Mengambangnya Jadwal Balap : DIMANFAATKAN GAK JELAS COMMUNITY TEST CASE SPORT TRAIL FFA

Ayub & Janal Gak Jelas Community, Jatim. Memanfaatkan libur balap untuk mencari best performa sport trail FFA berbasic KLX 150. Ayub & Janal Gak Jelas Community, Jatim. Memanfaatkan libur balap untuk mencari best performa sport trail FFA berbasic KLX 150.

Libur balap dan jadwal balap yang masih mengambang, terus memicu berbagai aktivitas crosser, sehubungan proses dan tahap pencapaian prestasi. Singkat cerita, pada fase new normal ini justru menjadi peluang untuk testcase sebagai output pengembangan up grade performa mesin.  

Seperti Gak Jelas Community, Jatim yang baru saja membangun sport trail FFA berbasic KLX 150. Banyak input terkait maping pengapian CDI aftermarket, kompresi, durasi camshaft, reseting jeting karbu dan final gear, yang dikonversi ke data.

Bahkan sampai jam uji coba terkait pengaruh cuaca, seperti dibawah jam 11.00, jam 12.00 dan jam 15.00, mulai terakumulasi dalam bentuk data.

“Sebab, Input humidity penunjang optimalisasi AFR, akurasinya bisa ditentukan lebih presisi, sesuai kebutuhan mesin dan variabel handicap sirkuit, ”buka Janal Chunk punggawa DQ Motor di Ruko Lotus Regency Ketintang Baru Selatan 1/62, Surabaya, sebagai sentral maintenance Gak Jelas Community Jatim.

Tapi, maaf sebelumnya, perihal point ini memang dibutuhkan rider yang memiliki naluri dan insting tajam, terkait perubahan performa.

Include didalamnya, juga didapat data pencapaian durability mesin, yang erat terkorelasi dengan perbandingan kompresi dan durasi camshaft berikut komposisi jeting karbu.

Jeting karbu. Peluang waktu lebih banyak mencari setingan karbu terbaik.

 

“Deposit pada ujung diode busi dan kontur pembakaran crown piston, biasa menjadi parameternya, ”sebut Ayub dari Ayub Tuning Center yang ikut memback up final seting performa KLX 150 bore up itu.

Tentu saja hal demikian mengacu ke durasi dan skema proses uji coba, dengan catatan waktu 30 menit. Sengaja kita inisiatif menambah durasi waktu uji coba lebih lama, untuk mengetahui sampai dimana limit ketahanan mesin.

Warna busi. Menjadi indikator hasil seting jeting & evaluasi tipikal bawaan mesin.

 

Sampai disini, akhirnya ada seting jeting yang lebih rasional, untuk mengikuti kebutuhan mesin up grade 230 cc. “Jadi, ada guide untuk membuatnya lebih too rich atau too lean, ”ungkap Janal yang merangkap sebagai tester dan juga tracker di kelas ini.

Uji coba seting karbu. Proses evaluasi mudah dikonversi ke data.

 

Bahkan di kesempatan ini turut berlangsung uji coba pemakaian bahan bakar, dari Pertamax Turbo, Pertalite dan Avgas. Memang ada semacam pembanding dari perbedaan jenis bahan bakar terkait dari perbedaan kandungan RON bahan bakar.

Masing-masing ada plus minusnya. Hingga saya pastikan Pertamax Turbo yang paling ideal. “Meskipun RON kalah tinggi dengan Avgas, tapi dari sisi jenis BBM Pertamax Turbo terbilang bahan bakar fresh, ”analisa Janal.   

Demikian dengan pelumas mesin, berbagai tipe brand oli mesin juga diuji oleh Janal, yang dinilai tepat untuk kebutuhan mesin stroke 60 mm dan piston 70 mm, gacoanya.

Kalau bicara pelumas mesin, memang kompleks. Sering kali dihadapkan pada pilihan, mana dulu yang menjadi prioritas dan tepat melayani kebutuhan mesin RPM tinggi.

 

Pelumas mesin. Dicari paling ideal untuk melayani kebutuhan mesin 230 cc & tetap optimal menunjang akselerasi.

 

Seperti, pilihan pelumas mesin lebih encer, dengan maksud untuk memperbaiki nilai HP, dengan ciri khas minim membebani gasingan daun as kruk. Kadang di satu sisi, juga diperlukan formula oli mesin yang kekentalanya mampu memback up dan mengimbangi melonjaknya nilai kapasitas mesin.

Tinjauan dan pembanding jenis pelumas mesin seperti ini, menurut saya juga mutlak, seiring dengan meningkatnya tensi kompetisi dan extremnya modifikasi mesin, tanpa mengorbankan durability mesin.

 “Prinsipnya untuk memantapkan pilihan jenis dan tipe oli mesin, setelah mendapat hasil pengujian dan pembanding berdasar fakta, ”nilai Janal.

 

Breather tube. Pemicu terjadinya potensi menyusutnya pelumas mesin, disiasati pemakaian double breather tube.

 

Sisi lain, jumlah breather tube  yang masih erat terkorelasi dengan sifat pelumas mesin, turut menjadi perhatian Janal. “Mengingat, kapasitas mesin yang terklasifikasi bore up, identik memicu problem penyusutan pelumas mesin, ”ingat Ayub.

Untuk basic mesin KLX 150, menurut Janal tambahan breather tube paling ideal ada di calter kopling, lubang pengisian oli mesin dan ruang silinder cop, melalui cover driven gear camchain.

Komposisi selang hightemp 14 mm dan 10 mm, berikut naple  kuningan dinilai Janal paling tepat sebagai media pelepas panas hawa mesin dan second compression.    teks - foto : skg