Jati Koto is back, tapi sekarang dengan format baru. Kalau sebelumnya identik di laga drag bike, bulan silam, Koto sapaan mekanik asli Trenggalek itu mulai terlihat di even road race saat digelar di sirkuit Simpang Lima Gumul, Kediri. Bukan berarti drag bike ditinggalkanya, road race bagi saya nostalgia saat aktif mainan 2 tak berbasic F1Z-R.
Bicara nostalgia, pastinya soal data base korekan F1Z-R, bejibun yang dimiliki Koto. Sekarang kamus itu dibukanya lagi, tapi diperuntukan buat laga road race. Koto dipercaya H. Tono big bos Torina P2Ar Kete-Kete Top, Pare, Kediri.
Duet dengan rider belia potensial M. Ikbal asal Blitar, bertarung di kelas bebek 2 tak 116 cc standar pemula. Sekilas infonya, tim ini dibangun untuk mendongkrak popularitas usaha travel H. Tono. “Sebab, sama-sama otomotifnya, saya optimis di even road race menjadi media buat promo paling efektif, ”sambar H. Tono yang berdomisili di Pare itu.
Kepiawaian Koto dengan bebek 2 tak 116 cc diuji kembali. Lebih pas disebut sebagai pertarungan mekanik kawak dan belia. Sebab, urusan up grade F1Z R berlangsung di 15 tahun silam. Dan sekarang dipaksa beradu dengan mekanik belia. Mampukah Koto ?
Di even ini termasuk perdana, soal alur dan data korekan meskipun telah saya pegang, tapi saya mesti adaptasi dulu. “Terkait model sirkuit, gaya bawaan rider masa kini, sampai komposisi option racing part yang dipakai, ”lontar Koto yang kali ini memasang perbandingan kompresi 7,6 ; 1 dan piston over size 50.
Sampai desain exhaust yang awalnya popular dengan tinggi 26 mm dan lebar 39 mm, sekarang kalau saya amati mulai ada penyusutan. Sebab, power bawah ke tengah cenderung rata. Tapi, perlu digaris bawahi, soal detail korekan sama-sama memiliki kelebihan. Sehingga, rider butuh adaptasi.
Desain exhaust cirri khas saya, identik dengan RPM tinggi dan gantung kopling. Spesial buat rolling speed dan mengumpan power di straight. Tapi, lagi-lagi saat dihadapkan dengan sirkuit patah atau stop and go, jelas butuh adaptasi lagi. Untung M. Ikbal karakter petarung sejati, sehingga singkat beradaptasi kendati selalu over power.
Komposisi tinggi lubang transfer 42 mm dan gigi 1(36-13), 2(27-16), 3(25-19), 4(23-21), menjadi paduan yang tepat melayani straight. Demikian dengan tipikal sirkuit stop and go, masih mampu diselesaikan baik karbu standar modif dengan throttle valve 24 mm berventuri 22 mm dan final gear 13-43.
Sampai sejauh ini, laga di Simpang Lima Gumul, Kediri lebih pas ketika menjadi ajang membangun chemistry saya dengan M. Ikbal. Butuh komunikasi lebih intens lagi, untuk menggali gaya bertarung M. Ikbal. “Dan ini masih awal, even selanjutnya saya optimis bisa menuai prestasi di kelas bebek 2 tak standar 116 cc pemula, ”yakin Koto yang sekarang membuka workshop di Jl. Letjend Sutoyo 174, Pare, Kediri itu. teks - foto : enea