Menjadi varian face lift dari DNA Corolla DX yang dilansir era 83. Soal performa dan dapur pacu, Corolla DX 83 Plus kelir biru pastel ini, diklaim terdepan di eranya.
Diindikasi sebagai masa transisi retro ke modern, dengan peralihan tampilan garis bodi elips ke kotak.
Ciri khas lain, front bumper lebih nongol ke depan, berbahan polyurethane.
Lantaran tampilan mirip dengan DX Sprinter yang memiliki DNA Racing, maka menjadi hal yang pantas, kalau di eranya, pernah menjadi primadona.
History ini yang membuat Fiersa Erik Christian Cahyono ownernya, turut mengapresiasinya.
Melalui koleksi dua unit Corolla DX 83 Plus, yang didapat dari Malang dan Lampung.
Kalau ditarik 17 tahun ke depan, pabrikan Toyota seolah memiliki serangkaian pola pikir 5 langkah lebih maju.
Sebab, ruang mesin yang lebih besar, memudahkan engine swap, disaat tampilan daily usenya dipaksa sliding dan spin di lintasan slalom.
Bukanlah sebuah faktor kebetulan. Rancang bangun geometri DX 83 Plus, memang amazing.
Sanggup membopong mesin 4A-GE milik Toyota AE86, 3S-GTE mesin turbo Celica GT-Four, 3S-GE teknologi VVT-i.
Sehingga, untuk basic gacoan rally car, pasti mumpuni.
Dari latar belakang ini membuat kagum Erik sebagai pengusaha expedisi yang tenar dengan nama DMK Cargo.
Erik yang kini aktif menitih karier sebagai perally, seolah diajak bereinkarnasi, kembali mendongkrak eksistensi Corolla DX 83 Plus.
Dan memang tepat, ketika Corolla DX 83 Plus miliknya diparas dengan tema Rally Look.
Tema modifikasi kali ini bukanya memaksa, tapi memang benar adanya
Bahwa Corolla DX 83 Plus, sempat menjadi basic gacoan rall car.
Perally yang membela YR2 DMK Cargo Rally Team itu, memang jeli. Sebab, option part aksesories yang diadopsi tak bisa asal.
"Sebab, harus dikawinkan dengan option part di eranya, "sebut Erik.
Seperti halnya pemakaian velg Advan 14", pcb 114 ET 20, yang mesti ditebus dengan harga Rp. 14 juta.
Bersanding mud flap aftermarket, yang diinstal dengan menonjolkan bracket di sisi luar.
Soal traksi, ground clearence dan kenyamanan, diback up suspensi dari Bilstein. Spesial diperuntukan buat Corolla DX Series.
Disempurnakan bushing polyurethan, untuk menciptakan handling lebih responsif.
Sektor penerangan, ada tambahan extra light produk Cibie tipe Oscar di bagian depan.
Sedang di belakang diback up extra light Cibie tipe Super. Spesial piranti penerangan ini, Erik mesti sabar saat memburunya.
Apalagi warga kawasan Betro, Sidoarjo itu terbilang perfectsionis, kondisinya harus bagus dan fungsional.
Kompartemen interior, masih dominan part OEM, dari jok, instrumen dashboard, lingkar kemudi, pedal set sampai shift knop.
Bedanya Corolla DX 83 Plus, telah mengalami facelift pada takometer.
Termasuk telah dilengkapinya knop, untuk buka tutup pengisian BBM.
Cuman, pada head rest Erik menggantinya aksen jaring, layaknya Rally Car.
Pada kompartemen mesin, Erik setia mempertahankan basic mesin OEM berkode 4K-U.
Kendati demikian, pengecekan option part yang mengalami penyimpangan dinilai mutlak. Apalagi pribadinya juga seorang perally, jadi tahu persis soal performa optimal.
Berkapasitas 1.290 cc dan menggunakan pushrod OHV, pada mekanis camshaft-nya.
Terkecuali pelepas gas buang, untuk menyajikan suara garang, header berganti konfigurasi 4-2-1 custom.
Info terbarunya, pemilik Corolla DX 83 Plus semangatnya kembali terbakar, setelah dibukanya kelas Rally Retro.
Yaitu kelas R1 sampai dengan 1600 cc, R2 sampai dengan 2000 cc karbu dan R3 FFA RWD.
Mengingat, penyelenggara tahu persis, bahwa basic mesin Corolla DX Series, bandel dan mudah diupgrade di tangan spesialisnya. skg