Secara resmi Djagung Racing Factory Malang, merelaunching kembali bergabungnya Dunlop produsen ban terkemuka di tanah air, sebagai sponsor team di musim kompetisi MX 2021.
Dan mensuport sepenuhnya MX Team yang dikomandani oleh H. Daniel Tangka suami dari Hj. Umi Latifah.
Momen relaunching ini turut ditandai dengan peluncuran ban MX terbaru dari Dunlop, yaitu Geomax MX 53 dan MX 33, di sirkuit pribadi Djagung Racing Factory, Plengkung, Malang.
Reviewnya, sirkuit ini menjadi salah satu sirkuit legend di tanah air. Setelah sukses menjadi kawahcandradimuka para crosser era 2005. Juga tercatat pernah menjadi tuan rumah Power Cross di 2011.
Maka, korelasi pengujian Geomax MX 53 dan MX 33, di sirkuit Plengkung, memang tepat. Sebab, telak terklasifikasi sebagai sirkuit standar nasional, hasil desain H. Daniel.
Secara profil, patern dan desain, Geomax MX 53 mengadopsi tipe intermediet tapi cenderung kering. Kondisi trek gravel dan pasir lebih digdaya.
Sedang MX 33, karateristiknya cenderung basah, disebut sebagai penerus 3S. Dan menjadi primadona crossser, saat bejibaku di trek pasir.
Ditinjau dari kontur penampang kedua tipe terbaru dari Dunlop ini, tapaknya lebih membulat.
Kental mengakomodir crosser yang demen mengumbar power di berm dan fast corner. "Traksinya lebih dapat buat rebahan, "sebut H. Daniel yang paling kritis soal pemilihan tapak kaki.
Untuk melengkapinya, memang butuh pembuktian sebagai pengujian. Sesi demo performa Dunlop MX 53 dan MX 33, turut mengundang crosser potensial tanah air, yang namanya sering mengisi list kejuaraan di 3 besar tanah air.
Ada nama Raffi G Tangka, Ananda Rigi, Marcelino "Icenk" Rigi, Aldi Lazaroni, termasuk Daniel Tangka turut menjadi tester. Sengaja usia dan level crosser yang mewakili sesi demo ini beragam.
Untuk mengimplementasikan, bahwa Dunlop MX 53 dan MX 33, cukup bersahabat dan ideal melayani kapasitas dan latar belakang crosser yang beragam.
Memang benar demikian, kemewahan performanya sulit terbantahkan.
Apalagi pabrikan Dunlop cukup agresif meluncurkan tipe ban MX. Tak lain, untuk mengakomodir berbagai segmen pasar MX.
Dari low end maupun high end, dari new comer sampai expert. "Ini yang memastikan nama Dunlop di dunia MX tanah air, terus meroket, "lontar H. Daniel.
Spesial Dunlop MX 53 dan MX 33, terklasifikasi sebagai tipe premium. Proyeksinya di kejuaraan nasional dan international.
Atau lebih tepatnya, mengakomodir pasar yang lagi krisis kepercayaan terhadap produk ban MX. "Termasuk crosser yang ingin up grade tapak kaki, untuk menunjang skillnya, "yakin H. Daniel.
Klop dengan kapasitas dan kredibelitas Djagung Racing Factory yang aktif di laga MX tanah air, baik kejurda, nasional hingga international.
Chemistry seperti ini juga telah terbangun cukup lama. Saya mengapresiasi kepedulian Dunlop di dunia MX tanah air.
Mau turun ke lapangan, mau mendengar keinginan pasar dan selalu menyajikan sebuah inovasi dalam setiap produknya.
Entah bahan, patern, profil hingga bentuk penampangnya. "Sehingga, terkesan lebih memahami minat pasar terkini, "puji Daniel Tangka.
Selain adaptasi performa dengan berbagai usia dan level crosser, produk Dunlop MX 53 dan MX 33, juga diuji coba dengan performa 7 special engine dari beberapa negara.
Yaitu dua unit KTM 250 cc "2021, tiga unit Husqvarna 250 cc "2021, Husqvarna 125 cc "2021 dan YZ 250F.
Sebagai catatan, special engine yang disebutkan di atas, memiliki tipikal kurva power berbeda. "Dari buas, medium dan smooth, papar Rafi".
Faktanya, untuk melayani tipikal performa mesin Eropa dan Jepang, sangat mumpuni.
Hingga, untuk memastikanya di sesi demo kali ini, turut digelar simulasi latih tanding dan Power to Power.
"Dalam kondisi saling menekan dan menahan ini, manuver dan handling terjaga lebih stabil, saat crosser dipacu mengeluarkan jurus out of the box, "senyum Rafi.
Hingga, Aldi penasaran dengan performa MX 53 dan MX 33, saat menebas berm, seperti yang telah disampaikan H. Daniel.
"Diolah dengan gaya balap dan variabel RPM yang hampir menembus limit, kontrol racing line terjaga lebih baik, "puji Aldi.
Termasuk Icenk, dengan performa Husqvarna 125 cc-nya, jadi makin lincah dan akselerasi lebih ringan.
Energy positif ini yang kian memaksa Icenk, meningkatkan konsentrasi menghadapi variabel handicap sirkuit Plengkung.
Mengingat, makin sempurnanya traksi, otomatis speed meningkat drastis.
Raffi juga sependapat dengan Aldi. Super istimewa saat dibesut di berm, lebih singkat dan terarah.
Tahapan ini turut dibuktikan, melalui up grade speed saat di berm, dengan kalkulasi gantung RPM lebih menurun.
Skema bawaan seperti ini memang logis, ketika diasumsikan dengan crosser selevel Aldi dan Rraffi.
Sedang Daniel Tangka, ketika menilainya dari kacamata crosser Expro, cukup mengakomodir.
Dibawa dengan gaya balap model apapun, dari executive A, B dan C, lebih efektif mengawal gaya masing-masing crosser.
Kalau biasanya relatif patah-patah, dengan Dunlop MX 53 dan MX 33 ini, ada semacam performa yang mempengaruhi crosser lebih mudah improve dengan kondisi trek.
"Berujung pada penampilan yang lebih matang dalam menganalisa jalur dan racing line, "promo H. Daniel.
Kalau Nanda dan Icenk, sangat yakin dengan performa Dunlop MX 53 dan MX 33, saat mengilustrasikan ke tensi kompetisi even skala nasional di tanah air.
Performa kuda besi fresh, fisik crosser mumpuni, jam terbang telah dapat, saya nilai akan lebih optimal mengekslpore performa Dunlop MX 53 dan MX 33.
Harus mengujinya di atas limit, baru terasa mewahnya performa Dunlop MX 53 dan MX 33. "Dan saat ini, saya nilai sudah menjadi skema dan teknis yang tepat untuk pengujianya, "semangat Nanda. teks - foto : skg