Status kelas One Make Race memang realistis dan diklaim lebih rasional, sebagai penjenjangan kelas-kelas regular di even powertrack. Sesuai misi dan visi awal, yang ingin mengembalikan roh even grasstrack lebih memasyarakat.
Demikian kelas OMR CRF Gordon Polisport dan OMR Gordons KLX. Keduanya menjadi kelas primadona, mekanik serba bisa, termasuk yang diback up sarana dan prasarana lengkap, sama-sama mengincarnya.
Sebab, di atmosfir ini bukan bajet yang bicara, melainkan kejelian mekanik meracik kopi, eh korekan. Hanya saja, di kelas yang mengadu kuda besi sejenis ini serba dibatasi, berdasar acuhan regulasi di level OMR.
Kelas OMR ibarat bom atom, dilepas sekali feedbacknya luar biasa, langsung menarik banyak peminat, dari tim papan bawah dan papan atas. Apalagi ruang berkompetisinya di tingkat nasional, seperti powertrack 2019.

“Jadi, ada nilai jual yang benar-benar beda, ”pengamatan H. David Surya Pratama penyandang dana AMRF UD Hasil Bumi JTMX ART Industries ADD CLD Ngawi saat menghadiri final kejurnas motocross & powertrack 2019 di Wonosari, Jogja.
Kasta kompetisi juga terus bergulir, sebab OMR tak lagi dipandang sebagai ruang kompetisi novice alias pembalap grasstrack pendatang baru. Lebih tepatnya, kelas OMR lebih mengadu kepiawaian pembalap. Sebab, faktor kuda besi lagi-lagi kena batasan limit regulasi.
Di satu sisi pembalap yang tampil, rata-rata kawak dan identik penguasa podium di daerahnya. Termasuk kelas OMR CRF Gordon Polisport dan kelas OMR Gordons KLX, diserbu jagoan grasstrack tanah air.
Seperti Hilman Maksum yang membela tim Papua, Yudha Madona asal Sumedang dengan tim Honda Gumelarnyomot Norifumi Pirelli, Prima PP dari Merapi Bangkit BAMS Racing Magelang, Febry yang memperkuat STW 88 AMRF Kaisar Motor UD Hasil Bumi CLD Mufler Sidoarjo dan Kiky Cahya Andhika yang identik dengan nama tim AMRF UD Hasil Bumi JTMX ART Industries ADD CLD, Ngawi.
“Disini popularitas kelas OMR dan pembalap sama-sama terangkat setinggi angkasa. Pemilik brand kuda besi dan suspensi pasti tepuk tangan, setelah ditonton ribuan audiens, ”yakin H. David yang lagi intens mengkader putranya menjadi pembalap motocross itu.
Sebab, kuda besinya diklaim paling perkasa, demikian suspensinya. Memang toh terbukti dan bukan basa-basi. Semua, yang pakai juga rata-rata memiliki almameter alias jebolan MX Training. “Semua gaya balapnya lebih terukur diatas rata-rata, ”salut Febry yang kini menjadi tandem Kiki saat laga di kelas OMR CRF Gordon Polisport.

Bedanya Febry membela STW 88 AMRF Kaisar Motor UD Hasil Bumi CLD Mufler, Sidoarjo. Febry dan Kiki sama-sama diperkuat workshop Kaisar Motor di Perum Tamasa, Tropodo, Sidoarjo. Keduanya mampu mengoyak podium lima besar di kelas OMR CRF Gordon Polisport.
Sebab, saya menilai dan memprediksi sejak lama, kelas ini akan menjadi primadona. Selain sebagai pola pabrikan mengangkat popularitas brand, animonya untuk saat ini memang tinggi. Mungkin di tahun 2020 setelah ada WR 155, saya yakin level kelas ini makin ramai. “Sebab, pabrikan sama-sama ikut terpengaruh dengan popularitas kelas ini, ”optimis H. David.
Menariknya, asimilasi pembalap grasstrack kawak dan jago kandang dilepas bersamaan. Atmosfir kompetisi jadi tak monoton, sebab masing-masing pembalap memiliki ritme dan gaya berbeda. “Transfer ilmu susah ditebak, sebab antara jaga durability mesin dan full throttle susah dibedakan, ”urai Kiki.
Saling topang dan mengumpan jelas dibutuhkan, antara HP, torsi dan rebound suspensi. OMR lagi-lagi bikin mekanik mecicil kayak dia, berusaha berkonsentrasi menjadi stetoskop. “Mendengar dan menganalisa, di tingkat percepatan mana yang perlu dikawal RPM rendah atau tinggi, ”jelas Pak Be juru kunci Kaisar Motor, Sidoarjo yang sekarang lebih sering mengumbar senyum.
Takaran dan final tuning ECU harus presisi, sesuai kebutuhan. “Jangan sampai, power tengah dikorbankan untuk memenuhi torsi bawah dan bolak-balik, ”analisis Pak Be yang hasil kreasinya memang luar biasa sekalipun laga di level nasional.

Tapi, kondisi powertrack tak lagi bisa dijadikan tahap seting atau gambling. Sebab, disini semua ready dan siap tarung, dengan maping yang dinilai paling hebat. Macam sirkuit Wonosari, Jogja, kurva RPM diseting galak di gigi 1, 2 dan 3, sebagai panduanya.
Sebab, lagi-lagi memutus ritme top speed. “Mesin dipaksa ringan bergasing di RPM tinggi, sembari berkonsentrasi mencari trek yang minim bumpy dan miring, ”kompak Kiki dan Febri yang sama-sama bermain cantik dan saling mengcover. teks - foto : enea