Kuda besi garpu tala yang melegenda ini, kuat menjadi trade mark mania otomotif kawak.
Beruntung buat sampeyan yang memilikinya, sebab seiring fenomena iconic bike dan restorasi, harganya terus merangkak naik.
Salah satunya Gus Maki asal Bangkalan, Madura, turut mengapresiasi sport 2 tak, yang diklaim meramaikan blantika otomotif hingga 3 generasi, dari modern, milenium dan milenial itu.
Di tengah aktifitas kegiatan rohani dan dakwa, Gus Maki juga cukup perhatian dengan RX-King daily use-nya.
Seperti tongkrongan exterior, yang bertebar piranti branded ciri khas pemain kawak otomotif.
Macam grip spontan yang dipinang dari Magura, brand lawas sebelum maraknya cap racing.
Demikian head light, berganti Rhino Light yang tenar disebut day maker kontur persegi panjang.
Berkombinasi stop lamp aftermarket double light, bersanding jok redesign kontur tipis.
Keseriusan Gus Maki soal perhatian tampilan kuda besinya, sampai berujung pada pemakaian sok depan Byson berikut triple clamp dan double shock RCB aksen gold.
Dikawal cakram depan floating aftermarket, didekap caliper Kitaco dan master RCB.
Kelar tongkrongan tampil gahar, giliran performa mesin yang mendapat jarahan.
RAT Motorsport di Jl. By Pass Juanda 17, Sidoarjo, yang didaulat untuk realisasinya.
Ditangani oleh Bagas Saputra siswa RAT Motorsport berbasic rider karapan, asal Salatiga, Jateng.
So pasti, soal performa dan cita rasa, Bagas sapaanya jeli menerjemahkanya.
Buat karakter dan pribadi Gus Maki, korek harian yang diinilai Bagas paling tepat.
Ironisnya, Gus Maki justru mengorder perfroma mesin setara pacuan rider drag bike nasional.
Statement itu yang justru memotivasi Bagsa, buat mengusung gigi rasio Moto-1.
Hingga memicu penggantian kampas dan pegas kopling kompetisi.
Sebab, tipikal dan output gigi rasio Moto-1 setara close rasio.
"Setiap percepatan layak diback up piranti kopling racing, agar akurasi speed dihela lebih meningkat, "urai Bagas.
Pertimbangan close rasio itu pula, pengapian assy dari fly wheel magnet, CDI dan koil dipinjam dari Daytona YZ 85.
Jelinya Bagas, tipikal mesin YZ 85 setara dengan RX-King. Sehingga, pengaturan dan konversi timing pengapian, lebih instant.
Hasil pengujian dynotest, limit RPM mampu menembus 12 ribu.
Maka, cukup rasional ketika meninjau piston dan liner dari JP Carbon. Menurut Bagas, naik turun piston kian licin, setara mereduksi nilai BHP.
Guna melayani kebutuhan mesin, tinggi lubang transfer dijadikan 40,5 mm, berikut polesan.
"Sedang tinggi exhaust menganut 24 mm, berkontur trapesium dengan struktur paling lebar 41 mm, "tunjuk Bagas yang mematok ruang bakar di 13,2 cc.
Kerenya aksi modifikasi mesin, berlanjut pada pemakaian knalpot style Jakarta.
Tampilan luar standar, sekat daleman hasil rombakan. Pengaruhnya, akselerasi lebih merata dari gasingan bawah tengah hingga atas.
"Tipikal performa demikian juga atas kontribusi karbu PWK 28 mm, yang diseting dengan main jet 145 dan pilot jet 48, "jelas Bagas yang menyempurnakan melalui pemakaian membran V Force III RX-Z. enea