Siapa yang tak kenal dengan Wawan Bakwan, seorang selebritis di dunia modifikasi. Tubuh ceking dan kacamata John Lenon jadi ciri khas. Selain dikenal sebagai airbrusher top asal Semarang, Wawan Bakwan sekarang jadi tim talent dari Suryanation Motorland.
Jadi tiap seri SM(Suryanation Motorland), doi dipastikan datang untuk sekedar demo ketrampilan memainkan pen brusher atau sekedar sharing ilmu dan pengalaman selama puluhan tahun menjadi airbrusher merangkap modifikator.
“Sekarang eranya untuk bagi ilmu bukan sekedar menelurkan karya saja, next level untuk memberikan wawasan kepada para new comer atau modifikator pemula yang ingin terjun ke dunia modifikasi,” seru pria yang membuka workshop di Jl. Krakatau II no 27 Semarang ini.
Dulu sempat tenar bersama PAS(Paguyuban Airbrush Semarang), sekarang tetap berdiri komunitas legenda tersebut. Wawan Bakwan tetap eksis dengan mendirikan 69Nerakatau Inc sebagai label baru untuk menelurkan karya-karya terbaru.
Wawan Bakwan ini juga menyentil soal genre modifikasi yang beredar di Indonesia, sebenarnya modiflover pemula serta next level lebih condong terpengaruh luar seperti American style atau Japannese Style. Lebih dekat lagi diracuni mothai dari Thailand.
“Kita sendiri mempunyai local culture modifikasi yang banyak dianut para modifikator serta pemula. Contohnya ceper, chrome blink, airbrush realis atau concept bike yang dulu booming. Itu harusnya kita tonjolkan bukan meniru gaya luar,” terang airbrusher gaek ini saat ditemui di UMS 2019 kemarin.
Wawan Bakwan menyanjung kontes-kontes local macam UMS jadi pioner local culture modification, disini adalah wadahnya para modifikator dengan genre khas Indonesia tumplek blek. Karena dibandingkan dengan kontes modifikasi kelas atas seperti Suryanation Motorland lebih condong ke classic retro dengan chopper style atau bobber look.
Wawan tak memungkiri bahwa memasuki tahun 2019 atau sebentar lagi 2020 ini gaya modify classic look masih jadi primadona di kalangan modifikator. Ini juga ditunjang kontes sekelas Suryanation Motorland digulirkan tiap tahun, mereka berbondong-bondong untuk menciptakan karya sesuai kriteria Suryanation Motorland.
“Tapi itu anggap adalah kontes next level, jika ingin naik kelas ikut Suryanation. Jika pemula bisa ikut kontes lokal tapi seharusnya ada wadah yang memang menampung dan memboosting local culture modification. Jadi entar ada 2 kontes tingkat nasional berbeda gaya. Dulu ada macam Black Modification Otocontest tapi sayang sekarang punah dan tidak ada penerusnya,” terang panjang lebar Wawan Bakwan yang berharap kontes-kontes lokal itu juga dinilai oleh juri yang kompeten di bidangnya seperti modifikator agar penilaian lebih obyektif.
teks-foto : Jhon Wix