Nih dia yang disebut-sebut sebagai influencer sleep engine, yang kebetulan lagi dynotest di RAT Motosport, Jl. By Pass Juanda 17, Sidoarjo. Dibaliknya ada nama Miftahul “Boncu” Iksan, sebagai pakar sleep engine untuk hari ini. Hal demikian memang wajar, sebab kuda besi yang berjuluk Abhinaya ini, selalu unggul di jagad karapan cendol dawet.
Sapa dulu yuk foundernya, dia adalah Rendy, mantan rider salah satu tim sport 4 tak Surabaya, yang sekarang balik lagi di jagad karapan. Kalau dulu, saya hanya bisa seting dan memberi input ke tuner. Tetap ada pro dan kontra, sebagai bentuk dinamika dan kapasitas pemahaman antara tuner dan rider.
Dari latar belakang itu, sekarang saya berusaha menjadi programmer dan mencoba mensederhanakan proses final seting. “Prinsipnya membangun kuda besi liar, galak ataupun bengis itu mudah, asal ada pemahaman dan komunikasi selaras, antara rider, tuner dan programmer, ”ramah Rendy yang sekarang menjabat sebagai staf di PT. Merak Jaya Beton, Surabaya.
Demikian hubungan antara Rendy dan Boncu, macam kunci ring dan obeng ketok, saling melengkapi. Macam, program pengapian terbaru yang dipinang dari CDI Predator from by Boyolali. Dikenal memiliki kurva power lebih galak untuk kebutuhan kapasitas mesin bebas.
Alasan itu pula, Rendy mencangkok CDI Predator yang diinstal sistem DC. Dikawal fly wheel magnet 700 gram, berikut spul pengapian OEM dan panjang pick up coil yang masih standar.
Sistem DC diterapkan guna mengumpan power produktif di gasingan tengah lebih dapat. Sebab, kapasitas mesin Abhinaya saat ini 196 cc, hasil pemakaian piston 68 mm dan stroke OEM 54 mm. Logikanya, HP dan Torsi maksimal pasti lebih dulu nongol.
“Pemikiran ini sistem DC kita sepakati, untuk mensinkronkan kasarnya kurva pengapian di RPM bawah dan tipikal power. Agar bisa terdistribusikan merata dari bawah ke RPM tengah, ”jelas Rendy.
Keuntungan ketika distribusi power sudah rata, giliran interval gigi rasio wajib dicari macam anak tangga, harus naik terus. Kalau tak salah perbandinganya, Boncu sembari mengingat-ingat, gigi 1(31-13), 2(32-19), 3(25-19) dan gigi 4 standar.
Prediksi Boncu dan Rendy memang tepat, terkait soal distribusi power yang lebih rata dari bawah ke tengah tadi. Sebab, hasil catatan waktu saat laga di open drag bike di Jateng, Dwi Batang mampu menembus 7.631. Setara dengan best time sport 2 tak rangka standar 155 cc di tahun 2011.
Kerenya kali ini Boncu dan Rendy juga buka kartu, soal bengisnya perfroma Abhinaya. Tahu daun as kruk ? tepi luar lingkar daun as kruk dibabet las MIG dan dirapikan media bubut. “Diameter total sekarang 101 mm, persis dengan daun as kruk Mio Thailand yang dipakai laga di 200 cc, ”bisik Boncu yang workshopnya berada di kawasan Boro, Tanggulangin itu.
Korelasi dan mutualismenya, erat terkait dengan pengapian sistem AC. Sama-sama mengakumulasi kapasitas arus besar dan dikonversi ke torsi maksimal. “Gasingan tengah atas, memang susah dibendung, super bengis mas, ”timpal Deby AP rider-nya via Video Call.
Sedang kompartemen silinder cop, digawangi katup produk Moto-1 berdiameter 34 mm (in) dan 29 mm (ex). Buka tutupnya dikontrol camshaft dengan pinggang 19,4 mm dan tingginya kalau tak salah 25,4 mm. Suplai gas segar dari PWK 35 mm Air Strike jadi rakus, hingga dilayani main jet 128 dan pilot jet 48.
Untuk karakter power, dibentuk perbandingan kompresi 14 : 1, tapi kemungkinan akan direvisi. Untuk penyempurnaan power tengah. Juga atas input Deby, usai sesi seting dengan perbandingan final gear 15-33.
Makin spesial, Nto juragan Cram Pie mengapresiasi Abhinaya dengan special product Cream Pie, berlaser BRS pada silincernya. Konon, knalpot ini detail rumus dan volumenya setara yang dipakai tuner provinsi sebelah.
Ah itu sudah biasa, terpenting inovasi Rendy dan Boncu keren. Mampu menggairahkan industry kreatif bangkit lagi, seperti produsen setang kemudi, knalpot, permak jok, bengkel colter sampai las diral pinggir jalan. teks - foto : enea