Ada yang tak biasa di sirkuit GBT, Surabaya di rabu silam (1/7/2020). Itu lantaran ada sosok rider srikandi, luwes menekuk setang dan rebahan di sirkuit skala International, menunggang CRF 150 berparas supermoto.
Fantastisnya, durasi waktu menunjukan hampir 25 menit, bergasing di sirkuit yang memiliki total panjang 1,2 KM, dengan suhu rata-rata 38 derajat. Stamina dan fisiknya luar biasa, serasa dipersiapkan untuk menghadapi Kejurnas.
Siapa sebenarnya srikandi dibalik helm KYT itu ? Mendekat langsung yuk. Dia adalah Ashila Putri, yang merasa geram saat disapa Sinsin. Kelahiran Surabaya, April 2006. Juga putri dari pasangan Bayu Firmansyah pemuka otomotif kawak identik dengan nama Javanoea Malang dan Ibu Farida Perwira Kepolisian di Jawa Timur.
Sinsin, eh Ashila memulai belajar balap setahun yang lalu, tepatnya hampir 9 bulan. Proses bergulirnya hobi balap juga alami, tanpa ada yang menyuruh. Bermula dari Bhayangkara Racing Team, yang dibangun oleh Bayu dan Ibu Farida, sebagai tim percontohan untuk sosialisasi safety riding dan mereduksi balap liar.
Dari aktifitas ini, pelan tapi pasti siswi SMPN 7, Surabaya itu, jadi familiar dengan bisingnya knalpot dan pedihnya avgas. Belum lagi, saat Bahayangkara Racing Team, aktif di road race, kelas Matic Wanita juga lagi booming dan lagi diminati.
Hemm, awalnya naik kondisi standar tengah, nyoba riding style-nya. Minggu besoknya pas balap lagi, penasaran lagi pingin merasakan sensasi power mesinya. “Eh minggu depanya lagi, minta fitting untuk proses order wearpack, ”cerita Bayu.
Ya sudahlah, kebetulan istri saya mengangguk tanda setuju, dengan konsekuensi belajar dan sekolah tak boleh ditinggalkan. MOU pun dibuat, sejak itu Ashila mulai latihan road race. Awalnya, menunggang matic, untuk pengenalan sirkuit, cara ngegas, ngebrake sampai racing line.
Dan nggak masuk akal, setelah tiga minggu latihan, langsung turun road race di Pacitan. Ya sudahlah, saya anggap buat pemanasan dan jajak mental langsung di sirkuit. Tapi, ada juga hikmah dan pengaruh positifnya. Ashila, jadi mengetahui limit mental dan porsi nyali yang dibutuhkan.
Bukanya ngedrop atau takut, tapi justru menjadi motivasi semakin giat berlatih, hingga seminggu 3 kali di sirkuit GBT, Surabaya. Dan heranya inisiatif itu tak ada yang mengkomando.
Tapi, saya sebagai pelaku kawak otomotif, berusaha memantau, mengimbangi dan melengkapi kebutuhanya, hingga soal up grade performa mesinya. Kadang, merangkap sebagai instruktur. “Kalau mamanya, cukup memperhatikan soal menu gizi yang tepat, guna mengimbangi aktifitasnya yang padat, ”urai Bayu.
Untuk pembentukan dan pencapaian grafik training yang smooth, sengaja saya pertimbangkan jenis pacuan yang pas. Untuk fisik dan racing line, sengaja saya pilih CRF 150L untuk Ashila.
Juga ada GTR 150 sudah up grade. Dari wheel base-nya yang lebih panjang, saya nilai pas untuk dipakai latihan late braking. Termasuk saat kebutuhan mengolah speed, GTR 150 lebih tepat. “Pembentukan dan tambahan level nyali, optimis bisa dapat dari situ, ”timpal Ibu Farida yang setia mengawal saat sesi training di sirkuit GBT, Surabaya.
Kalau kedua aspek berlatih diatas sudah mumpuni dan istilahnya klimaks, untuk wheelie, rolling speed dan full throttle, dengan matic 116 cc yang dipakai di kelas Matic Wanita 116 cc, pasti menguasai. Sebab, ada obsesi yang dikejar oleh Ashila, yaitu Kejurnas kelas Matic Wanita 116 cc. “Kalaupun ada kelas bebek 4 tak 150 Fi Wanita, Ashila pasti ikut, ”papar Bayu.
Rider srikandi yang mengidolakan rider Farudillah Adam dan Lewis Cornish itu, juga menambahkan. Agar, kelas di road race yang ada embel-embel wanita-nya, diberikan IMI Award saat Rakerprov. “Sebagai bentuk apresiasi, sekaligus memotivasi rider-rider srikandi untuk memacu prestasi, ”himbau Ashila. teks - foto : collins