Rory Prabowo ownernya, terobsesi buat menebas matic premium yang biasa laga selepas trafic light.
Saya pegal, panas juga gemes ! Setelah sadar kalau hal itu kurang beretika.
"Maka saya putuskan buat mengumbar speed di sirkuit Superblock, Surabaya, "seru Rory.
Semangat Rory itu pula yang menjadi motivasi Nicholas Geovani, buat tarik nafas mengeluarkan jurus kanuragan.
Target awal, kubikasi mesin dinaikan, melalui pemakaian piston BRT jenis forging 62 mm.
Dikombinasi blok silinder KTC, yang dinilai singkat melepas panas.
Ciamiknya, untuk mengatur komposisi perbandingan kompresi 12,2 : 1, crown piston yang dipermak bubut.
"Harapanya, paking tetap pakai OEM dengan potensi kebocoran minim, "kata Nico yang mengadopsi katup over size 29 mm (in) dan 23 mm (ex) itu.
Sedang camshaft matic bertampang santun ini, memakai tipe kompetisi dari BRT, berdurasi sama 260 derajat, baik cam in dan ex.
Masing-masing mampu menghasilkan lift cam 8,93 mm, baik ex maupun in.
Lift cam menurut pandangan Nico, buat mesin matic, bagaikan pedang bermata dua.
Lift cam tinggi memang menguntungkan, efektif saat langkah isap, mengalirkan gas segar.
Sebaliknya, ketika mengacu ke tipikal mesin matic, yang performanya, mengalami ketergantungan dengan RPM tinggi, saya menilainya ada peluang floating.
"Maka angka 8,93 mm, saya nilai paling ideal saat ini, "yakin loyalis pelumas Enduro Racing itu.
Makin spesial, pada progress kali ini, crankshaft berganti BRT, memiliki bobot lebih ringan.
Dengan pencapaian nilai stroke 63,5 mm.
Kontur sisi dalam daun crankshaft-nya, terdapat counter weight.
"Jadi, memang selaras kebutuhan mesin matic, mendukung gasingan RPM tinggi, "jelas Rory yang merasakan langsung sensasi dan pengaruhnya.
Bahkan, untuk pemakaian bearing crankshaft, dipinjam dari BRT tipe highspeed.
Berikut menyusut bobot flywheel 200 gram, sebagai pendukungnya.
Alasan itu pula suspensi dimaksimalkan, melalui pemakaian single shock YSS dan reseting sok depan.
Pada kompartemen lain, option part BRT milik All New R155 kini menempati ruang throttle body.
Dikombinasi intake BRT, bersudut lebih tegak, dengan panjang hampir sama OEM.
Injector diadopsi dari KTC 8 hole, spesifikasinya 180 cc/minute, sebagai hasil testcase yang ke 5, "kata tuner belia pengguna ECU BRT Juken 5 plus itu.
Konsekuensinya, kebutuhan debit udara naik drastis.
Dasar itu, mode open filter memanfaatkan intake banana diaplikasi.
Dinilai paling ampuh mengakumulasi torehan Torsi, untuk mesin matic, konsekuensinya, BBM wajib Pertamax.
"Komposisi debit dan jenis BBM-nya saat ini, yang saya nilai cocok dengan perbandingan kompresi extreme, "imbuhnya.
Pada kompartemen CVT, mengacu ke bobot Rony 115 KG.
Praktis, konsep optimalkan torsi yang menjadi konsentrasi Nico kali ini.
Melalui pemakaian roller weight 10 gram, berikut membentuk sudut primary sheave 13 derajat.
Dan pegas sentrifugal dipinang dari OEM Beat karbu, dengan spesifikasi 1000 RPM.
Bersanding pegas movable driven face KTC 1500 RPM.
Keduanya kompak mengkonversi bengisnya power ke speed hingga sanggup menyentuh 155 KM/Jam saat seting speed di Suramadu.
"Itupun proses variabel CVT terus merayap ke akumulasi top speed, artinya masih bisa lebih kemampuan top speednya, "yakin Nico.
Dari hasil seting speed, pemakaian knalpot Best 3 dinilai yang terbaik.
Dengan data leher knalpot 28 mm, sarangan 50 mm dan panjang silincer 30 cm.
Bahkan saat diuji diatas dynotest, sanggup mengakumulasi torsi maksimal 52,5 Nm di 2200 RPM dan power maksimal 24 HP di 3500 RPM. skg