Biasa diadopsi di mesin sport untuk kebutuhan kompetisi level dunia. Sebagai penyempurnaan proses suplai gas segar, dengan jarak relatif pendek, juga gravitasi yang lebih rendah.
Hanya saja, mengalami ketergantungan tekanan udara atau angin paksa.
Sebab itu, fascia fairing sport kompetisi, selalu dilengkapi air ram atau air scoop alias air duck, untuk mengalirkan udara ke filter dan lanjut ke throttle body.
Sebab, ketika mengacu ke logika makin pendek jalur gas segar, maka tekanan udara wajib stand by.
Bahkan, saking peliknya rancang bangun down draft, oleh setiap arsitek brand yang meraciknya, selalu melengkapi sensor tekanan udara di lorong air ram.
Agar di setiap variabel dan kurva RPM, selalu didapat sebuah AFR yang sempurna, untuk kebutuhan mengolah torsi dan HP.
Nah, down draft saat ini yang lagi menjadi wabah penggemar matic street performance.
Seolah menjadi identitas dan trade mark, sebuah matic premium yang mampu menembus 150 KM/Jam.
Swega CEO RAT Motorsport di Jl. By Pass Juanda 17, Sidoarjo, mulai mengincar konsep ini sebagai rujukan para customernya.
Menurut Swega, down draft idealnya diaplikasi usai kapasitas mesin meningkat 50 cc.
Demikian dengan ukuran throttle body, hasil test case aktual di jalan raya dan diatas dynotest, menyimpulkan inlet throttle body tak lebih dari 18% dari kapasitas mesin.
"Agar, gas speed dapat dipertahankan tinggi, sesuai kemampuan kevakuman mesin, "sebut Amin tuner RAT Motorsport.
Sebagai aspek pendukungnya, tinggi jalur intake custom, terbagi teflon dan adaptor dirancang 70 mm, sesuai kemampuan dan kapasitas mesin.
Dengan begitu, peluang terjadinya proses tercampurnya udara dan bahan bakar, bisa dimungkinkan lebih sempurna.
Dan velocity dengan kontur panjang 75 mm bersudut landai, wajib diaplikasi, guna memaksimalkan debit udara.
Demikian perbandingan kompresi, racik di perbandingan sedang, dari standarnya.
Hitungan perbandingan kompresi ini, juga dipertimbangkan dari perubahan suhu udara yang masuk ruang bakar.
Sebab, akan berpengaruh terhadap kerapatan udara, sehingga mempengaruhi debit udara yang tersuplai ke ruang bakar.
"Nah, dengan peralihan ke down draft, artinya kerapatan udara jadi semakin meningkat, "yakin Amin.
Dan untuk camshaft erat terkorelasi dengan tipikal kerapatan udara tadi.
Jadi, lebih pas didesain dengan output torsi. Ciri khasnya overlap lebih singkat. Agar, ringan menghela mekanis CVT, sejak di RPM tengah atas.
Memasuki kompartemen CVT dan ketika dibandingkan dengan output down draft, yang cenderung produktif di atas 3500 RPM.
Maka, porsi mekanis racikan option part CVT, lebih pas digeser produktif untuk gasingan tengah atas.
"Artinya, mekanis CVT jangan sampai membebani output torsi dan HP mesin lebih dulu, "ingat Amin.
Pada point ini, pabrikan sport segmen kompetisi, menguncinya dengan racikan gigi rasio 1 dan 2 ringan.
Powerband relatif pendek dan hampir tak bisa dipakai berakselerasi.
Tapi, kalau di matic, cara menyiasatinya, roller weight dari standar diturunkan 1 gram - 2 gram, tergantung dengan bobot pemilik.
Makin berat, misal diatas 65 KG, layak ketika turun 2 gram. Agar, perbandingan drive belt lebih lama di perbandingan ringan saat diterjemahkan oleh mesin.
"Sedang drive belt pilih tipe racing, dengan lapisan aramid yang biasa diungkapkan dengan bahasa promo anti selip, "tunjuk Amin.
Untuk pegas movable driven face, adopsi yang selaras dengan pertimbangan saat pemilihan bobot roller.
Dan mengalami kecenderungan ke spesifikasi pegas, yang mampu mempolakan mekanis produktif CVT, di RPM tengah atas.
Dan pegas kampas sentrifugal, bisa memakai 1300 RPM - 1500 RPM. Kembali lagi ke bobot rider, untuk rider diatas 65 Kg, lebih pas 1500 RPM.
"Agar skema down draft dan input ke mesin, memiiliki bekal HP dan torsi lebih dulu, sebelum berakselerasi, "papar Amin.
PROGRAM ECU REMAP PRODUKTIF DI RPM TENGAH ATAS
Flow rate selain mengacu untuk kebutuhan mesin, kelangsungan tambahan suplai udara atau tekanan angin paksa juga ikut menjadi pertimbangan.
Sedang timing ignition, cukup mengawal dengan output racikan CVT. Misal, terkonsep untuk produktif di gasingan tengah atas, maka timing ignition cukup dirapikan, agar rapi mengawalnya.
Khusus untuk timing ignition bisa fleksibel, sehubungan dengan timing replacement option part CVT.
Mengingat, proses modifikasi option part CVT, biasa berlangsung pada bagian paling pokok yang diganti.
Sehingga, masih ada kurang keselarasan antar option part CVT, saat mengkonversi ke sebuah mode kecepatan.
"Output torsi dan HP mesin, jadi ikut terpengaruhi. Dan timing ignition akan berperan, untuk merapikanya, "kata Amin. skg