Memanfaatkan liburan Natal dan Tahun baru 2019-2020, baru-baru ini saya Andy Tenggara pemilik workshop The Spawn Custom Garage, di Jl. Raya Jemursari 28, Surabaya, terbang ke Eropa bersama keluarga besar, tepatnya di negara Belanda.
Selain ada keperluan silaturahmi dengan keluarga yang tinggal di Belanda. Di kesempatan emas ini, saya juga ingin study banding, melihat langsung sistem kerja beberapa workshop roda dua, sampai mempelajari kultur bikers Belanda, di saat menghadapi gencarnya virus retro custom. Jujur saya ingin mencari inspirasi.
Builder asal Belanda lebih intelek dengan tingkat disiplin soal safety lebih tinggi. Dominan mengarah ke customized. Jadi untuk bahan tetap memakai kuda besi jenis sport scrambler dan sport fairing, rangka dipertahankan asli, tapi di sisi body work ditonjolkan untuk mendapatkan tema yang diinginkan.
Bahan bodi yang kebetulan saya temui lebih banyak sejenis alutech logam ringan, dengan finishing pengecatan yang minim pemakaian dempul. Pada point ini yang akan saya kembangkan. Prediksi saya sistem pembuatanya pakai pressing dan moulding, tapi ironisnya tak pernah saya jumpai dalam bentuk produk masal dan dipakai di kuda besi bikers.
Bisa jadi khusus untuk body work yang meliputi tangki, front fender, rear fender dan rear panel body-nya, builder Belanda request by order. Dan rumah modifikasinaya sampai saya telisik di pelosok, tetap belum ketemu. Tapi, saya mulai ada gambaran, bahwa bikers Belanda menginginkan hasil custom yang ketika dipakai mirip dengan keluaran factory. Kalaupun ada yang extreme, masih minim.
Untuk komposisi tema modifikasi, semacam ada tanggung jawab dan komitmen yang diusung oleh bikers. Mereka tak termakan oleh rumah modifikasi yang unggul di café racer, scrambler, tracker dan touring enduro.
Tetap berpegang prinsip dan rasional, mau dipakai apa, fungsinya untuk riding kemana, mempertahankan fitur OEM dan kenyamanan tetap menjadi prioritas. Dengan demikian tema modifikasi sangat beragam dan bisa ditebak mana yang murni bikers penyuka touring dan hanya kopdar di café-cafe.
Dari latar belakang demikian ini, mendorong beberapa factory yang pernah menjadi legenda kuda besi dunia, optimis meluncurkan produk barunya tapi rasa retro dan ada sentuhan customnya. Seperti Triumph, Norton, Royal Enfield, hingga merangsang produk yang tak biasa bermain di segmen ini, ikut memasuki dan meramaikanya.
Sebab, saya nilai pangsa pasar sudah jelas ada, meskipun pada kategori segmen ini termasuk sebagai niche market. Untuk memastikanya, saya menyempatkan mampir di Triumph Motorcycles Groningen, Netherlands. Sejenis dealer, yang juga melayani keperluan custom standar factory.
Memang untuk urusan durability, safety, fungsi dan comfort, untuk segmen bikers Belanda tak bisa ditawar. Tampilan 30% dan fungsi 70%, ketika menilai komposisi dunia modifiaksi di Belanda.
“Terkesan logaritma berpikirnya, kualitas kuda besi itu harus empat kali lipat, bahkan bisa lebih, berbanding fungsinya, ”salut Andy. Dengan kondisi seperti ini, komunitas roda dua jadi lebih hidup. Sebab, setiap bikers lebih ditunjang dengan kemampuan kuda besinya, untuk riding lintas negara.
Komunikasi bikers antar negara lebih berjalan, maka tak heran ketika bikers Eropa sering kali menggelar official event dengan mengusung nama brand kuda besi kebanggannya. Seperti Triumph Day, Ducati Day dan lainya. teks - foto : collins