Dikenal sebagai varian paling langka di tanah air, praktis juga menjadi incaran para kolektor motor klasik produk Inggris. Sebuah kebanggaan bagi Afik Dalmawan pemiliknya yang juga sebagai MACI chapter Jogja.
Reviewnya, menurut karyawan pertambangan PT. Kalimantan Prima Persada Samarinda divisi head plan logistic itu, mendapatkan Salur julukan Brimingham Small Arm produk tahun 51 itu di Pematangsiantar, Medan kondisi lama tak terpakai.
Istimewanya, semua material rangka yang terbuat dari logam berat tak ada yang mengalami korosi, demikian kondisi mesin tetap utuh tapi nggak bisa hidup. Setelah motor klasik 350 cc diusung ke Sambisari, Purwomartani, Kalasan, Jogja homebase Afik, mesin dioverhoul.
Saya khawatirnya daleman mesin kering atau kemasukan benda asing, sebab kondisi kick starter berat dan bisa dikatakan macet. Tapi, puji syukur saat crankcase terbelah, saya serasa menemukan harta karun. “Sebab, kondisi daleman mesin utuh, kondisi gigi dan silinder minim baret, kalaupun ada tapi normal, ”kenang Afik.
Tapi, ketika mencermati bearing as kruk, saya mulai bimbang antara sudah aus waktunya ganti atau bawaan aslinya memang clearancenya diciptakan lebih besar dibanding motor Jepang. Usut sana-sini ternyata memang asli demikian. Disebabkan, di jamanya belum ada pabrikan pelumas mesin yang mampu menciptakan pelumas encer hingga SAE 5 atau 10. “Apalagi, aslinya Salur diluncurkan memakai side car atau sispan, jadi juga dibutuhkan untuk antisipasi toleransi panas mesin, ” tebak Afik.
Tapi, saya sukanya dengan Salur bawaan tapak kaki original sudah memakai ukuran 19” depan belakang. Sehingga terkesan mengejar ground clearance tinggi, sebagai implementasi pabrikan yang sadar jalanan kala itu di Inggris belum begitu merata pembangunanya.
Dan bangganya lagi, ring 19” tadi juga menunjukkan kalau, Salur saat produksinya direkayasa dengan output torsi lebih besar. “Paling enak dan nyaman saat dipakai riding stasioner jarak jauh, RPM terjaga lebih rendah, ”urai putra Maryadi karyawan Pertamina asli Cepu salah satu kolektor motor klasik tenar tanah air di era 79 an.
Karakter mesin seperti ini juga, serasa hasil pengembangan intens pabrikan BSA pada varian 350 cc. Termasuk exterior, pada headlamp dilengkapi bracket jadi seakan mulai terjadi transisi klasik ke modern. “Jadi, sudah jauh dari desain yang serba kotak dan kaku, ”yakin Afik yang menilai Salur di jamanya sebagai tunggangan priyayi keluarga kerajaan Inggris.
“Sebab di tahun 51, masa kejayaan Bernard Docker pemegang brand BSA, mulai mengakusisi merk Triumph, Ariel, Sunbeam dan New Hudson, sebelum BSA jatuh ke kekuasaan Raleigh, ”tambah Afik yang paham benar history motor produk Inggris yang satu ini. teks - foto : enea