Antara Odometer & Jadwal Penggantian Oli Mesin Ideal

Gaya Berkendara & Faktor Kecepatan. Banyak pengaruhi daya tahan performa oli mesin. Gaya Berkendara & Faktor Kecepatan. Banyak pengaruhi daya tahan performa oli mesin.

Sampai kapankah kita mesti percaya pada odometer atau pengukur jarak yang kita tempuh, sehubungan dengan jadwal penggantian oli mesin ?

Benarkah odometer akurasi nya lebih bagus dan jitu memberi sinyal akan kondisi oli mesin ?

Mungkin untuk saat ini odometer lebih tepat buat mengukur konsumsi BBM aja kali !

Coba kita bedah, bandingkan kualitas oli mesin pada motor jenis sport setelah jangkauan nya sama-sama menempuh 1100 KM.

Antara dipakai kecepatan penuh dan dipakai santai bergaya priyayi.

"Disini dipastikan motor yang dipakai kecepatan penuh, oli mesin nya mudah encer dan berwarna hitam, efek kalor yang dikandung seiring pencapaian performa mesin, "jelas Swega CEO RAT Motorsport di Jl. By Pass Juanda 17, Sidoarjo.

Sedang, motor yang dipakai santai, warna oli mesin masih ada bening nya.

Meskipun dengan pemakaian jenis dan merk oli mesin yang sama.

Dan kesimpulan itu didapat dari pedoman perhitungan odometer.

Kalau melihat perbedaan antara pemakaian kecepatan penuh dan santai, apakah  mempengaruhi masa produktif oli mesin ?

Fakta demikian ini yang menunjukkan akurasi odometer tak bisa dijadikan pedoman akan kondisi oli mesin yang kita pakai.

Sama halnya, ketika dominasi daerah yang kita jangkau, terbagi wilayah metropolis, tanjakan dan pantura.

Untuk wilayah metropolis, waktu mesin hidup dengan odometer tak bisa sebanding.

Riding Malam Hari. Suhu mesin relatif stabil, relatif normal pengaruhi kondisi oli mesin.

 

Sebab lebih banyak berhenti di traffic light atau kemacetan, termasuk kondisi dominasi riding siang atau malam hari.

Sedang wilayah pantura, curah angin yang tinggi jadi memaksa kita membawa motor dengan RPM  tinggi, untuk menjaga kecepatan yang diinginkan.

"Begitu pula dengan tanjakan, dengan jangkauan KM yang pendek, kerja mesin sudah tersengal-sengal dengan nilai panas lebih tinggi, "argumen Swega.

Untuk menyiasatinya, biasakan melakukan pengecekan oli mesin di setiap 500 km di berbagai model medan yang ditempuh.

"Mengapa dipilih 500 km ? karena batas limit produktif nya oli mesin motor mendekati 1000 KM dan 1000 merupakan kelipatan dari 500 KM, yang lebih mudah diingat, "saran Swega.

Dan jadikan 1000 KM, sebagai pengingat kapan perlu dilakukan pengecekan oli mesin.

"Dengan pedoman ini, dipastikan kualitas oli mesin yang kita pakai, lebih optimal terkontrol dan tak sampai mengalami penurunan kualitas dan kapasitas nya, " yakin Swega.    skg