Kompetisi MX - GTX 2020 : MENJADI LAHAN SUBUR SPORT TRAIL 4 TAK

Sport trail 4 tak 220 cc. Kelas utama GTX, diklaim menjadi lahan subur & peluang champion lebih terbuka. Sport trail 4 tak 220 cc. Kelas utama GTX, diklaim menjadi lahan subur & peluang champion lebih terbuka.

Ketika dijabarkan luas dan mendalam, seharusnya musim kompetisi MX-GTX di 2020, era kejayaan sport trail. Tegas dan nyata, aturan kelas GTX yang utama dipaparkan terbagi 3 kelas. Yaitu sport trail 4 tak s/d 220 cc, bebek 4 tak s/d 130 cc dan sport trail FFA.

Aturan ini telah diumumkan oleh PP IMI, melalui Pemprov IMI di setiap provinsi, sejak awal 2020. Bahkan, desas desus-nya sudah terngiang sejak akhir 2019.

Dan ketika mengurai dan mempelajari 3 kelas GTX utama ini, jelas dan pasti bebek 4 tak s/d 130 cc dan sport trail FFA, jagoanya sudah bisa ditebak. Menjadi hal rasional, sebab data korekan dan distribusinya merata dikantongi tuner GTX.

Kelas sport trail FFA. Jawara sudah bisa ditebak & brand juaranya.

 

Tinggal 1 kelas, yaitu sport trail 4 tak s/d 220 cc, peluangnya terbuka lebar menjadi champion. Praktis, tuner spesialis 4 tak terpacu mengeluarkan jurus terbaiknya. Ketika meninjau segmentasi tuner juga variatif, tuner herex, trail, road race, drag bike sampai programmer ECU atau CDI.

Demikian dengan workshop racing factory, yang biasa menjadi rujukan bore up, stroke up, over size katup, merubah sudut katup, sampai menghitung perbandingan gigi rasio. Dijamin beradu inovasi, sebagai upaya membangun trade mark dan prestasi.

Analisa berkelanjutan, total produk exterior penunjang yang dominan berkontribusi, mari dihitung bersama. “Secara fisik dan tampak jelas, ada setang kemudi, raiser, tuas rem - kopling, body set, velg, ban, cakram, kampas cakram, foot step, pedal persneling - kopling, knalpot, skid plate, ”buka Janal Chunk dari DQ Motor, di Lotus Regency Ruko di Jl. Ketintang Baru Selatan 1/62, Surabaya.

Catat ya, itu masih 1 merk, misalkan di Indonesia yang agresif bermain di segmen ini ada 7 brand. Secara efek horizontal, pastinya akan memberi dampak ke lapangan kerja dan lalu-lintas bisnis. Dibenarkan oleh Ayu sekertaris DQ Motor, Surabaya bahwa permintaan item yang bisa disubtitusi untuk sport trail 4 tak cukup tinggi.

Ayu DQ Motor, Surabaya. Item subtitusi sport trail 4 tak permintaan cukup tinggi.

 

Ada lagi yang kebagian berkah, yaitu MX - GTX Shop,  bengkel las, industry apparel, sampai workshop maintenance suspensi seperti JC Suspension. “Saya yakin dari cerita soal popularitas workshop yang lebih dulu tenar dan besar karena momen seperti ini, akan menjadi acuhan untuk kembali menyajikan hasil terbaik, ”timpal Ayub dari ATC Surabaya workshop programmer & tuning ECU.

Tapi, sayang di perjalananya kompetisi MX - GTX terhenti,  setelah terkendala pandemi covid-19. Tapi, menjadi hikmah buat WR 155 sport trail Yamaha yang baru saja meluncur di pasaran. Dengan tertundanya jadwal even MX - GTX, otomatis memberi speling waktu lama, untuk test case. 

Kalu boleh berandai dan misal di tengah tahun ini kompetisi MX - GTX bisa digelar, logis ketika di tahun ini sebagai momen kompetisi pertarungan industri kreatif yang disebutkan di atas.

Jauh bulan sudah saya prediksikan, hal ini pasti akan terjadi, ketika bicara di level penggiat di kompetisi MX - GTX ya. “Kalau hanya sebatas penggembira, tukang paido dan ita itu, cukup sulit untuk menerjemahkanya, ”papar Janal.

Bahkan dari sisi beban mental, cukup berat bagi tracker atau crosser yang nantinya dihadapkan junironya, yang baru saja naik kelas atau tekuk haluan ke GTX.

Maka, himbauan bagi promotor yang kadang aktif dan kadang nggak, menggelar even MX – GTX, sebaiknya memperbanyak kelas dengan basic sport trail. “Simulasi dan teknisnya, bikin tahapan kelas sebagai persiapan dan pemantapan, sebelum menyentuh kelas sport trail 4 tak s/d 220 cc, ”timpal Suryananta petarung Executive GJC. 

Brand sport tral 4 tak. Dua pemain lama CRF - KLX & satu pendatang baru WR 155.

 

Dan ketika dipertimbangkan dari 3 APM atau 3 merk, yaitu Honda, Yamaha dan Kawasaki yang masing-masing memiliki sport trail. Kemungkinan besar, kelas ini akan dikejurnaskan. Ketika bercermin di kelas bebek 2 tak s/d 116 cc alias underbone, sebelum 2005.

Kelasnya juga bisa ditebak, kemungkinan sport trail 4 tak s/d 155 cc, ketika pabrikan mensepakati untuk beradu basic performa sport trail unggulanya. Tapi, ketika diputuskan secara subyektif, dengan pertimbangan speling produsen aftermarket, bisa jadi akan memberlakukan kelas sport trail 4 tak s/d 180 cc. “Sekali lagi, mari hitung bersama siapa saja yang berkepentingan, ”sidik Janal.

Penghobi, pakar & penggemar sport trail 4 tak. Debat menyajikan hasil terbaik.

 

Lantas, bagaimana dengan estimasi untuk membangun sport trail ? Benarkah, privater selain tim yang lebih dulu memiliki armada MX - GTX, memandangnya tetap terjangkau ?

Sampai saat ini, mode membangun sport trail 4 tak racing use only, terbagi 2 mode, yaitu custom dan rollingchasis. Untuk custom biaya total menembus Rp. 50 juta. Kalau rolling chasis, bajetnya di angka Rp. 40 juta. “Itu kalkulasi kasar ya, yang dominan banyak dialokasikan untuk option part yang terklasifikasi racing use only, ”detail Janal.

Selebihnya dibutuhkan komunikasi intens, terkait karakter tracker atau crosser, hingga segmen even yang akan diikuti. Jadi, tak asal tampang sport trail. Sebab, ketika menelisik hingga detail balik body set, banyak kontruksi yang dirancang sebagai penguat. Hingga dikoneksikan mengawal kebutuhan rebound dan kompresi suspensi depan belakang.

Point ini, lebih tepatnya distribusi center of gravity turuty menjadi perhitungan. Sampai disini, ketika selesai juga tak bisa lepas tangan. “Ada test case yang terus berjalan dan mencari penyimpangan, meskipun problemnya terhitung kecil,  ”urai Janal yang statetmentnya kali ini diimplementasikan sebagai mantan petarung di MX - GTX.   teks - foto : enea