Yamaha RX King 2002, Pasuruan : PACUAN DAILY USE CROSSER NASIONAL & MEREPLIKA RX KING BALAP ERA ANCOL

Agha Riansyah Crosser Nasional asal Pasuruan. Selektif soal tunggangan harian & gaya sport 2 tak balap era Ancol jadi pilihan. Agha Riansyah Crosser Nasional asal Pasuruan. Selektif soal tunggangan harian & gaya sport 2 tak balap era Ancol jadi pilihan.

Agha Riansyah lagi-lagi menebar wabah, tapi kali ini tak lagi soal free style atau training motocross. Tapi lebih ke representasi perilaku life style Agha, sebagai sosok free styler professional asal Pasuruan yang sering kali bikin aksi spektakuler. Soal kuda besi daily use, remaja milenial yang dijuluki Captain ini terbilang selektif.

Sport 2 tak legend tanah air, RX King 2002 jadi pilihan. RX King dinilai memenuhi unsur retropolis yang kebetulan lagi booming, di seluruh kabupaten di tanah air. Secara fungsional oke, selain itu masih bisa untuk akselerasi. “Sebab, saya pribadi sulit untuk lepas dari istilah adrenalin, ”yakin putra H. Santo itu.

Tema pengecatan. Khas tim Yamaha Caltex racing Team & berbahan Blinken.

 

Hasil modifnya juga keren, menganut tema air brush Tim pabrikan Yamaha Caltex racing Team, sempat diperkuat Ahmad “Ompong” Jayadi, rider road race yang tenar di era 1995-an, era balap Ancol. Bahan cat dan pernis keseluruhan memakai Blinken.

Demikian tapak kaki, bergaya road race. Digawangi velg Expedition ring 17” dan belakang ring 18”. Komposisi ukuran velg ini tak lain untuk memperkuat ciri khas sebuah sport 2 tak konsumsi sirkuit, dengan postur lebih nungging.

Kaki belakang. Modis & fungsional.

 

Diapit swing arm B-Pro spesial milik RX King dan double sok aftermarket, proses pemasangan plug n play. Beda  teleskopik depan, lebih gahar berganti Byson dengan inner tube 41 mm, komplit triple clamp atas bawah, berikut over size cakram from Combiz. Soal pemasangan keseluruhan aksesories, Agha merujuk gerai variasi Bintang Motor, yang diklaim terlengkap di Pasuruan milik H. Zulfikar.

Cakram depan. Imbangi power & speed, berganti Combiz 32 cm.

 

Bergeser ke performa mesin, soal satu ini Agha jagonya, dipastikan serba premium. Seperti silinder cop yang dicangkok dari YZ 125, dipadu blok silinder yang masih dinaungi piston over size 0,25.

Meski demikian, kontur intake diremer untuk memperbaiki flow gas segar, agar lebih singkat meluncur lubang bilas. Debit gas segar juga makin meningkat, setelah tinggi lubang transfer dinaikan 0,8 mm, berikut polesan.

Dari data blok silinder itu pula, karbu berganti Keihin PWK 36 mm Sudco, yang dinilai selaras mengimbangi kebutuhan blok silinder. Akurasi power dan naiknya RPM, juga makin singkat, pengaruh dari pemakaian reed valve V-Force generasi III berdesain double.

Ngerinya lagi, untuk pengapian assy diback up Yamaha YZ 125 versi 2000. Butuh custom sekat dudukan stator, untuk memudahkan proses adjustable saat seting ignition. Selain berpedoman dari percikan bunga api kabel koil yang mampu menyulut di jarak 5 cm, juga dicari mode kurva paling landai.

Alasan itu pula, perut knalpot dibuat lebih gendut, ciri khas pemuja power tengah atas, berbahan steinless. Desainya, evolusi dari 3V3 non stinger, sudut baffle lebih landi, termasuk chamber perutnya. Diklaim sebentar lagi pasti booming di kalangan sport 2 tak tanah air !

Mesin. Mengusung spesifikasi khas road race, full kompetisi & knalpot evolusi 3V3 terbaru.

 

Prinsipnya, power band tak sampai pendek dan tetap nyaman dipanteng stasioner di kecepatan 120 KM/Jam. “Sebab, setiap weekenda kadang pergi touring bang, kalau kebetulan acara akbar,”ulas Agha yang identik dengan nama Nugroho Motocross Training, Kediri itu.

Jurus doping tenaga RX-Kingnya juga tersalur mulus, dari reaksi gigi rasio yang dipinjam dari Moto-1. Detail perbandinganya, gigi 1(32/13), 2(29/17), 3(25/19), 4(24/22) dan 5(22/23). Output dan interval speednya, persis special engine YZ 125. Agha pantas memberi statetment demikian, sebab dia amat sangat familiar tipikal speed special engine dari brand A to Z.

Paduan master kopling hidrolis yang dipinang dari KTM 65 cc, memicu gaya bawaan lebih spesifik. Sebab, tipikal master kopling hidrolis speling-nya minim. Kelamaan lepas tuas, macam gantung RPM. Jadi, kalau tak terbiasa pasti susah, membawanya. “Dari sini pula, tipikal mesin terkesan makin liar bawaannya, ”bangga Agha.   teks - foto : collins