Marco Marquez Crosser 50 cc - Rabbani Java Muda MX Team, Malang : CROSSER 50 CC BERGELAR CALON HAFIZ AL QURAN

Menjadi fase paling krusial seiring perjalanan karier Putra Mahkota Rabbani Java Muda, Malang.

Kabar terbarunya, Marco begitu akrab disapanya, lagi dihadapkan dilema soal membagi waktu dunia pendidikan yang dilaluinya.

Marco di usia yang relatif belia, dalam waktu dekat ini menjadi calon hafiz Al Quran, selain mata pelajaran utama, yang didalaminya.

Soal IQ dan prestasi, Marco terklasifikasi anak yang cerdas, sesuai DNA-nya.

Problem klasik, prioritas dunia pendidikan dan karier di motocross, mulai ditinjau ulang oleh H. Agus Tole dan Bunda Marco, yang setia mengawal di setiap laga.

Pasalnya, tahun ini menjadi tahun terakhir bagi Marco, berada di fase pemantapan 50 cc.

Di sisi lain, untuk menjadi hafiz Al Quran, butuh tahapan belajar dan waktu, dengan tingkat konsentrasi yang tinggi.

Sehingga di sisa waktu ini, percepatan pembentukan skill Marco di motocross, mutlak harus diadopsi.

Tanpa mengganggu ruang waktu dan mode balajar Marco, "terang CEO Java Muda Group, Malang.

Termasuk di special event Onesixeight Indiel Motocross Grasstrack Openchampionship 2022, Semarang silam.

Aktual menjadi tahap pembentukan jam terbang yang representatif bagi Marco.

Sebab, rivalnya tak lagi berasal dari zonasi Jatim, melainkan nasional.

Bejibunya petarung belia 50 cc, yang berlaga di sirkuit Wanko, Bubakan, Semarang, sungguh diluar ekspektasi saya.

"Sebab, di Jatim peminat 50 cc minim, saat mengikuti beberapa laga usai pandemi, "tutur H. Agus Tole.

Kondisi atraktifnya perseteruan 50 cc ini, praktis memacu H. Agus Tole memburu MX Training yang kredible juga profesional.

Salutnya, gaya balap Marco ikut terdongkrak dengan derasnya arus kompetisi.

Point ini, nyali dan skill Marco ikut terkatrol, saat berusaha beradaptasi.

"Seluruh kemampuan sudah saya kerahkan, tapi masih saja dilewati lawan, "senyum H.  Agus Tole mengutip keluh kesah Marco dibawa terik 39 derajat.

Saya mulai interest dengan ekspresinya. Pribadinya mulai tumbuh pemahaman kompetisi.

"Secara psikis mulai terjadi pemahaman dan tolak ukur, mana gaya balap yang baik dan di sisi mana letak kekuranganya, "nilai H. Agus Tole.

Hingga di akhir lap, handicap by handicap dilaluinya "nol accident", kendati baru pertama kali berlaga di sirkuit Wanko, Bubakan, Semarang.

Mulai terbangun improve, mana trek licin yang butuh power smooth dan kapan saatnya full throttle.

Demikian sikap postur tubuhnya, mulai ada pemilihan dan pembenaran yang dinilainya paling nyaman.

Tinggal pembenahan pola dan teknik pelatihan, yang secepatnya harus dirubah.

Sebab, ketika meninjau perjalanan event dan hasil evaluasi mendasar, Marco tetap membutuhkan sosok sparing partner.

Pola pemikiranya masih berkutat dalam limit ideal membalap dan teknik yang safety, seperti awal pengenalan basic motocross.

Kedepanya, seiring intensitas event motocross, saya optimis fundamental Marco akan singkat beradaptasi.

"Sebab, bagi Marco baru pertama kali ini menghadapi rival sejatinya di 50 cc, ketika meninjaunya dari sisi jumlah peserta yang dihadapi, "tambahnya.   skg