 meter masih mampu membekukan catatan waktu 13,4 detik. Tarjet yang harus saya kejar 12,5 detik. Untuk melayani panjang trek 500 meter, memang butuh rider cerdas.
Selain mulus meluncur saat start, tapi tak sampai memforsir RPM, juga bisa membagi porsi power produktif hingga 400 meter. “Kalau sisa 100 meter hanya sebagai penerus, ”beber Anton.

Progress seting speed berikut lanjut memakai knalpot ABRT, dengan dimensi leher 38 mm, perut 42,5 cm, stringer 27 cm dan sarangan silincer 27 mm. Berikut pemakaian CDI produk DSK yang baru saja didatangkan Ahong dari koleganya.
Bahkan, infonya Ninja rangak standar 155 cc, mulai banyak yang memakai CDI produk DSK di provinsi sebelah. Segala sesuatunya termasuk detail option part racing, akan saya persiapkan yang terbaik. “Sebab, racing itu dinamis, macam RPM naik turun, ”senyum Ahong. teks - foto : collins