Java Drag Bike Openchampionship 2020, Ponorogo : MOMEN SALING MEMONITOR

Java Drag Bike Openchampionship 2020, Ponorogo. Awal kebangkitan kualitas even drag bike di Jatim. Java Drag Bike Openchampionship 2020, Ponorogo. Awal kebangkitan kualitas even drag bike di Jatim.

Even drag bike di Jatim, kian berwarna dengan kehadiran even Java Drag Bike Openchampionship 2020 (23/2), yang dinakodhai oleh Maulana, Parcok dan Jefry. Siap dijadikan sebagai parameter dan acuhan tim drag bike, untuk mengolah limit hasil pengembangan korekan mesinya.

Java Drag Bike Openchampionship 2020, diplot sebagai even seri drag bike yang digelar dengan sistem akumulasi point. Ada kelas regular yang dilombakan sistem point. Diklaim sebagai ajang para jawara, untuk menentukan sikap dan pendapat, terkait dengan pelaksanaan sebuah even drag bike.

Hal ini memang relevan, sehubungan dengan prioritas dan kapabilitas sebuah penyelenggara. Anggap saja di seri perdana ini sebagai tahap saling memonitor, kualitas dan bobot sebuah even.

Dari latar belakang menggelar even ini adalah pentolan-pentolan drag bike, maka cukup aspiratif, layak ketika even ini dinilai berbobot. Faktanya, formasi tim drag bike asal Jatim cukup komplit. Maulana, Parcok dan Jefry, tentu saja memahami jajag pendapat di seri perdana ini.

Nilai jual pun terbilang cukup istimewa, setelah sepanjang trek tak lagi pucat. Sebab, berbagai baner, umbul-umbul dan pamphlet, makin mewarnai kondisi lintasan. Tentu saja ikut memberi rasa nyaman kepada peserta, sehingga menimbulkan persepsi saling memberi apresiasi.

Pedro Manager DJ Team Graha Poppy, Mojokerto. Mengintip bobot kompetisi drag bike di awal tahun & sebagai input tahap pembenahan performa kuda besi.

 

Sebab, kalkulasi kasar dari nilai angpau, lebih baik bagi rider-rider yang jadi jawara. Tapi, hal ini tak serta merta bukan menjadi tolak ukur. “Sebab, lebih penting lagi kita tujukan ke bobot kompetisi. Dalam hal ini rival dan berbagai dengan perkembanganya, ”kata Pedro DJ Manager DJ Team Graha Poppy, Mojokerto.

Mengingat, ketika bercermin sejak 5 tahun ke belakang, setiap tahun selalu ada yang fantastis. Sebab, itu kita juga melangsungkan persiapan pada kelas bebek 2 tak 116 cc. “Untuk mekanik, di tahun ini kita percayakan pada Dadang Japronk, ”urai Pedro yang bangga dengan best time rider Febri Sapri yang mampu menembus 8,6 detik.

Itu pun kondisi missed gigi rasionya. “Misal, kalau normal bisa jadi 8,2 detik, seperti awal seting speed, ”yakin Pedro.

Sisi lain, kuda besi milik H. Oyong juragan Banyu Biru Wijaya Racing Team, Bangkalan, di kesempatan ini berada di kondisi fresh, setelah mengaplikasi beberapa korekan dan mencangkok option part terbaru. Bahkan, setelah dipegang oleh Aris, Wates, Kediri, prestasinya terus meroket. Khususnya di kelas sport 2 tak 155 cc rangka standard an sport 2 tak tune up.

Baja Beton Randumas Racing Team, Jombang. Makin tertantang dengan best time sport 2 tak 155 cc rangka standar.

 

Sisi lain, kubu Baja Beton Randumas, Jombang yang baru saja bergabung dengan salah satu mekanik asal Jogja, mulai merasakan adanya perbedaan di kompetisi sport 2 tak 155 cc rangka standar. Sebab, dari catatan waktu yang diukir, semakin singkat dari tahun 2019.

“Sehingga, di kelas yang masih menjadi primadona ini, wajib untuk saling mengintip kekuatan, ”yakin M. Fatkul owner Baja Beton Randumas, Jombang. Bisa dinyatakan sebagai indikasi, bahwa tolak ukur kelas sport 2 tak 155 cc rangka standar semakin berat dan berbobot. “Sebab, untuk mengejar best time 7,0 detik, membutuhkan sebuah formasi yang kompleks, dari rider, mekanik sampai jam terbang,”yakin M. Fatkul.    teks - foto : enea