Ada hal menarik dari perilaku touring mania penunggang skutik, terkait rombakan daleman CVT. Meskipun sudah memasuki era injeksi, tapi rombakan daleman CVT-nya memiliki persamaan. Seperti halnya yang diterapkan pada Xeon GT 125, spesial menu touring.

Rubahannya ada di pegas movable driven face, yakni pegas spiral besar pada poros secondary sheaeve. Dari standarnya diganti lebih kenyal cenderung keras. Bisa memakai profil spiral yang lebih besar 1,5 mm atau 2 mm. "Atau bisa juga memakai profil pegas spiral yang lebih tinggi 4 mm - 6 mm, "terang Arnot mekanik asal Talun yang menangani tim road race sekaliber Asia Pasific dan beberapa tim road race di Jatim itu.

Secara fungsi dan mekanis, makin kenyalnya pegas movable driven face, akan memperlambat pergeseran movable driven face. “Dengan demikian, perbandingan diameter drive belt pada primary sheave dan secondary sheave akan tertahan lebih lama di perbandingan berat, ”urai Arnot.
Output power mesin jadi ringan dikonversi ke speed. Sebab, mesin tak lagi terbebani kebutuhan drive belt saat menghela perbandingan ringan. Torsi dan HP di RPM rendah dan tinggi tetap produktif.

Sehingga, klop dengan kebutuhan mesin konsumsi luar kota atau touring. "Dan cara ini bisa diterapkan di semua skutik termasuk skutik injeksi, dengan asumsi diameter dalam spiralnya memiliki persamaan, agar saat dipasang lebih presisi, "pasti Arnot. teks - foto : enea