Modifikasi Porting Silinder Head Satria F : KONSEKUENSI PERBANDINGAN KOMPRESI EXTREM 180 CC UP

Modifikasi Porting Silinder Head. Mulai menjadi wabah & kebutuhan tuner karapan. Modifikasi Porting Silinder Head. Mulai menjadi wabah & kebutuhan tuner karapan.

Makin kesini yang istilahnya tak ada di kamus KBBI, tuner kian inovatif merubah pakem yang diluncurkan pabrikan. Seolah, ada imajinasi dan ilustrasi baru, soal siklus dan mekanis mesin, yang lebih sempurna dan paling benar.

Adalah Swega CEO RAT Motorsport di Jl. By Pass Juanda 17, Sidoarjo, yang mengaplikasinya di DNA silinder cop Satria F. “Sebuah rombakan porting silinder cop yang disebutnya dengan lubang buang tengah,  ”jelas mania gadget Oppo itu.

Proses dan realisasinya memang extrem, sebab untuk merubah desain porting bawaan pabrik, berlangsung tambal daging di seputaran muka ruang bakar, intake dan exhaust.

Tambal daging disini yang dimaksud babet las diral. Untuk menutup bagian yang dinilai berpengaruh pada aplikasi lubang buang tengah kali ini.

Lubang Buang Serong. Ideal untuk daily use & kurang maksimal untuk mesin karapan.

 

Mengingat, kontur lubang buang Satria F asli pabrikan, konturnya serong ke kanan. “Sehingga, dinding porting sisi kanan dominan kena tambal, ”tunjuk Swega. Tujuanya, debit gas sisa pembakaran yang terbuang lebih optimal.

Ilustrasi sederhananya macam rider road race saat memasuki R1 atau fast corner. Kecepatan motor pasti tereduksi, kalau tidak pasti “grobyak”, karena saling berdesakan. “Beda saat di trek lurus, rider semangat full throttle, karena tak ada hambatan, ”timpal Arul tuner RAT Motorsport.

Arul Tuner RAT Motorsport, Sidoarjo. Meminimalisir debit gas buang & maksimalkan pembakaran lanjut.

 

Sama persis dengan sifat gas buang yang terakokomdir lubang buang dengan kontur menyerong. Memang sih, pabrikan memiliki maksud dengan desain tadi. “Akumulasi gas buang yang diproses turbulensi meningkat, torsi terjaga untuk keperluan niaga dan hemat BBM, ”analisa Swega.

Tapi, kalau sudah tersegmen untuk kebutuhan karapan, seoptimal mungkin gas sisa pembakaran atau gas buang yang ada di lubang buang - header, dilepas tuntas.

“Sasaranya, agar pembakaran lanjut bisa diproduksi oleh 80% - 85% gas segar, ”sebut Swega. Selain itu, juga konsekuensi trend perbandingan kompresi yang telah merujuk di angka 15 : 1.

Babet las Diral. Memudahkan proses menggeser lubang buang jadi lebih di tengah.

 

Dari tradisi sebelumnya, hasil pengujian dynotest, kurva naiknya RPM relatif singkat. Bagi tuner, aplikasi lubang buang tengah, memudahkan saat pengaturan clearance katup buang, tak perlu kombinasi rapat renggang. “Sebab, proses pembuangan telah terakomodir sempurna, ”yakin Arul.

Sedang, rombakan lubang masuk, tujuan sama. Tapi, bisa juga dibuat lebih curam, dari konfigurasi sudut silinder head. “Sampai merombak penampang lubang masuk lebih ke dalam, guna memperpendek travel lubang masuk juga bisa, ”beber Arul.

 

Ukuran Porting Silinder. Bisa menyesuaikan dengan metodhe masing-masing tuner.

 

Ukuran porting, silahkan sesuai dengan perhitungan dan metodhe masing-masing tuner. Tapi, menurut hasil uji dynotest paling ideal, lubang masuk 29,49 mm dan lubang buang 28,80 mm. Dengan asumsi kapasitas mesin diatas 180 cc.

Babet Las Diral Muka Ruang Bakar. Banyak manfaat untuk penanganan fitur silinder head.

 

Kalau rombakan muka ruang bakar, rata-rata menyasar ke pembentukan diameter ruang bakar lebih besar, mengikuti diameter piston. Termasuk, saat aplikasi over size katup. “Bahkan, perbandingan kompresi bisa juga dibentuk disini, menyerasikan desain crown piston, ”urai Arul.    teks - foto : skg