Memang lagi menjadi trend matic premium yang bertransformasi menjadi street performa. Salah satunya matic asal Italy, tak lain adalah Piaggio.
Akbar ownernya yang berdomisili di Jogja, ikut terinfluenz wabah matic dengan tongkrongan street performa.
Tapi menjadi tantangan bagi workshop RAT Motorsport di jl. By pass juanda 17, sidoarjo untuk merubahnya ber tipikal lebih bengis.
Pengalaman berharga dan cukup berkesan bagi Ridho tuner RAT Motorsport yang kali ini didaulat menjadi arsiteknya.
Rubahan atau rombakan option part mesin lebih dominan mengikuti desain OEM.
“Analisa dan kajian detail yang dibutuhkan matic Italy, memang memberi petnjuk kesana, ”kata Ridho.
Seperti remeran intake 6 mm dan exhaust 4 mm, yang dinilai paling ideal.
Desain porting lebih banyak ke penyempurnaan flow gas segar dan gas buang.
Itu juga terkait dari peningkatan kapasitas mesin, pengaruh dari pemakaian piston 55 mm.
Suplai gas segar di ruang bakar wajib lebih pekat, sebab torsi maksimal menjadi skala prioritas.
“Ketika meninjau bobot matic Italy ini, ”sebut Ridho.
Stimulusnya, camshaft dari produk RAT Motorsport. Lift camshaft ex diplot di angka 8,13 mm dan lift camshaft in dijadikan 8,76 mm.
Komposisi desain camshaft demikian ini, sukses menyajikan over lap in 1.89 derajat dan Over lap ex 2.26 derajat.
“Paduan rombakan camshaft, sukses mengakumulasi langkah kompresi makin kuat, ”teori Ridho yang meminang knalpot DRC.
Penyempurnaan suplai gas segar tak berhenti sampai disini.
Piranti throttle body yang bertahan OEM turut diremer 4 mm, berikut penggantian throttle butterfly.
Dari hasil kajian maping dan flow rate ecu OEM, rombakan throttle body masih ditolerir.
AFR masih dominan lebih pekat, hingga mampu menyemburkan Hp maksimal di 15 hp saat bergasing di RPM 4000. Berbanding Torsi maksimal 31 Nm saat di 3500 RPM.
Memang menjadi hal yang kontroversi, sehubungan dengan drastisnya peningkatan tenaga.
“Mengingat, rombakan masih dinilai cukup minim dan bajet hemat, “jelas Ridho.
Hal ini pula yang menjadi pembeda dari mopang. “Memang produk Italy secara metalurgi banyak perbedaan, juga lebih presisi, “puji Ridho.
Untuk racikan menu CVT, sebagai penerus power ke speed, diback up roller weight 9 gram.
Proses perubahan diameter drive belt pada primary jadi lebih lambat.
Setara mempertahankan perbandingan drive belt lebih lama, di rasio berat.
"Sinkron dengan aplikasi pegas movable driven face yang memakai 1500 RPM, "yakin Ridho.
Racikan demikian akselerasi bawah hingga menengah lebih agresif.
Bahkan makin menggigit, setelah Mangkuk kampas sentrifugak dibor di beberapa titik, untuk memaksimalkan dekapan kampas sentrifugal.
Jadi selaras dengan pemakaian knalpot aftermarket, yang juga memiliki tipikal ngelos.
Akbar jadi makin pede, saat weekend atau sunmori bersama kerabatnya. Sebab, akselerasi dan speednya tak lagi khas macam priyayi. teks - foto : enea