Produsen dan distributor ban Kingland kembali bersinerogi pada ajang supremasi tertinggi off road tanah air yang beken disebut MAT9, Batu, Malang. Display ban Kingland sukses membius peserta MAT9, yang hadir dari Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Atmosfir Kingland tampil tebar pesona lebih kuat, itu lantaran booth Kingland sukses memancing perhatian peserta, yang rata-rata “ngelontok” soal otomotif.
Artinya paham luar dan dalam, nggak setengah-setengah. Wajar, ketika pribadi milenial all segmen seperti itu, bolak balik dan silih berganti menjubeli booth Kingland.
Rider adventure yang paham otomotif, merasa heran dan penasaran dengan terobosan inovasi yang ditawarkan Kingland. Kalau di dunia fotografi istilahnya ada inner beauty, juga ada yang menyebutnya eye catching.
Ada bagian khas yang memancing perhatian kuatnya analisa pengetahuan para mania otomotif, yang menyemuti Jatim Park 3, sebagai lokasi start dan finish MAT9.
Finishing dan tampilan ban Kingland, kuat dinilai diciptakan oleh maestro di bidangnya. Rapi dan komposisi desain terkesan nggak buru-buru. Jadi, bukan macam pesan kue, yang bikin ibu Siti pakai stempel ibu Ratna ! Canda bro.
Hem memang berat kalau bikin ban diselipi candaan, nggak nyambung, bahkan bikin konsumen bingung.
Beda dengan tampilan ban Kingland, kesan pertama seolah terbuai dan terpikat menatapnya, kemudian ingin mencubit compound, sembari mencium aroma karet yang diadopsinya.
Itu perilaku dan sekian persen terbalut rasa penasaran rider penunggang sport trail, special engine, enduro dan odong-odong yang ikut trabas di MAT9, saat merapat di booth Kingland.
Bagi pakar dan pemerhati otomotif yang kritis, pasti memahami ketika memegang dan mengamati detail seper mili ban Kingland. Rider MAT9, saya nilai sebagai influencer yang tak hanya beropini apalagi terkecoh medsos.
Sebab, pada kuda besi yang menjadi gacoan di event MAT9, mereka berdasar uji atau test case langsung. Bisa diindikasi dari option part yang dipakai, atraktif dan bergradasi.
Bagian paling penting dipilih produk yang jelas arsiteknya dan telah teruji. Bagian lain, biasa-biasa aja, bahkan sampai ada yang custom alias bikin dewe.
“Jadi, benar-benar terukur dan teruji, setiap option part yang diaplikasi, ”analisa Joko Suseno QA/QC Division Head MR Comitee Head dari PT. King Tire Indonesia.
Representasi, karakter dan pesan moral seperti ini, yang kuat tersirat dari produk Kingland. Nggak harus mahal, tapi mampu mengakomodir kapasitas fungsinya.
Persis dengan ban Kingland, presisi dan terukur, maksimal dalam pemakaian, baik kondisi aspal basah maupun kering.
“Ditambah perjalanan research berkesinambungan, selaras perkembangan teknologi yang terus terpacu antar pabrikan, termasuk hobi yang wajib dijadikan parameternya, ”pasti Joko.
Input seperti ini kemudian menjadi ruang pamer kekuatan pabrikan ban, sehubungan performa nilai jualnya. Performa disini bukan hanya sekedar tampilan dan perang harga, tapi juga berdasar perhatian lebih ke “feel ride” customer.
Itu juga yang menjadi alasan kami, selalu ada dan setia mengawal event-event otomotif di Nusantara. Sebab, ada saatnya agresif untuk mengedukasi pasar.
Proyeksinya, serapan teknologi yang diterima konsumen di motor atau matic, bisa bergulir ke sebuah cita rasa dan performa kemasan teknologi yang searah.
“Makanya jangan sampai salah pilih, ”pesan Joko ke audiens melalui tim sales marketing Kingland.
Dan makin spesial di MAT9, Batu ini daya pikatnya luar biasa. Sampai tim tester performa ban Kingland dari PT. King Tire Indonesia, ikut merapat.
Dia adalah Ega Suryana, jago ngepot dan late braking sepaket dengan rebahan, yang sempat mengikuti racing school rider road race papan atas di Jogja.
Tapi, Ega kali ini datang bukan untuk ngepot. Ega menganalisa sampai dimana pemahaman dan kecenderungan pemakaian profil ban pacul yang dipakai rider.
Dari total 60% rasional kombinasi ban dan velg yang ideal, didapat 45% mengarah ke model dan desain ban yang sama. Saya tak meninjau brand, tapi lebih ke desain dan pemahaman rasional yang telah menjadi “habit” atau pembenaran dan bergulir menjadi tradisi.
Prinsipnya saya telah mengantongi data, pengaruh dan tarik ulur pemakaian ban pacul terhadap psikis rider yang memakainya.
Sisanya, adalah rider yang masih pede, idealis dan yakin bahwa, skill adventure masih diyakini didominasi performa kuda besi. Ada juga yang fokus dan lebih suka belanja aksesories exterior material besi, dibanding perhatian ke tapak kaki.
Dari statistik ini makin kuat menyimpulkan, bahwa rider-rider nasional yang hadir, secara prosentase mendominasi masih mengutamakan tampilan, dibanding performa. Tapi, kalau disebut memilih ban pacul karena performa dan tampilan, ya monggo.
“Bangga rasanya, hadir di tengah keceriahan rider-rider adventure, jadi pingin nanjak dan full throttle, ”senyum Ega.
Suasana bahagia saat mendapat hadiah undian dari ban Kingland, familiarnya para rider meskipun tak kenal dan obrolan topik baru seperti ini, justru menjadi semangat kita, untuk mengikuti alur penghobi off road roda dua.
Lebih kuat keinginan untuk mensuportnya, memuluskan kemampuan traksi saat mengumpan speed di jalur trabas. Mengingat, sejauh ini minim tersentuh oleh produsen ban dengan cap SNI.
Tunggu 4 bulan lagi, kami akan hadir dengan formasi beda, maksudnya akan ada display ban pacul Kingland ring 18”, 19” dan 21”. “Dari segmen adventure sampai kompetisi, dengan harga kompetitif, yang pasti akan ada refresh soal feel ride, ”kompak Joko dan Ega. teks - foto : enea