Simpang Lima Gumul, Kediri yang lama tak tersentuh oleh penyelenggara balap di Jatim, minggu silam kembali dimanfaatkan menjadi lintasan road race. Dihajat oleh Totok dari BG Enterprise, yang dominan menggelar even road race dan drag bike di Bali.
Termasuk sebagai even perdana memasuki musim kompetisi 2020, artinya tetap menghadirkan dinamika road race yang atraktif. Semangat dan ide mengembangkan road race mulai tersaji. Apalagi Totok menyambut baik ide-ide segar yang ditawarkan.
Macam kelas bebek 2 tak 120 cc tune up underbone, yang diutarakan beberapa tim road race yang aktif berlaga di provinsi sebelah. Diklaim sebagai kelas yang aspiratif, di tengah sengitnya kelas bebek 2 tak 116 cc dan bebek 2 tak 120 cc.
Kelas underbone 116 cc tune up yang sekarang dikembangkan menjadi 120 cc tune up veteran dan pernah menjadi kelas primadona di era 2006 ke bawah, mendapat sambutan cukup antusias. Sebab, kelas ini dinilai untuk mengakomodir para mekanik, yang telah jenuh dikekang oleh regulasi.
“Sebenarnya cukup banyak peserta, tapi mereka sebatas saling mengamati dan tak mau memulai, ”jelas Nanang mekanik yang membela tim Mahkota WS82 Bonscell Sumber Sawit, Nganjuk. Dan di kesempatan intan ini, kita dan teman-teman sesama pejuang 2 tak, saling mengkomunikasikan, terkait teknis dan award yang pantas.
Sebab lagi, tradisi perdana digelar quota pasti minim. Dari hasil pemikiran bersama, kita sepakat untuk lebih komit dan konsisten, mengupayakan tambahan kelas ini ada dan direalisasi. “Dengan sasaran, sebagai pembuktian bahwa kelas ini ada dan jangan sampai kelas ini seperti jalangkung, ”beber Nanang.
Argumen Nanang dan pejuang 2 tak memang beralasan. Sebab, di satu sisi kelas yang ditawarkan sudah melesat fokus di Fuel injection 150 cc, yang beken disebut Rookie, Novice dan Expert.
Bab ini lebih pantas disebut sebagai percepatan otomotif di tanah air. Dengan penyampaian dan pemakaian tolak ukur, jenis dan tipe motor yang dominan diproduksi pabrikan. Memang realistis, ketika ditunggangi dengan tema regenerasi dan go Asia atau bla bla bla !
Tapi, realita dan fakta di setiap daerah layaknya ditinjau ulang. Ini pentingnya road show ke workshop mekanik-mekanik road race di Jatim. Agar bisa memahami kapasitas dan minat, terlebih lagi ke life style yang bersangkutan.
Nggak perlu dan butuh subsidi, hanya saja kreatifitas mekanik di level ini cukup diakomodir dengan baik. Dengan tetap memberlakukan kelas-kelas yang sifatnya aspiratif ini, sebagai mode dan trend road race di level berbeda ini, bisa dijadikan sebagai sekoci antara tim road race dan penyelenggara.
CALON PENANTANG CRF & KLX SUDAH MELUNCUR DI PASARAN, DIKLAIM SUPERMOTO MAKIN KOMPETITIF !
Topik berbeda, sosialisasi kelas supermoto telah berjalan baik. Berjalan menjadi babak lanjutan kompetisi supermoto Secaba, Jember. Meskipun beda titel tapi dari animo peserta terbilang fantastis.
Sebab, cakupan teknologi dan item up grade, masih terjangkau dan berpeluang diterapkan secara swadaya. Sehingga, memudahkan dalam tahap pencarian tolak ukur dan parameter, seperti pacuan H. Momo yang melesat kencang di laga kali ini.
“Sebulan lagi, saya yakin lebih ramai. Sebab, produk sport trail Yamaha telah meluncur di pasaran, yakni WR 155R, yang juga bisa dijadikan sebgai basic supermoto, ”yakin Sardex mekanik JSRT ATS Racing, Gresik yang mampu menghantarkan rider M. Risal menjadi champion di kelas supermoto 180 cc open.
BUTUH EVENT CHAMPIONSHIP SPECIAL MINI GP
Mini GP, sudah terbentuk komunitas yang didalamnya berjubel petarung kelas 9 dan 11 tahun. Menjadi tontonan segar, sekaligus sebagai perencanaan matang pembentukan calon petarung sejak usia dini. “Tinggal, butuh kreatif lagi dalam strategi kemasan even, dengan unsur pembinaan teknik dan fisik didalamnya, ”tegas Yoyok Kristantono ortu dari Raditya rider Mini GP asal Lamongan.
Dan ketika meninjau animo rider Mini GP di setiap provinsi, layaknya rider-rider ini dipertemukan dalam sebuah kemasan even Mini GP Championship. Sebagai sarana untuk mengangkat popularitas Mini GP, sekaligus perencanaan megah even Mini GP lebih terpadu dalam satu even spektakuler. teks - foto : collins