Dikenal sebagai bocah bengal, tapi memiliki disiplin cukup baik. Salah satu siswa Nugroho Motocros Training, Kediri. Prestasi Reyno sapaanya di motocross, terbilang pesat. Atas kemauan dan disiplin tinggi, otomatis berbagai macam pelatihan skill dan fisik, Reyno kian semangat mengikutinya.
Sisi lain, Daniel Yulianto nama daddy Reyno, juga all out mensuport karier Reyno. Apalagi, Daniel juga mania otomotif. Sejak belia aktif turun di balap liar di Merauke, sejak 2003 saat duduk di bangku SMP kelas 3. Dari sini cerita menarik karier Reyno itu diawali.
Selamat siang Reyno, apa kabar ? Bisa diceritakan apa alasan mendasar, yang membuat Reyno suka motocross ?
Saat masih SD di Merauke, umur 9 tahun saya beli sendiri om motor trail merk Viar 100 cc, pada tahun 2016. Saya sendiri datang ke show room, menunjuk motor yang saya suka, terus pemilik showroom saya ajak ke rumah. Papa Daniel untung kenal sama pemilik showroom.
Tanpa, panjang lebar, transaksi beres. Belajar naik motornya cukup sehari. Prinsipnya, cukup menghafal mana gas, rem dan mana persneling. Awal pakainya, bisanya di gigi 1 dan 2, begitu seterusnya. Awalnya, kelar, lantas motor-nya saya pakai. Teman papa adventure yang menilai, kalau saya ada bakat. Sudah ada bekal nyali, tinggal benahin ngawurnya bawa motor.
Ya akhirnya papa jadi instruktur dadakan, meskipun kadang suka ngomel kalau kebetulan ada kerjaan yang nggak bisa ditinggal. Tapi, over all papa is number one, papa tahu apa keinginan buah hatinya yang terbaik.
Keren juga ya papa Daniel, lantas dalam hitungan bulan atau tahun, Reyno bisa berani ngegas dan jumping ?
Percaya atau nggak ya om, dalam hitungan 2 bulan papa sudah menilai saya sudah pantas dan layak naik special engine. Dari selang waktu dua bulan di 2016, papa belikan saya KX 65. Saat belajar naik special engine di Merauke, bersama Niki Tan. Mulai ada keseriusan, saya meminta ke papa apparel branding, dari sepatu, celana, jersey, deflector, glove sampai helm.
Papa juga paham, malah bangga dan semangat belanja apparel. Saya juga berterima kasih kepada om Andik Tato yang banyak memberi saya pemahaman, apa itu RPM bawah, gantun RPM sampai mengenalkan ke istilah performa speed menurun dan stabil.
Di usia 9 tahun itu juga om, saya mulai sering bikin miris crew, penonton sampai teman papa saat latihan di Merauke. Selama saya yakin bisa, seperti jumping, roller, double jump, pasti hasilnya baik, asal yakin.
Kapan Reyno hijrah ke Jawa dan masuk di Nugroho Motocross Training ? bisa diceritakan, apa alasanya ?
Tahu sendiri om, di Merauke jadwal balap sepi, bisa dihitung jari. Karier ngotot pingin tampil lebih baik, tetap susah buat realisasi. Antra jadwal training dan latihan di 2016, bisa dibilang banyak trainingnya. Di pertengahan 2016, papa mengajak hijrah ke Kediri Jawa Timur.
Kebetulan kolega dekat dan relasi bisnis papa banyak yang di seputaran Kediri, Tulungagung, Malang dan Madiun. Saat cari-cari MX Training, papa yang sebelumnya jalin hubungan dengan Farudilah Adam, mengenalkan ke Nugroho Motocross Training. Kebetulan lagi, nama Nugroho di Merauke juga nggak asing bagi papa, jadi terkesan familiar dan mengalir begitu saja.
Saat baru datang ke Kediri, bertepatan dengan even Powertrack 2016. Ikutlah di even, yang menyarankan om Nugroho. Dari situ mulai kelihatan, kalau skill saya yang dianggap terbaik di Merauke, ternyata saat turun even motocross di Jawa, ya bisa dibilang 5 besar. Itu juga butuh perjuangan berat. Permasalahanya, saya nggak pernah menghadapi rival seperti di Jawa. Jadi, dalam hal ini memang persis prediksi papa.
Sampai di tahun berapa Reyno jadi jagoan di kelas 65 cc ?
Hahaha, persisnya sampai di tahun 2018, mulai naik 85 cc. Pertimbanganya usia, menurut om Nugroho agar lebih awal beradaptasi di 85 cc. Dalam setahun taruhanya memang mental dan nyali, untuk fisik pasti dan tak pernah kelewatan. Tapi, urusan nyali terus saya kejar. Sebab, crosser 85 cc saat itu campur dengan crosser yang lama, lebih dulu turun di 85 cc.
Apapun resikonya, jadi mesti diterima dan diselesaikan. Hingga di 2019 pertengahan, saya mulai bisa beradaptasi, sampai menerapkan gaya, cara, trik, sampai mengenal karakter setiap crosser 85 cc. Tuntutanya tinggal ke pribadi saya om, kemauan, niat plus nyali harus diupgrade. Puji syukur, akhir 2019 pas even motocross di Pacitan, saya bisa bermain maksimal. Mampu mempertahankan skill dan stamina hingga lap akhir. Itu juga atas kepiawaian om Nugroho, bisa memacu setiap crosser dengan skema power to power di sesi latihan skill.
Daniel Yulianto Papa Reyno : BANGGA TERPILIH SEBAGAI WAKIL ATLIT PON PAPUA
Puji syukur atas prestasi Reyno, akhirnya terpilih menjadi atlit PON Papua bersama Revo, juga crosser asal Kediri, terhitung sejak pertengahan 2019. Dan Nugroho ditunjuk sebagai pelatih PON Papua, untuk mencetak Reyno dan Revo, hingga berprestasi. Sehingga, sejak pertengahan 2019 mendapat dana pembinaan dari Koni Papua.
Misinya disini harus tetap in line, selain bisa tampil menjadi terbaik di PON, di even open motocross, kejurprov sampai kejurnas, juga harus bisa berprestasi. Anggap saja, even di luar PON tadi sebagai preview atau pemanasan, menuju even bergengsi, membawa atas nama provinsi.
Sehingga, untuk saat ini selain 85 cc, Reyno juga mulai pemantapan di 125 cc. Memang terjadi percepatan, dengan konsekuensi harus selaras dengan kapasitas dan kemampuan Reyno. Tapi menurut Nugroho Reyno sudah bisa dan mampu menunggang special engine 125 cc.
Kalau diilustrasikan, mirip dengan pecepatan saat Reyno masih turun dari 65 cc ke 85 cc dan lebih awal. Hasilnya, memang cukup bagus. Tapi, menurut saya pantauanya harus extra, sebab ada tuntutan fisik yang extra pula, untuk kesana. Tapi, setelah meninjau kemampuan Reyno setiap latihan, memang menguasai. Praktis, saya tinggal mengikuti dan mensuport sepenuhnya. Termasuk soal tarjet, saya siap mengawalnya hingga internasional. teks - foto : enea/dok NMT