Koko Indra - Crosser 85 cc : LOW PROFILE & CALON PETARUNG 85 CC NASIONAL

Koko Indra Crosser 85 cc. Petarung low profile siap melabrak musim kompetisi motocross 2020. Koko Indra Crosser 85 cc. Petarung low profile siap melabrak musim kompetisi motocross 2020.

Termasuk keluarga milenial, yang masih berpegang teguh pada kaidah agama. Motocross dinilai paling complicated, dengan efek horizontal luar biasa. Diklaim mampu membangun mental remaja menjadi luar biasa, selain sehat, juara, disiplin dan mandiri.

Adalah Koko Indra, kelahiran Pujon, Malang 2006 yang gemar atau hobi motocross hingga bertransformasi menjadisebuah karier. Hobi dan karier ini yang menjadi stimulus, konsistensi dan eksistensi Koko dalam mendalami ilmu secara menyeluruh soal motocross.  

Latar belakang ini yang kemudian dinilai Edy Prayoto dan Binti Azizah ortu dari Koko Indra, mensuport sepenuhnya hobi putranya. Apalagi Edy saat remaja, juga penggiat off road terbagi adventure dan motocross di zona Pujon. Otomatis, tahu persis soal pandangan dan penilaian akan motocross.

Sesi training skill. Paling disuka Koko Indra, mempertajam skill & kapasitas di 85 cc.

 

Selamat pagi mas, semoga kabarnya baik selalu. Soal karier mas Koko, bisa diceritakan kapan mengawalinya ?

Kalau saya dibandingkan dengan crosser sekarang, terkesan terlambat om. Sebab, memulainya pada usia 11, itu penilaian saya pribadi om. Seharusnya sejak di usia 9 tahun sudah mengenalnya, untuk mengawali di 50 cc.

Sehingga di tahun 2017 awal memulai usia saya sudah 11 tahun dan dinilai lebih pantas naik 65 cc. Pertimbanganya soal postur yang sudah tinggi, sehingga ergonomi lebih nyaman dengan special engine 65 cc.

Sebab, saat masih di usia 9 tahun, perasaan saya terhadap motocross, masih tarik ulur. Senang melihat evenya, tapi kalau praktek, ada kekhawatiran dan munculnya perasaan takut.

Edy Prayoto dan Binti Azizah. Mensuport sepenuhnya karier Koko Indra hingga ke puncak prestasi.

 

Lantas, bagaimana mas Koko menyikapi saat memutuskan untuk menjadi crosser professional ? siapa saja yang banyak berperan ?

Abah dan Umi tetap mengawal, tapi nggak memaksa. Semua kebutuhan motocross dipersiapkan, tetap pilihan diberikan kepada saya. Silahkan dipikirkan matang, sebab untuk mengusir rasa takut itu, tetap harus dimulai dari lubuk hati.

Sampai Abah dan Umi memberikan penawaran masuk ke Darul Ulum Agung MX Training di Gadang, Malang. Kebetulan Abah dan Umi, ada jalinan silaturakhim dengan pondok Darul Ulum, Gadang, Malang. Ceritanya jadi beda saat masuk di Darul Ulum Agung MX Training. Sebab, latihan dan tahapan mengusir rasa takut itu, sering diajarkan oleh om Yusuf Irawan instruktur Darul Ulum Agung MX Training.

Sembari, pembentukan fisik yang lebih baik melalui variabel training fisik. Juga mulai diajarkan, untuk menyelesaikan variabel trek, dengan materi teori dan praktek, hingga contoh mengatur postur yang benar.

Dari sini saya mulai terbangun percaya diri. Ditambah lagi perasaan yang nyaman, saat berlangsungnya praktek juga ada teman-teman crosser lain. Hal ini pula yang kemudian memacu skill saya, dengan pola pemikiran seperti ini, “kalau teman sebaya saya bisa mengapa saya nggak bisa ?”. 

Ditambah dorongan dan pembekalan mental dari crew Darul Ulum Agung MX Training, selain rasa percaya diri ada tambahan bonus rasa optimis. Kalau om Yusuf menilainya, pada pribadi saya mulai terbentuk mental juara yang memang harus dimiliki setiap crosser. 

Darul Ulum Agung MX Team, Gadang, Malang. Produktif mencetak crosser berprestasi & memegang teguh akhlakul karimah.

 

Apa yang menjadi alasan mendasar dipilihnya Darul Ulum Agung MX Training, sebagai sarana untuk mengawal karier mas Koko ?

