Usai jumping alias pas landing mekanis suspensi nggak sampai mentok dan di trek rata tetap empuk. Request seperti ini yang sering terlontar oleh rider dari berbagai latar belakang, saat menghadapi ganasnya trek Trial Game Dirt 2020 yang baru saja dimulai seri perdananya di Mojokerto pekan silam. Memang rasional, untuk memaksimalkan kenyamanan terlepas dari masalah skill. Sebab, kalau di motocross tetap ada kontur trek untuk mengurai vibra tetap smooth saat landing.
Tapi variabel trek di Trial Game Dirt, usai jumping langsung tanah. Kalau diilustrasikan kurva setelah naik curam, langsung drop. Praktis, selain skill fisik yang extra, olah tubuh dan kekuatan persendian, jadi jaminan sebagai penunjangnya. “Termasuk durability suspensi dan penyimpangan unsur komponen roda juga layak ditinjau ulang, ”nilai Janal Chunk Direktur JC Suspension, di Perum Ketintang Permai AE 21-22, Surabaya.
Tapi, sekarang tak perlu lagi khawatir soal problem dan pengaruh vibra yang extreme ini. Sebab, Bayu Chief Mekanik JC Suspension, Surabaya telah sukses mereseting daleman suspensi menu Trial Game Dirt. Cara ini beken disebut dengan istilah revalving.
Dan telah diterapkan pada kuda besi pacuan Aris Setyo dan Lantian Juan. Kuncinya ada di rubahan susunan shim gaya mekanisnya macam bimetal, sebagai pengatur buka tutup jalur sirkulasi oli suspensi. Sekarang, mari tinjau lebih dulu mekanis daleman suspensi, terdapat tiga bagian, yakni statis, low speed dan high speed.
Kalau kebutuhan Trial Game Dirt, usai jumping nggak mentok artinya pada mekanis high speed yang perlu dibenahi. Demikian dengan mekanis low speed, ketika minta lebih empuk kenyal, pastinya juga perlu direvisi.
Sesuai hasil revalving, rubahan shim dicari outpunya yang paling empuk saat berada di mekanis atau titik statis. Yakni mekanis suspensi pada rentang menerima beban rider saja.
Itu artinya, ada pergeseran mekanis, baik low speed maupun high speed, yang terjadi lebih awal. Berlaku pada up side down special engine 250 cc. “Alasan itu pula, interval di low speed sampai high speed, dibalikan sesuai dengan standar pabrik, ”urai Bayu.
Untuk rubahanya, jenis dan jumlah shim saya susun sesuai kebutuhan dan sesi test suspensi sebagai hasil outputnya. Jadi, shim untuk kebutuhan statis dan high speed, lebih banyak mengalami penggantian.
Pada point ini, bobot kuda besi dan rider, juga menjadi acuhan. Finishingnya, jenis oli suspensi dan kapasitasnya kembali dilakukan penyesuaian, sesuai kebutuhan dan perubahan setelah direvalving. “Hingga ke bagian lubang-lubang plunger, ”detail Bayu.
Untuk revalving monosok, juga memiliki cara penanganan yang sama dengan up side down. Tinggal requestnya untuk kebutuhan seperti apa yang diinginkan konsumen. Tapi, sejauh ini untuk monosok lebih dominan menginginkan yang memiliki output lebih empuk, baik kompresi maupun rebound-nya.
Sebab, monosok yang telah dilengkapi piranti adjustable, untuk pengaturan tingkat kekenyalan spiral. Kelemahanya saat dikendorkan, tapi proses kembalinya atau rebound justru lebih lambat. “Sehingga, vibra yang diteruskan ke rider, terasa keras, sebab proses rebound dan kompresi tak seimbang, ”beber Bayu. teks - foto : rio
Keterangan
Revalving up side down : Rp. 1,8 juta
Revalving monosok : Rp. 1,5 juta
