Kehidupan sosialita di dunia kompetisi motocross tanah air, mulai menjadi trend keluarga milenial belakangan ini. Membawa keluarga untuk berjemur di suhu 40 derajat, hingga terpaksa mendengar hingar bingar knalpot saat mekanik yang lagi fine tuning, sampai sesaknya debu sirkuit yang bikin panik, tak lagi menjadi problem. Justru disini keasyikan itu mengawali dunia sosialite di sirkuit motocross.
Semerbak harum flamboyan parfum berkelas, hingga penampilan fashion yang glamour, sering kali membuat padock di sirkuit motocross, lebih berwarna. Di level professional, hal demikian penting dipandang sebagai menu pelengkapnya.
Kadang ada juga pembalap motocross dan pit crew yang ikut memanfaatkan atmosfir ini, sebagai serum penawar sakit, kram atau kesemutan pembalap motocross, usai berlaga. Sebab, dunia sosialita kaum hawa ini dinilai digdaya, menjaga semangat dan empiris para pembalap motocross.
Seperti keluarga baru Mevans Sanggramawijaya owner Onesixeight MX Team, Jakarta, yang sekarang setia dikawal oleh permaisurinya Litta Rahmawati. “Sejak awal masih pacaran, tak ada kesepakatan kalau saya pingin ikut nonton daddy balap, ”celetuk Litta.
Tiba-tiba perasaan hanya pingin ikut saja, sebab pada dasarnya saya juga atlit volley pantai. Tahu sendiri kan, kalau atlit itu karakternya selalu ingin mencoba dan harus bisa. Dengan asumsi cabor-nya tak melenceng jauh.
Tapi, kalau sudah berbau otomotif seperti hobi daddy saat ini, ya akhirnya saya jadi penonton. Sekali dua kali nyoba akhirnya keterusan. Malah ada hikmah setelah menyelami lebih jauh dunia otomotif. “Logaritmanya terlalu banyak yang dipertimbangkan, dipikirkan, dipersiapkan sampai diputuskan, ”urai Litta.
Akhirnya saya berusaha tampil untuk memperingan tugas daddy, menghiburnya di padock dan memberi motivasi saat fight di sirkuit. “Otomotif ternyata lebih berat, kalau nggak ada passion saya yakin lempar handuk duluan, “salut Litta.
Beda dengan mama Tantri istri Irwan Ardiansyah, ibu rumah tangga yang juga suka mendampingi suaminya, tampil sebagai asisten Irwan. Wanita yang suka dengan rambut warna brown itu, merasa familiar dengan panas, bising dan beceknya lintasan disaat hujan.
Masa pacaran, mama Tantri juga sering ikut mengawal Irwan, setiap kali turun balap, mulai road race maupun motocross. Kalau sekarang, di racing bagi mama Tantri justru sebagai partner bisnis. Sedikit banyak saya juga memahami dunia motocross.
Akhirnya, makin kesini saya berusaha mengerti apa yang dibutuhkan dan berupaya bagaimana menjaga suasana di padock tetap cool. “Ilmu ini juga saya dapat otodidak selama mengikuti papa Irwan turun balap, ”kata Tantri.
Sering juga saya dimintai ide dan saran saat jajak pendapat, misalkan papa Irwan butuh teman komunikasi untuk memutuskan sesuatu. “Terutama soal perkembangan balap Ryan Devano Ardiansyah anak kami yang laga di kelas special engine 50 cc, ”beber Tantri.
Tapi, kalau sudah ketemu apalagi kenal kaum sosialita yang kebetulan menjadi bagian tim atau kolega dekat, topik pembicaraan akan berkembang. “Mungkin bisa jadi keluar dari rana otomotif, ”kompak Litta dan Tantri sambil tertawa lebar.
Skala prioritas, keberadaan kaum sosialita di dunia motocross, seperti kehadiran mommy Litta dan mama Tantri itu, serasa menjadi paten sebuah keprofesionalan tim-tim motocross. Kehadiranya ikut serta berperan, mensukseskan manajerial tim, yang biasa terlepas dari sebuah perencanaan manajemen tim.
“Jadi, tak sekedar menjadi pemanis padock, ”sebut Litta yang ikut berperan dalam pemilihan warna yang menjadi trade mark Onesixeight MX Team, yakni merah, biru dan putih .
Bahkan kaum sosialita ikut berpartisipasi menjadi braking system emosi tim yang meledak-ledak saat kompetisi kian memanas. Boleh dan sah-sah saja saat memanas, namanya juga kompetisi, juga sesuai dengan prosedur insturktur.
“Tapi, ketika terpengaruh dengan suasana serba dibawah tekanan yang memang menjadi hal yang wajar di sirkuit, kita-kita ini siap menjadi cooling systemnya, ”kompak Litta dan Tantri. teks - foto : enea/onesixeight mx team