Pelan tapi pasti akan memancing kontroversi, terkait tertundanya jadwal balap on road maupun of road roda dua. Menjadi hal dilematis dengan keberadaan MX Training, yang sepenuhnya bertanggung jawab atas prestasi siswa atau crosser binaan.
Sebab, di setiap tahunya selalu merujuk pada strategi baru dan harapan, sebagai obsesi dan progress untuk menyambut musim kompetisi terbaru di 2020. Hal demikian berlangsung tak hanya sekedar mengikuti arus, tapi ada tahapan pementapan training dan pertimbangan matang.
Praktis anjuran pemerintah di tengah wabah covid 19, secara tak langsung turut menjadi polemik baru diluar prediksi. Sebagian menyebutnya sebagai kondisi force majeure.
Berbagai pro dan kontra cara menanggapinya beragam. Kalau tak mau ambil resiko dan paham akan kesehatan, jelas memilih libur. Atau orang tua menarik sementara putranya yang lagi menimba ilmu di MX Training.
Sebaliknya MX Training yang memiliki sirkuit dan kebetulan satu lingkungan dengan base camp, jelas cukup diuntungkan. Tapi, lagi-lagi tergantung dengan kebijakan dan nurani pengelola MX Training, saat menanggapinya.
Tapi, saya tetap optimis saat berlangsungnya kejurnas di seri awal nanti, crosser yang berlaga tetap akan berebut point. Tetap ada unsur memanfaatkan pada momen seperti ini.

“Apalagi sampai saat ini belum ada himbauan dan pemberitahuan dari Pemprov IMI dan PP IMI mengenai sistem perhitungan point, terkait pengaruh wabah covis 19 ini, ”kata Muhamad Robbi Zulkarnaen crosser asal Madiun yang lagi menimba ilmu di JPMA, Lamongan.
Kalau menanggapi jajak pendapat soal perhitungan point, menurut saya tetap jalankan. Tapi, sebelum even kejurnas motocross berlangsung, ada baiknya digelar semacam pra-event. Fungsinya, untuk kembali meninjau dan adaptasi para crosser, setelah jadwal balap tertunda.
“Ujungnya nanti, saya yakin akan timbul perbedaan dan sulit untuk memprediksi, eksistensi crosser, terkait perilaku masing-masing tim dan MX Training saat menanggapi berlangsungnya wabah, ”beber Robbi.
Saat ini Robbi lagi persiapan berlaga di MX2 Junior, dengan peta kekuatan yang cukup rapat. Ketika ditinjau dari total crosser 85 cc potensial yang baru naik di MX2 Junior. Belum lagi, melawan crosser kawak di MX2 Junior yang semakin tertantang untuk mempertahankan tahta jawaranya.
Pandangan dan pemahaman ini pula, yang memicu Robbi sapaan crosser asal Madiun itu mesti taktis dan banyak pertimbangan menanggapinya.

Logika awal berdasar pada tahapan skill MX2 Junior yang notabene sebagai tahap pemantapan crosser menunggang special engine Husqvarna 125 cc dan CRF 250 cc, seperti pacuan Robbi. Pada fase ini memang terbilang berat, antara ya dan tidak untuk aktif training skill.
Sebab, di masa transisi seperti ini, cukup banyak variabel teknik dan kestabilan fisik yang harus dibentuk untuk melengkapi bekal skill MX2 Junior. “Meskipun dari penilaian instruktur dan crosser yang biasa sparing dengan saya, kalau saya sudah siap, tapi tetap ada hasrat untuk pengembangan ke puncak performa, ”yakin Robbi.

Meskipun saat ini saya pulang kampung ke Madiun, tapi saya coba untuk terus melangsungkan training fisik dan jangan sampai performa kendor, apalagi sampai berpengaruh ke skill. Taruhanya hanya di niat dan kemauan , meskipun belum tahu sampai kapan dinyatakan aman mengenai wabah.
Kalau seperti saat ini, saya memilih ke tempat GYM, untuk latihan fisik lebih terstruktur dan terarah lebih komprehensif. Dan erat terkorelasi untuk kebutuhan motocross, seperti memperkuat bahu, dekapan tangan, kekuatan paha. Selain itu saya juga aktif jogging, sampai pelatihan otot-otot yang berpengaruh pada kestabilan cardio vascular.

Sampai saya bersama kerabat yang kebetulan penghobi adventure, juga mulai mencari lahan alternatif untuk sarana latihan skill. “Meskipun tak ada jumping, berm dan double jump, saya yakin tetap ada variabel teknik yang bisa didapat dengan cara swadaya dan inisiatif ini, ”pungkas kelahiran Madiun 1 Februari 2005 itu. teks - foto : collins/MRZ