Kalau sekedar bongkar pasang dan main blender las dan gerinda, semua bisa. Tapi, bagi Andi Tenggara CEO The Spawn Custom Garage, Surabaya, semua perlu test case dan uji coba. Hingga limit kenyamanan saat dipakai di kecepatan tinggi, kemacetan sampai riding jauh. “Setelah itu bisa dianggap sah dan halal, buat konsumen, ”petuah blesteran Banjarmasin - Belanda itu.
Perilaku dan pola pikir baru di dunia modifikasi seperti ini, yang mulai disosialisasi oleh pemilik workshop di Jl. Jemursari 28, Surabaya. Dominasi kebutuhan dan basic motor yang akan dicustom, terus kita dalami.
Sebab, tak semua basic motor, akan merasa nyaman ketika tema custom yang dianut nggak nyambung.
“Bukan berarti kita jual mahal atau sok pilih-pilih, tapi sebagai upaya melibatkan konsumen untuk menikmati proses modifikasi hingga ikut memahami apa itu custom, ”urai Andi.
Termasuk saat proses pengerjaan Benelli TNT 250, kuda besi harian Andi, yang biasa dipakai ngopi dengan partner bisnisnya. Bagi Andi, basic Benelli TNT 250 cukup untuk mempertahankan gengsi.
Tema custom yang diaplikasi, dipilih sebagai alternatif acuhan penggemar sport 250 cc. Lebih pas customized kali ini dari basic cruiser dirubah ke muscle. Tapi, bikers jaman now menyebutnya sebagai tema Roadsters yang booming di 2018.
Ciri khasnya, head lamp neo klasik dicangkok jenis Rhino Light, sekelilingnya ada deflector dirancang dari lis steinless 8 mm, nyambung dengan visor minimalis bagian atas.
Bodi belakang sejatinya trondol kalau Roadsters, tapi dari sisi perspektif buritan kurang stylish. Kolong juga terlalu membuka, efek jarak roda belakang dengan jok.
Dasar itu, bodi belakang saya buatkan cover berbahan galvanis 0,8 mm. Untuk meminimalisir kesan tembem, bentuknya saya buat prisma dengan tarikan garis tajam.
“Kolong roda belakang jadi lebih proporsional, tapi tak meninggalkan kesan Roadsters-nya, ”celetuk Bobby bagian pembentukan bodi yang menambahkan rear fender Europe style.
Merambah tapak kaki, berganti kekar dari Shinko ukuran 120/80-17 dan 160/80-17. Melarnya tapak kaki, diikuti pemakaian fat bar DTV, konturnya mirip special engine 85 cc. “Handling jadi mantap, sesuai komposisi riding style, ”nilai Andi.
MESIN BORE UP 300 CC
Kapasitas mesin dibulatkan menjadi 300,96 cc. Lewat bore up piston dari standarnya 61 mm dinaikan menjadi 67 mm. “Saat dicolter 3 mm, liner orsi masih aman, sehingga tak perlu diganti, ”terang Anwar yang menangani soal performa mesin.
Piston 67 mm dikanibal produk aftermarket dengan desain dome mentah dan lubang small end 14 mm. Bentuk dome yang masih mentah, jadi memudahkan Anwar menghitung jarak pin piston dengan crown piston.
Dari tinjauan perbandingan gigi transmisi Benelli TNT 250 yang ringan, perbandingan kompresi jatuhnya lebih rendah di angka 11,2 : 1. “Diselaraskan rubahan porting intake, saya buat curam, jadi sisi bawah lebih banyak termakan bor tune, ”urai Anwar yang mencangkok knalpot steinles custom model café racer. teks - foto : enea