Perkembangan crosser belia yang akrab disapa Radit, terbilang cukup pesat. Kalau diilustrrasikan dalam grafik, terus meningkat.
Putra H. Adi Lukito yang tenar disapa H. Gombloh itu, terklasifikasi sebagai crossser potensial tanah air, di kelas 65 cc.
Hal demikian memang rasional, ketika bercermin dari semangat dan tekad H. Gombloh, dalam mensuport putra kesayanganya menitih karier di motocross.
Bahkan belum lama ini, saat laga di event BOS Junior Motocross Championship, di Pulau Gadung, Jakarta Timur, Radit sempat berada di urutan ke dua, saat laga di Moto 1.
Radit menampakan mental juaranya, saat mengejar Ryan Devano hingga di urutan ke 2. Tapi, sayang diakhir menjelang 4 lap, crosser yang mengidolakan Justin Barcia petarung Gas Gas dengan nomer start 51 itu, mengalami acident.
Saat laga di Moto 2, Radit lagi-lagi kurang beruntung. Jok bagian dari perlengkapan unit pacuanya terlepas.
Kuatir kena diskualifikasi, Radit akhirnya bermain aman, hingga mampu berada di urutan 7.
Tapi dari hasil penuturan crossser kelahiran 2010 itu, sirkuit yang berada di tengah kawasan industri Pulau Gadung, Jakarta Timur, sebenarnya mudah untuk dikuasai.
Tapi, dikarenakan adaptasi dan warming up yang terlalu singkat, maka alternatif gaya balap untuk menghadapinya, belum sempat tereksplore maksimal.
Itu sekelumit review tentang perkembangan Radit, yang sekarang bisa dinlai naik 100%, baik skill maupun fisiknya.
Gaya bawaan pacuanya yaitu KTM 65 cc versi 2021, lebih terukur. Sudah memahami silsilah dan cara menahan emosi dan kapan saatnya memforsir fisik.
Pola memenej fisik ini yang dinilai mutlak, bagi crosser belia seperti Radit. Sebab, kuncinya dominan berada di endurance fisiknya.
"Bahkan, setiap berangkat laga di event motocross saya selalu optimis, Radit memiliki peluang besar untuk menjadi champion, "optimis H. Gombloh.
Kabarnya, untuk saat ini Radit berada dibawa binaan H. Mahmud ortu Aris Setyo crosser nasional Jatim.
Dengan H. Mahmud, suasana training skill, menurut Radit lebih nyaman. H. mahmud dengan Radit sudah tak lagi seperti instruktur dan murid. Melainkan seperti kakek dan cucu.
Atmosfir demikian ini yang menjadikan H. Mahmud kian mudah menyisipkan ilmu dan teknik motocross.
Sebaliknya, Radit juga kian mudah menyerap hingga mengeksplorenya dalam sentuhan kasih sayang layaknya kakek dan cucu.
Makin sepesial, beberapa teknik terbaru Aris Setyo, juga ikut turun tangan. Aris lebih banyak menyisipkan teknik bertarung dan menggedor pertahanan lawan.
Juga ada metodhe yang diterapkan oleh H. Mahmud dan Aris Setyo, yaitu berlatih dengan bengisnya output power KTM 85 cc.
Diproyeksikan untuk mempertajam insting dan kontrol power mesin maupun speed.
Sebab, saat dihadapkan dengan kapasitas mesin lebih besar, butuh 3 level skill lebih tinggi, untuk mengontrolnya.
Kalau sudah begitu, gaya bawaan KTM 65 cc, jadi cenderung full throttle, lantaran telah tercapainya skill dengan KTM 85 cc.
Terkecuali untuk fisik, H. Gombloh justru intens berperan sebagai instruktur.
Kebetulan, untuk peralatan fitnes saya sediakan, buat Radit di rumah. Terbagi rowing machine dan sepeda statis magnetic, serta berenang di waktu senggang.
Makin mendalam, Radit saat ini terdaftar sebagai siswa SD Yapenas, Japanan dan masih duduk di kelas 5 itu. Secara tak langsung, Radit ikut mempopulerkan nama SD Yapenas, Japanan.
Sebab, baru kali ini SD Yapenas, memiliki siswa sosok atlit berprestasi seperti Radit.
Maka, menjadi hal wajar ketika Pudji Astuti nama Kepala Sekolah SD Yapenas, Japanan mengapresiasi karier Radit.
Dengan mempermudah pemberian ijin absen sekolah, ketika Radit mengikuti balap keluar kota, sebelum pandemi.
Kabar baiknya, rencana H. Gombloh saat Radit di kelas 6 SD, akan disekolahkan di Darul Ulum Agung MX Training, Gadang, Malang.
Harapanya, tetap mengingat pesan dan menjaga nama besar orang tua, yaitu H. Samsul Huda, sosok ulama dan sesepuh dusun Bulusari, Gempol.
"Selain bisa berprestasi di motocross, diharapkan pandai mengaji dan mendalami ilmu agama, "bijak H. Gombloh. teks - foto : skg/doc