Black Hoe Racing Team, Ngawi : "We Are Not A Superman, But We Can Build Superteam"

Semangat ini yang selalu diusung Agus "Black Hoe" Budianto, sosok kalem dan bersahaja, dibalik kembali maraknya otomotif di Ngawi.

Mengajak, melibatkan dan mengkaryakan, para milenial Ngawi, dalam sebuah karya nyata positif, seolah menjadi bayangan setiap langkahnya.

Berharap milenial, tak sekedar selonjorkan kaki dan berpangku tangan, ber-Wifi seperti di warkop sebelah !

Layaknya hubungan bapak dan anak, Agus Black Hoe begitu masyarkat menyapa, cukup ringan tangan peduli terhadap milenial Ngawi.

Black Hoe Racing Team, Ngawi yang dibangun Agus Black Hoe, melalui tongkat komando atas, telah menyapu bersih ego dan arogan pemuja top speed.

Seperti pemandangan di paddock, saat perhelatan drag bike openchampionship 2022, Ngawi, silam.

Paddock Black Hoe Racing Team, bertransformasi layaknya "Family Team" dengan DNA racing.

Dengan dibela rider potensial Adi Plentiz dan Bimo Percil, Black Hoe Racing Team, Ngawi, berusaha menjadi regulator ditengah spektator.

Salutnya, tak sekedar buat adu gengsi, lebih pantas disebut sebagai academy, dalam proses percepatan menemukan jati diri.

Kalau biasanya tanganya bersih, sekarang telah berani pegang oli dan nggak takut dengan sengatan panas mesin.

Termasuk yang berparfum, kini mau berkeringat ria, beraktifitas di singgasana Black Hoe Racing Team.

Telah terjawab sudah kedok milenial, yang selama ini hobi dengan kecepatan.

"Dibaliknya, ternyata menyimpan rahasia, tak lain gandrung dengan hal teknis dan kebisingan, "sebut Agus Black Hoe.

Kalau saya menilainya, para milenial lebih sensitif, menyambut atraktifnya dunia otomotif.

Akan tetapi, perlu dibekali kendali dan tongkat persneling, agar tahu kapan saatnya pindah gigi.

Tinggal memenej energy dan tenaga mereka, agar tepat guna, kendati bermuara dari hobi.

Harapan saya melalui Black Hoe Garage, sentral kendali Black Hoe Racing Team, milenial bisa merusak, merevisi, hingga menciptakan karya yang sempurna.

"Layaknya, Archimedes yang menumpahkan air di bak mandi saat berendam, yang lantas disimpulkan sebagai basic rumus menghitung volume, "terangnya memberi ilustrasi.

Demikian para milenial, dari perilaku yang tak sadar maupun sadar, pasti akan menemukan serum kebaikan.

Entah dari keberhasilan bergaul, maupun belajar research mesin.

Orang Jawa, menyebutnya sebagai "sanepan" atau kiasan penuh makna.

Kalau dibedah lebih dalam lagi, layaknya sebagai ilmu kehidupan yang tak ber-ijazah, "wejang Agus Black Hoe.

Bergaul dengan tindak tanduk selalu santun dan research layaknya proses berjuang, melatih kesabaran, dalam proses mencapai tujuan.

Semoga dengan semangat, "We Are Not A Superman, But We Can Build Superteam", para milenial Ngawi bisa aktif, inovatif, produktif dan pastinya ramah.   skg