Namanya pernah melambung hingga kejuaraan motocross level dunia, saat diorbitkan oleh orang baik mendiang Helmy Sungkar identik dengan Trendy Promo Mandira.
Man Of The Steel julukanya, turut menjadi aktor kejuaraan motocross di Indonesia lebih berwarna juga bergengsi.
Sebab, di eranya Selain ada crosser berambut hitam, juga ada kuning kecoklatan alias bule !
Tensi kompetisi saling terkatrol dan bergulir alami, tanpa kompromi demi prestasi.
Karisma dan prestasi Deny Orlando yang lagi diatas angin, banyak mendapat berkah di masa milenium itu.
Sebab, ditengah mengkilapnya karier crosser kelahiran Solo 1975 itu, bejibun sponsor turun gunung di kejuaraan motocross berpartisipasi.
Baik mensuport event kejuaraan sampai terkemas lebih premium, juga agresif mensuport ke MX Team.
Deny“bak aktor Hollywood, postur dan paras fashion yang dikenakan bawah sampai atas, tak lepas dari titipan brand ternama.
Dari pelicin mesin, kacamata sampai pemilik moto "Pria Punya Selera".
Di usianya yang senja, Deny Orlando dengan basecamp di Jl. Rajawali 1, No 12, Gentan, Sukoharjo, Solo, mengakui tak bisa berpaling dari dunia motocross.
"Selalu ada saja pelantaran dan mediasinya, yang tak terduga berujung balik di motocross, "salut Deny Orlando atas kuasa-Nya.
Bedanya, kadar passion-nya saat ini berganti lebih suka "teriak-teriak, menasehati, menyayangi, mengawal sampai memberi intruksi, Elvaro Wibisono, Danu Romadhon Intikarya, Wahyu Nugroho, Heikal dan M. Raka anak didiknya saat latihan motocross.
"Untuk saat ini jubah "Man Of The Steel" saya sampirkan dulu, giliran mengkader Superboy, "senyum Deny Orlando dengan canda khasnya.
Tulus dan sayang murni saya tanamkan, masa seperti itu yang tak pernah saya dapat, saat mengawali mengenal jagad motocross.
"Bukan pola marketing loh ! tapi empati yang mendorong saya, untuk mengimplementasikan masa yang hilang itu, untuk tulus dan sayang kepada mereka, "wejang Deny Orlando.
Ketika membandingkan di masa 32 tahun silam, sungguh keras, tiada hari tanpa tekanan, kuda besi apa adanya, tak kenal hotel, apalagi 4 sehat 5 sempurna.
Jadinya bermodal nekat, kalaupun sukses, transformasi karakter dan mental terbentuk seperti predator.
Itu bicara era, sekarang di kompetisi milenial, mutlak tambahanya perang strategi dan equipment kuda besi.
Jadi, penjabaranya fisik harus ditempa tangguh, prioritas otot bahu dan paha, buat beradu late braking dan jumping agar mumpuni.
Kalau sudah terseleksi, baru racing kit kompetisi wajib ada, mengingat sirkuit sekarang straight-nya bisa dimanfaatkan untuk peluang menang.
"Beda di era saya saat bergulir ronde Supercross dan Powercross di 2007, desain handicap rapat, tak ada kesempatan otot rileks dan bernafas lega, di sepanjang track 800 meter, seperti standar Supercross, "kenang Deny Orlando.
Mitos atau apapun istilah, "Setiap Masa ada Eranya dan setia Era ada Masanya", memang valid !
Kalau sudah mengadopsi racing kit kompetisi, ada lagi istilah babak baru di sesi itu, yaitu adaptasi.
Proses basic selama pelatihan akan terpola dan berkembang dengan sendirinya, setelah terangsang oleh bengisnya performa mesin.
Setelah melalui fase ini, tinggal membawanya road show mengukir jam terbang, berbekal skill selama pelatihan.
"Tarjet saya tak muluk-muluk ke seluruh anak didik saya, asal finish itu cukup membuat saya tersenyum, "yakin Deny Orlando yang kini diback up Bunga Karya Racing Team milik Hendra Wibisono itu.
Waktu dan pengalaman menurut saya yang justru menjadi master terbaik bagi mereka, di cabor motocross.
Sebab, algoritma motocross itu sesungguhnya luas, selain pandangan mata !
Terlepas financial, psikis, nurani dan keinginan keras, juga kuat melatari.
"Dan itu membutuhkan timing, tiba waktu tiba saatnya dan tak bisa dipaksa seperti memeras jeruk, kalau untuk saat ini, "yakin Deny Orlando memberi ilustrasi. enea