Tim drag bike milik H. Iksan Sodik di musim kompetisi 2020 ini, sudah tak perlu dipastikan, yang konteksnya kemungkinan. Tapi, sudah yakin dan benar-benar akan merusak peta kekuatan kelas sport 2 tak 155 cc tune up, di level nasional. Indikasi ini cukup beralasan, sebab di 2019, sport 2 tak 155 cc tune up milik AJP Racing Family, Sidoarjo sudah lebih dulu menebas best time 6,8 detik saat final drag bike di trek Kenjeran, Surabaya pada 2019 silam.
Hasil evaluasi dan input dari Erwin Sredex rider yang kebetulan membawanya, performa mesin sport 2 tak 155 cc tune up, saat main malam dan siang, tetap stabil. Gaya bawaanya, ada teknik khusus.
Gigi 1 mesti berani mengumpan RPM tinggi, sebab perbandinganya ringan. Kalau saya menebak, Agung Boter, Magelang yang merisetnya ingin mendistribusikan antara power dan speed lebih rata sejak gigi 1.
Kunci kesuksesan untuk menembus 6,8 detik, memang di gigi 1. Sehingga unsur penunjang untuk melayani bengisnya performa power dan speed gigi 1, tak bisa main-main. Mulai traksi pemilihan ban compound lunak, tekanan Psi, rantai baja, mekanis suspensi yang kompak dengan tegangan rantai berikut pencegah drible, sampai sikap postur yang pas.
“Terlepas dari mesin, unsur dan piranti diatas ini yang harus perfecet, ”tegas Dayat Manager AJP Racing Family, Sidoarjo. Dayat juga menambahkan, termasuk knalpot, komposisi antara korekan dan pengolah gas buang, lebih pas dipasangkan knalpot KDX.
Dari statetment Agung Boter juga menyatakan, bahwa sport 2 tak 155 tune up milik AJP Racing Family, Sidoarjo ini dibangun untuk level kompetisi nasional. Pengujian dan sesi seting speed sudah cukup berlangsung di 2019. Sehingga saya tekankan, untuk musim kompetisi drag bike 2020, bisa bergeser ke even nasional yang ada di Jateng. “Dengan tensi kompetisi lebih rapat dan sengit, sekaligus sebagai pembuktian, ”kata Dayat mengutip statetment Agung.
Selain Erwin Sredex, yang berambisi untuk mengukir best time 6,8 detik, juga ada rider Deby dan Dika. Tapi, sejauh ini masih di best time 7,0 detik. “Tapi, saya optimis suatu saat akan menemukan ritme bawaan mesin yang tepat, hingga di best time 6,8 detik, ”yakin H. Iksan.
Sisi lain, gacoan bebek 4 tak 200 cc tune up, hasil korekan Pak Conk, Gadang juga dinyatakan siap berlaga di kejuaraan nasional di Jateng. Bahkan best time yang pernah dibekukan saat sesi seting speed, dengan penyimpangan 0,5 detik, masih dirahasiakan.
Sebab, ketika mengacu ke satuan best time yang nyatanya catatan waktu di kelas ini cukup rapat, justru akan memicu dilema dan mental rider. “Sehingga, lebih baik kemampuan dan best time-nya untuk saat ini kita keep, ”tegas H. Iksan.
Mengingat, best time di kelas ini masih rapat danbelum bisa menuai istilah fantastis. Tapi, kita tetap optimis, mampu masuk di 3 besar. Sebab, pada proses membangun kuda besi ini sejak awal, saya juga merequest sekaligus untuk persiapan menghadapi laga nasional.
Dan perjalananya terbilang cukup panjang dan berat. Sebab, bersamaan setelah kuda besi jadi, mulai bermunculan mekanik-mekanik baru yang masuk berkompetisi di laga bebek 4 tak 200 cc tune up. Sehingga, secara peta kekuatan, masih berimbang dan memiliki best time yang sama.
Tinggal faktor rider Dika dan pit crew yang harus bisa meredam kesalahan, sekecil apapun. Mengingat, secara keseluruhan option part mesin, penunjang mesin, exterior sampai rangka, saat ini hasil yang terbaik. Jadi kita lihat saja nanti hasilnya di kejuaraan nasional drag bike.
Sampai untuk rider, saya masih fokus pada kepiawaian Dika tanpa joint, untuk memastikan kemewahan dan superiornya performa bebek 4 tak 200 cc tune up. Dika mulai bisa menerjemahkan pesan mekanik, sebaliknya Pak Conk juga memahami karakter Dika.
“Skala prioritas, untuk mempermudah mendapatkan input dari performa bebek 4 tak 200 cc tune up ini, saya sepakat memakai rider tunggal lebih dulu tanpa joint, ”yakin H. Iksan. teks - foto : enea