Tak menyangka, hobi otomotif Adila Arif Muhammad Noor sejak duduk di bangku SMP, sukses menghantarkanya menjadi Perwira Mesin Kapal atau yang beken disebut 4th Engineer kapal MT Bull Flores.
Kalau meninjau usia sebayanya, hobi Dila sapaanya terbilang out of the box. Dilah gemar eksperimen mesin kuda besi harianya. Bahkan sampai SMA, hobi otomotif Dilah sudah memasuki di level korek harian.
Mesin Mio dan Ninja 150, sempat menjadi bahan eksperimenya, di segmen karapan liar. Selain mendalami ilmu korek mengorek, Dilah juga merangkap sebagai rider. Praktis, orang tua-nya memandang passion Dilah terobsesi di bidang otomotif.
Hingga, memfasilitasinya dengan membangun bengkel harian di kawasan Ngagel Rejo, Surabaya. Harapanya, Dila lebih matang dan mampu mengembangkanya sebagai bisnis industri kreatif bidang otomotif.
Tapi, nasib berkata lain. Kelar lulus SMA, Dila terbang ke Semarang, lantaran tertarik dengan dunia pelayaran. Kelahiran 95 Banjarbaru itu lantas, masuk Politeknik Ilmu Pelayaran, Semarang.
Karier yang dirintisnya cukup gemilang, sebab di usianya yang masih remaja, sudah dinobatkan sebagai 4th Engineer kapal MT Bull Flores, dengan bobot 38.000 Ton.
Dan Honda Vario PGM Fi rakitan 2012, termasuk sisa history kisah Dila saat hobi full throttle. Setiap 10 bulan usai berlayar, Vario ini yang selalu saya cari duluan. Meskipun di garasi ada All New Pajero Dakar dan VW Polo, simpananya.
Dari ikatan memori dan kenangan yang melekat kuat ini pula, melatar belakangi Dila untuk merefreshnya kembali gahar.
Warga perum Graha Tirta, Bougenvile, Sidoarjo lantas mandaulat RAT Motorsport di Jl. By Pass Juanda 17, Sidoarjo, untuk proses up grade performa mesinya.
Sahex tuner RAT Motorsport yang menangani kali ini, ditantang untuk mengkanibal blok silinder dan silinder head Vario PGM Fi 150. Sahex yang mulai kaya pengalaman, langsung menjabani.
Jarak ke empat baut tusuk sate Vario PGM Fi 125 diukurnya pakae sketmat. Dibandingkan dengan lubang empat baut blok silinder Vario PGM Fi 150. Dari data sketmat, hampir tak ada perbedaan.
Bahkan, untuk piston Sahex menawarkan milik Sonic 58, 5 mm produk FJN. Dila yang memahami soal bore up, langsung mengamini. Sebab, imajinasinya sudah mengarah ke memori saat demen full throttle di karapan liar.
Paduan stroke standar di 57,9 mm, sukses mengatrol kapasitas mesin hingga 155,5 cc. “Dijamin mampu mengasapi matic premium merk sebelah, “sumbar Sahex.
Sebab, dari spesifikasi menyeluruh terkonsep matang. Seperti pemakaian throttle body KTC dengan diameter inlet 32 mm. Diteruskan rombakan desain intake yang didesain simetris, dengan diameter rata dari atas hingga ke bawah.
“Rombakan exhaust, juga sama dengan intake, simetris dan rata, ”urai Sahex yang memakai katup 29,5 mm (in) dan 23 mm (ex) itu.
Untuk desain camshaft hasil custom RAT Motorsport. Spesial bagian ini digarap Wawan Chief RAT Motorsport.
Dengan data ex open di 55 derajat dan close di 27 derajat, sedang in open pada 27 derajat dan close di 56 derajat.
Kalau di matic, konsep modifikasi camshaft cenderung untuk ringan mengumpan RPM. “Agar singkat direspon mekanis CVT, ”jelas Wawan.
Sebagai dopingnya, ECU BRT Juken 5 yang diaplikasi, diremap mendukung konsep desain camshaft.
Flow rate atau debit bahan bakar dinaikan dan disemburkan melalui injector CBR 150. Sampai disini, power melejit hingga 16,5 HP, dengan back up torsi maksimal di 30,7 Nm.
Bekal power dinamis ini, rombakan CVT lebih efektif. Sesuai request Dilah, yang mengacu pada pemakaian metropolis, Sahex lantas menerjemahkan racikan daleman CVT diproyeksikan untuk akselerasi hingga speed tengah.
Fixed drive face 14 derajat dari Kawahara, dipilih Sahex sebagai resep utama. Bobot roller weight dipilih 12 gram dan dipadu pegas movable driven face TDR dengan spesifikasi 1500 RPM.
Rumus ini diyakini singkat merubah perbandingan drive belt lebih ringan. “Dan ketika dikalkulasi dengan tapak kaki yang berganti ring 17”, dijamin akselerasi makin jambak, ”yakin Sahex.
Bagi saya cukup memuaskan, hasil peningkatan performa mesin Vario kesayangan saya. “Serasa, mengajak kembali untuk bereinkarnasi full throttle, ”senyum Dila. teks - foto : collins