Tema modifikasi yang dianut oleh Dimas Arif Prasojo, serasa mengajak bereinkarnasi di tahun 2005. Sebagai momen builder papan atas Jakarta beradu jurus, memodifikasi dengan trademark mengadopsi limbah big bike.
Pola pikir demikian memang menjadi ciri khas lajang penghobi mendaki gunung. Tampil beda, menjadi stylenya. Termasuk wabah modifikasi di 2005, yang kembali diusung oleh staf resto Hokben, Cito, Surabaya itu.
Seperti pemakaian kaki-kaki, warga Tanggulangin Asri, Tanggulangin itu mencangkok up side down D-Tracker, berikut triple clamp atas bawah. Sistem aplikasinya, memakai bearing tirus, guna mengimbangi dimensi triple clamp yang lebih lebar.

Kerenya, swing arm dipinjam dari Suzuki FXR 150 Original Equipment Manufactured, berdesain A-Simetris. Sistem reduksi vibra, diredam monosok New Jupiter MX. Sampai disini, Dimas termasuk Satria F Mania yang jeli soal modifikasi, durability dan performa, jadi prioritas.
Untuk tapak kaki, lajang 29 tahun itu mengadopsi velg Yamaha R25, lagi-lagi Original Equipment Manufactured yang diaplikasi. Dipadu Corsa R93, dengan profil 120/60-17 di depan dan 160/60-17 di belakang.

Makin sporty-nya tampilan tapak kaki, turut diimbangi pemasangan Spatbor depan milik CBR 250RR dengan penampang lebih lebar, berikut knalpot brand DBS Thailand. Pada cover head, justru dibuat glamour, melalaui pemakaian projie dari Xenon. Termasuk stop lamp berganti aftermarket.

Praktis menu pengereman, keseluruhan diaplikasi dari R25, kecuali disc depan mengusung versi naked-nya, yaitu MT25. Diselaraskan pemakaian foot step produk Option-1, dengan posisi persis bebek jantan road race. Sebagai pelengkapnya, setang kemudi turut berganti tipe sport dari Yamaha R15. Diback up tuas master RCB dan tuas kopling R25.

Kelar modifikasi, up grade performa mesin turut direalisasi. Melalui bore up piston 72 mm dari LHK, berikut stroke up 55 mm. Kapasitas mesin sukses dikatrol di 223 cc. “Memang pantas melayani makin lebarnya tapak kaki, ”jelas Rudi begawan Demit Racing Project, Porong (DRP) yang dipercaya untuk mendongkrak speed hingga 170 KM/Jam. Hingga pada tampilan luarnya, dibuat modis melalui rubahan profil sand blasting.

Maaf, bukanya pamer apalagi sok ! “Memang itu ciri khas kuda besi hasil kreasi DRP, Porong, sebab dominan rata-rata dipakai touring speed, ”bisik Rudi yang tak bermaksud pamer itu.
Doping gas segar dipilih ex NSR SP Keihin 28 mm, yang dicustom dengan throttle valve 30 mm dan venturi 30 mm. Dikelola camshaft berdurasi 270 derajat dan katup from Bajaj Pulsar, 25 mm (in) dan 22 mm (ex). Rubahan ini juga merujuk pada pembenahan diameter yang menjadi 31 mm dan exhaust 29 mm.
“Pertimbangan masih seringnya dipakai touring bersama komunitas, lift katup memakai 7,8 mm - 8,0 mm, ”urai Rudi yang melengkapi performa mesin dengan CDI Predator, Boyolali.
Sisi lain, pertimbangan bobot velg dan profil ban, kampas kopling dikanibal dari RGR 150. Dipasangkan dengan plat kopling TS 125. Bahan firodo lebih lunak, sehingga mampu mengkonversi akselerasi lebih agresif. “Dengan konsekuensi, pegas kopling memakai Daytona, ”kata Rudi. teks - foto : enea