Satu-satunya MX Training yang memiliki cita rasa akhlakul karimah, selain membentuk crosser harus bengis di sirkuit, tapi harus memiliki aklak yang manis. Setelah berangsur menimba ilmu di Darul Ulum Agung MX Training, pada rentang 2 tahun. Akhirnya, saya bisa memilah, mana prestasi, naluri dan mana gengsi.

Justru, motocross saya nilai sebagai karier dan olahraga berprestasi. Dari bekal pondasi yang kuat ini pula, akhirnya saya lebih sering mengaca. Saya makin memahaminya, segala sesuatunya harus diawali dengan berjuang, yaitu latihan yang benar dan terukur sesuai kapasitas.

Bisa menempatkan naluri sebagai crosser, dari hasil latihan tadi. Sehingga, obsesi untuk naik podium itu, saya nilai hanya sebagai bonus, dari latihan. Dan prestasi justru saya anggap lebih berat mendapatkanya, untuk menjaga silaturakhim dengan semua crosser yang ada di paddock dan internal seluruh tim Darul Ulum Agung MX Training.

Tapi, tetap tak ada intruksi dari om Yusuf, om Saiful dan yang lain, terus memberi motivasi sebagai crosser petarung. Jadi harus balans dan berimbang om.

Gaya Koko Indra. Saat laga di seri Kejurnas Motocross 2019.

 

Bisa diceritakan penjenjangan yang mas Koko lalui sejak menimba ilmu di MX Training Darul Ulum Agung ?

Baiklah, di tahun 2017 sampai dengan 2018 saya naik 65 cc. Dan naik ke 85 cc, mulai dari tahun 2019 sampai dengan sekarang 2020. Fase 65 cc saya anggap telah matang, termasuk hasil penilaian dari om Yusuf Irawan. Jadi, prosedural dan sesuai kapasitas. Dan di kelas 85 cc ini, intensitas training fisik dan skill, dengan sadar meninjau dengan kapasitas saya, terus saya up grade. Baik durasi, variabel teknik ilmu baru dan komunikasi dengan Umi, untuk pilihan menu makanan yang penuh akan kandungan nutrisi dan protein.

Kalau point 10 yang terbaik, bagaimana dengan point skill mas Koko untuk saat ini ? siapkah menghadapi sengitnya kompetisi 85 cc ?

Alhamdulillah, dari rutinitas latihan skill, training fisik, jam terbang ke even skala nasional dan daerah, saya telah memiliki gambaran, hingga strategi, saya harus berbuat apa. Kalau point saya pribadi, saya nilai 8 om.

Dorongan bekal rasa optimis dan mental juara cukup kuat, sebagai input metodhe pelatihan MX Training Darul Ulum Agung, maka di 85 cc saya nyatakan siap. Meninjau dari kapasitas fisik dan skill crosser yang berlaga di kelas ini, Insyaallah sudah sebanding om.

Ilustrasinya sama persis saat saya turun di 65 cc, ada tahapan dan pengembangan skill, yang menurut saya akan saya capai di 85 cc ini. Om Yusuf dan crew MX Training Darul Ulum Agung, saya nilai lebih tahu persis, resep untuk berprestasi di 85 cc. Prinsipnya tetap optimis dan berjuang om.  

Menjalin silaturakhim. Menjadi tradisi crosser Darul Ulum Agung MX, Gadang, Malang.

 

Lantas apa saja persiapan mas Koko, untuk melengkapi bekal bertarung di 85 cc ?

Latihan fisik setiap hari, dengan skema pagi lari dan sore fitness di GYM, kalau minggu free. Upaya ini saya terapkan, untuk melawan rasa malas, saat latihan fisik. Sebab, jujur saya lebih suka melatih skill membalap di sirkuit, dibanding latihan fisik. Tapi, setelah bercermin soal kapasitas menaklukan power 85 cc KTM 2020 yang liar, saya sadar fisik harus dibangun dan dibentuk sampai strong.

Benarkah sirkuit Wiyurejo, Pujon, Malang Abah mas Koko banyak memberikan kontribusi ? bisa dijelaskan ?

Memang benar proses pembangunan sirkuit Wiyurejo, Pujon, Malang Abah turut berkontribusi. Dari desain, segmentasi yang dibidik, sampai menjadi pendanaan. Agar, bisa menjadi alternatif sirkuit untuk training skill. Sekaligus upaya pengembangan skill saya.

Sebab, penilaian Abah, makin banyak sirkuit yang dijadikan sarana latihan, akan lebih cepat membangun improve, mengurai cara penyelesaian menghadapi variabel trek. Dan tak lagi menjadi crosser yang pandai menghafal. Alasan lain, sejak kecil hingga saat ini, Abah terlahir dan berkembang, sebagai pribumi sini om.    teks - foto : collins