Konsekuensi sebagai pelaku otomotif kawak, memang gampang-gampang susah. Sebab, seiring perjalananya, selalu menjadi acuhan. Dari life style sampai tampilan kuda besi. Menjadi hal krusial bagi, Devit penasehat Jombang Satria Club.
Pandangan demikian yang direpresentasikan pada tampilan Satria F rakitan 2016, yang tampil metropolis, modis dengan performa yang super bengis. Dua opsi rancang bangun kuda besi ini tak sekedar, buat display atau sekedar mascot.
Lebih dari itu, juga untuk pembuktian, bahwa JSC memiliki jet darat baru, sekaligus sebagai euforia terhadap pabrikan Suzuki. Loyalotas seperti ini yang konsisten dibangun oleh Devit, maka pantas ketika Devit disebut sebagai key opinion Suzuki di zona plat S.
Modisnya tampilan, hasil rubahan warna Spieshecker warna tembaga, berikut taburan ceralic. Wet look style juga didapat dari hasil pemakaian pernis 3 lapis. Aura sporty juga makin kental efek pemakaian aksen carbon pada spatbor buritan, behel dan panel dashboard.
Sebagai sosialisasi safety riding, projie diaplikasi oleh Devit sebagai pengganti bolamp OEM, bersanding spotlight aftermarket.
Selebihnya, pada kaki-kaki diadopsi from aftermarket. “Selain tampilan cakep, secara fungsi harus maksi, ”saran Swega CEO RAT Motorsport di Jl. By Pass Juanda 17, Sidoarjo.
Sebab rebound dan kompresi up side down diseting spesial segmen touring dan cornering konsumsi touring. Demikian monosok, spiralnya mengalami replacement aftermarket, bertipikal lebih kenyal.
RAT Motorsport, Sidoarjo kali ini dipercaya untuk proses up grade performa mesin. Devit juga tak asal pilih workshop, RAT Motorsport, Sidoarjo menurutnya kredibel dan progresnya jelas. “Sebab, semua berdasar data, ”yakin Devit yang dalam waktu dekat ini akan membangun bebek 4 tak 300 cc spesial untuk laga FFA di karapan resmi.
Memang sih, sengaja saya realisasi sebagai bentuk aktualisasi bikers-bikers JSC, khususnya penghobi top speed. “Agar, bisa menjadi project percontohan duta anti balap liar di Jombang khususnya dan di Jawa pada umumnya, ”bijak Devit.
Termasuk Satria F milik Devit, performa mesinya diupgrade untuk mengawali project itu. “Kemungkinan juga akan saya pakai lebih dulu di lintasan drag bike resmi, sebelum diikuti oleh bikers JSC yang lain, ”yakin Devit.
Up grade performa mesin kali ini ditangani Arul Gondol mekanik RAT Motorsport, Sidoarjo. Doping tenaga utama didapat dari piston 66 mm produk BRT, berikut langkah piston yang dijadikan 54 mm. Kapasitas mesin sukses dikail di 184 cc.
Siklus gas segar dan gas buang, dikawal katup 25 mm (in) dan 22 mm (ex) berlabel SND. Seteng dan bushing keseluruhan dipinang dari jenis bahan albronz, yang dikenal licin saat suhu diatas 70 derajat. “Meskipun skala prosesntase reduksi BHP kecil, tapi tetap berpengaruh ke speed, ”yakin Arul yang mencangkok karbu UMA 30 mm.
Demikian porting silinder, turut mengalami penyesuaian. Seperti intake diajdikan 30 mm dan exhaust 25 mm. Dan dilepas knalpot aftermarket yang direvisi ulang RAT Motorsport, Sidoarjo, dengan leher 35 mm, bafel 54 mm dan sarangan 48 mm.
Spesial setingan untuk trek 500 meter, main jet lebih langsam memakai 128 dan pilot jet 48. Uji cobanya, biasa saya terapkan untuk stop and go. Untuk memastikan estafet mekanis nozzle, needle dan pilot jet karbu, saling mendongkrak, ”usut Arul mengikuti request Devit.
Untuk menu touring dan juga drag bike, desain camshaft menganut data in open di 45 derajat dan in close di 14 derajat. Sedang camshaft ex open di 15 derajat dan close di 47 derajat. Menjadi paduan yang proporsional, saat CDI BRT I Max 24 step map ignition tertinggi diplot di 40 derajat dan terrendah di 36 derajat.
Komposisi data camshaft, berlangsung melalui riset, seperti yang telah dibukukan oleh Arul. Hingga perbandingan kompresi merujuk di 12,5 : 1, untuk membangun tipikal power yang smooth di gasingan bawah, sesuai pesan Devit yang merasa pas dengan setingan final gear 14-41.
Beranjak pada kompartemen crankcase, fly wheel magnet memakai 933 gram dari standarnya 1,38 KG. Bersanding dengan kampas dan plat kopling RG R150, putus nyambungnya dimaksimalkan pegas kopling JFK.
Hasil pengujian dynotest, aktual data menunjukan power maksimal didapat hingga 35 HP saat di 11.000 RPM, selaras pencapaian torsi maksimal di 23,98 saat di 9000 RPM. Artinya, kalau kapasitas mesin 184 cc saja, mampu mengakumulasi tenaga sensasional seperti ini. “Maka saat menjadi 300 cc, kemungkinan menjadi Satria F 150 paling ekstrem di kabupaten Jombang, ”kagum Devit. teks - foto : skg